Sukses

Penyebab Anak Autis, Gejala dan Pengobatan yang Bisa Dilakukan

Segera kenali gejala anak autis sebelum kondisinya semakin parah.

Liputan6.com, Jakarta Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan penderitanya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab anak autis.

Jika manganggap orangtua sebagai penyebab anak autis, itu tidaklah benar. Beberapa penelitian mengatakan bahwa ada faktor lainnya yang menjadi penyebab anak autis.

Anak yang menderita autisme biasanya akan terlihat gejalanya sebelum berusia 3 tahun. Untuk mengatasi gejalanya sebelum semakin parah, Anda bisa melakukan terapi. Pasalnya, jika setelah berusia 3 tahun maka perkembangan anak anak berhenti atau mundur.

Untuk mengetahui penyebab anak autis dan gejalanya, berikut Liputan6.com telah merangkumnya dari berbagai sumber beserta dengan cara mengatasinya, Minggu (3/11/2019).

2 dari 6 halaman

Mengenal tentang Autisme

Autisme merupakan gangguan terhadap perkembangan fungsi otak. Gangguan ini memengaruhi kemampuan penderitanya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, autisme juga menyebabkan gangguan perilaku dan membatasi minat penderitanya. Pada beberapa kasus, kebanyakan penderitanya mengalami keterlambatan berbicara, perlikau acuh dan tak acuh, dan lain sebagainya.

Kebiasaan yang terjadi di luar perilaku normal ini biasanya terlihat saat anak berusia 3tahun. Di saat inilah biasanya orang tua menyadari bahwa ada yang berbeda pada anaknya.

Penyebab autisme pada anak sebenarnya masih belum diketahui dengan jelas. Walaupun begitu, penting untuk mewaspadai gejala autisme pada anak sedini mungkin.

3 dari 6 halaman

Penyebab Anak Autis

Menurut beberapa sumber, sebenarnya penyebab anak autis masih belum diketahui dengan jelas. Menyalahkan pola asuh orang tua sebagai penyebab autis pada anak tidak dibenarkan.

Ada beberapa faktor penyebab yang diduga bisa memicu anak mengalami gangguan ini. Berikut penyebab anak autis dan faktor penyebab lainnya.

Jenis kelamin; anak laki-laki empat kali lebih berisiko mengalami autisme dibanding anak perempuan.

Usia; semakin tua Anda memiliki anak, semakin tinggi risiko anak mengalami autis. Pada laki-laki, memiliki anak di usis 40an akan berisiko memiliki anak autis lebih tinggi. Sedangkan pada wanita yang melahirkan di atas usia 40an, juga meningkatkan risiko memiliki anak autis dibandingkan melahirkan di bawah usia 25 tahun.

Faktor genetik; pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2-4 persen dari saudara kandung juga menderita penyakit yang sama.

Kelahiran prematur dan terlahir kembar; bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang bersikko terjangkit autisme. Selain itu, anak lahir tidak identik juga memengaruhi kembarannya juga mengalami autisme. Pengaruh autisme semakin besar pada anak yang terlahir kembar identik.

Pengaruh gangguan lainnya; gangguan yang bisa menyebabkan anak autis seperti distrofi otot, fragile X syndrome, lumpuh otak atau cerebral palsy, neurofibromatosis, sindrom Down, dan sindrom Rett.

Pajanan selama dalam kandungan; mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-oabtan saat hamil, mampu meningkatkan risiko anak lahir menderita autisme.

4 dari 6 halaman

Gejala Autis pada Anak

Setelah mengetahui beberapa penyebab anak autis, penting juga mengetahui gejala anak autis. Gejala autis pada anak biasanya sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun. Beberapa gejala yang bisa diperhatikan antara lain tidak adanya kontak mata dan tidak adanya respons terhadap lingkungan.

Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak akan berhenti atau mundur. Beberapa pakar mengungkapkan ada tiga gejala autis pada anak yang sangat mudah dikenali, seperti:

- Terganggunya interaksi sosial

- Mengalami hambatan dalam komunikasi ucapan dan bukan ucapan (bahas tubuh dan isyarat)

- Kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas

Selain itu, ada gejala autis pada anak lainnya yang mudah untuk dideteksi. Berikut gejala autis pada anak yang bisa Anda kenali:

- Sulit bergabung dengan anak-anak lainnya

- Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya

- Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata

- Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri

- Lebih senang menyendiri atau menarik diri dari pergaulan

- Gemar memutar benda atau terpaku pada benda tertentu

- Sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik secara fisik

- Aktif atau justru tidak aktif sama sekali

- Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima atau mengalami perubahan

- Tidak takut akan bahaya

- Terpaku pada permainan yang ganjil

- Suka mengulang kata-kata atau suku kata

- Tidak mau dipeluk

- Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli

- Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata

- Senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk

- Mudah jengkel atau kesal membabi buta

5 dari 6 halaman

Diagnosis Autis pada Anak

Setelah mengenali gejala autis pada anak di atas, untuk memastikan anak Anda menderita autis atau tidak perlu dilakukan beberapa pemeriksaan lainnya untuk mendiagnosisnya.

Selain melakukan pemeriksaan lewat gejala tersebut, anak juga akan diperiksa mulai dari tinggi dan berat badan hingga pemeriksaan tubuh secara general. Hal ini berguna untuk melihat adakah kelainan atau tidak.

Biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan sebelum memberikan diagnosis seperti;

- Melakukan pemeriksaan terhadap perliaku anak

- Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan pendengaran

- Pemeriksaan lanjutan (misalnya: pemeriksaan kromosom, pemeriksaan EEG, dan MRI)

- Pemeriksaan perkembangan anak seperti M-CHAT

6 dari 6 halaman

Cara Mengobati Anak Autis

Setelah didiagnosis mengalami autis, ada beberapa pengobatan bagi penderitanya yang bisa dilakukan. Ada dua jenis pengobatan yang bisa dilkaukan pada anak yang mengalami autisme.

Edukasi kepada keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam membantu perkembangan anak. Orang tua merupakan orang terdekat yang dapat membantu anak untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar.

Bisa dibilang keluarga adalah jendela bagi penderita autisme untuk masuk ke dunia luar. Meski perlu diakui bahwa ini bukanlah hal yang mudah.

Penggunaan Obat-obatan dan Terapi

Penggunaan obat-obatan pada anak penderita autisme harus di bawah pengawasan dokter. Pengobatan ini diberikan jika dicurigai terdapat gangguan di otak yang mengganggu pusat emosi dari penderitanya.

Hal ini seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang bisa diberikan adalah haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif).

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pengobatan untuk gangguan autis yang berkembang adalah terapi perilaku. Terapi dipercaya sebagai bentuk yang dirasa paling penting.

Terapi perilaku bertujuan untuk mengontrol atau membentuk perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan lewat sistem pemberiaan penghargaan dan hukuman. Pemberian hadiah (reward) akan meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan, sedangkan hukuman (punishment) akan menurunkan perilaku yang tidak diinginkan.