Sukses

OTG adalah Orang Tanpa Gejala yang Bisa Tularkan Covid-19, Ketahui Risikonya

Orang tanpa gejala atau OTG adalah orang yang merasa baik-baik saja, namun sebetulnya sudah terpapar virus.

Liputan6.com, Jakarta OTG adalah istilah yang kini sering terdengar. Dalam kasus COVID-19, OTG menjadi bagian dari risiko terbesar penularan COVID-19. OTG adalah singkatan dari orang tanpa gejala.

OTG adalah bagian dari istilah penting COVID-19. Dalam istilah medis, OTG adalah sebutan dari orang dengan asimtomatik. OTG adalah kasus yang sering terjadi pada orang dari segala usia, termasuk anak-anak.

Dalam kasus COVID-19, OTG adalah orang-orang yang harus diwaspadai dalam hal penularan. Ada banyak kasus positif COVID-19 yang ditemukan pada OTG. OTG mungkin tak mengalami gejala apapun, namun bisa menularkan virus pada orang disekitarnya.

Maka dari itu, OTG adalah orang yang perlu dikenali sebisa mungkin. Berikut pengertian tentang OTG, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin(25/1/2021).

2 dari 6 halaman

Pengertian OTG

OTG adalah singkatan dari Orang Tanpa Gejala. OTG disebut juga dengan asimtomatik. Istilah tersebut secara harfiah berarti tidak adanya gejala. Untuk sebagian besar penyakit, terdapat fase asimtomatik saat penyakit hadir, tetapi tidak menimbulkan gejala. Ini juga terjadi pada COVID-19.

Menjadi OTG berarti seserang telah terinfeksi COVID-19 namun tidak memiliki gejala. Orang tanpa gejala atau OTG adalah orang yang mungkin merasa baik-baik saja, namun sebetulnya tidak.

Tes skrining diperlukan untuk mendeteksi berbagai kondisi pada mereka yang asimtomatik, memungkinkan pemantauan atau pengobatan dini. Pengujian antibodi dan antigen membantu mengetahui berapa banyak orang yang menderita virus corona tanpa sadar, dengan atau tanpa gejala.

3 dari 6 halaman

OTG pada COVID-19

OTG dianggap sebagai silent killer. Ini karena orang tanpa gejala bisa menularkan virus tanpa disadari. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh CDC, 60% penularan Covid terjadi melalui orang-orang tanpa gejala.

Studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open mengamati penyebaran virus melalui tiga lensa, yaitu individu belum bergejala, tanpa gejala, dan bergejala. Studi tersebut menyimpulkan bahwa 59% penularan Covid dipicu oleh orang tanpa gejala, di mana 35% dari semua kasus baru berasal dari orang yang menulari orang lain sebelum mereka menunjukkan gejala dan 24% dari orang yang tidak pernah menunjukkan gejala sama sekali.

4 dari 6 halaman

Penelitian lain tentang OTG COVID-19

Penelitian di Korea Selatan, telah menemukan bahwa orang dengan infeksi COVID-19 yang tidak memiliki gejala apa pun membawa virus di tenggorokan, paru-paru, dan hidung mereka sama banyaknya dengan mereka yang memiliki gejala.

Para peneliti Korea Selatan mengevaluasi 303 orang dewasa muda dengan infeksi SARS-CoV-2 yang telah diisolasi di pusat perawatan komunitas. Pada awal isolasi, 193 peserta mengalami gejala - seperti batuk, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat - dan 110 tidak memiliki gejala.

Sekitar 19 persen dari peserta tanpa gejala akhirnya mengembangkan gejala, sementara 80 persen lainnya tetap tanpa gejala. Para peneliti secara teratur mengumpulkan penyeka hidung dan tenggorokan dari para peserta selama isolasi mereka.

Tim menganalisis jumlah materi genetik virus, yang dikenal sebagai RNA, pada usapan dan menentukan bahwa viral load - atau jumlah virus di hidung, tenggorokan, dan paru-paru seseorang - adalah serupa terlepas dari apakah mereka memiliki gejala atau tidak.

Tim peneliti juga menemukan bahwa rata-rata, orang tanpa gejala membutuhkan waktu 17 hari untuk dites negatif terhadap virus setelah diagnosis. Butuh waktu 19 hingga 20 hari bagi orang yang bergejala.

5 dari 6 halaman

Beda OTG dan orang yang bergejala ringan

Pasien OTG berbeda dengan orang dengan gejala ringan. Orang dengan gejala ringan akan memiliki gejala COVID-19 yang bisa sangat ringan dan cenderung samar. Ini sebabnya, orang bergejala ringan kerap disalah artikan sebagai OTG.

Virus mempengaruhi terutama saluran pernapasan bagian atas, terutama saluran udara yang besar. Gejala utamanya adalah suhu, batuk baru yang terus-menerus, dan / atau hilangnya indra penciuman atau pengecap. Orang bergejala ringan mengalami gejala mirip flu. Ini mungkin termasuk batuk kering dan demam ringan, tetapi demam mungkin tidak mencapai 37,8 ° C, dan terkadang mungkin ada sedikit atau bahkan tidak ada batuk.

Pasien mungkin merasa sedikit lebih sesak daripada biasanya saat berolahraga, tetapi mereka tidak kehabisan napas saat melakukan aktivitas normal.

6 dari 6 halaman

Cara mencegah COVID-19

Untuk menghindari menjadi OTG atau berisiko tertular dari OTG, penerapan 4 M sangat penting dilakukan. Ini meliputi mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Selain 4 M langkah preventif lainnya adalah:

Menghindari menyentuh wajah

COVID-19 dapat hidup di beberapa permukaan hingga 72 jam. Kamu bisa terkena virus di tangan jika menyentuh permukaan seperti pegangan pintu, ponsel, atau permukaan lain di tempat umum. Hindari menyentuh bagian mana pun dari wajah atau kepala, termasuk mulut, hidung, dan mata. Ini dapat memberi kesempatan pada SARS-CoV-2 untuk berpindah dari tangan ke tubuh.

Jangan berbagi barang pribadi

Jangan membagikan barang pribadi seperti ponsel makeup, sisir, dan alat makan. Sama seperti menghindari menyentuh wajah, hindari juga menyentuh orang. Kontak kulit-ke-kulit dapat menularkan SARS-CoV-2 dari satu orang ke orang lain.

Tutupi mulut dan hidung saat batuk dan bersin

COVID-19 ditemukan dalam jumlah tinggi di hidung dan mulut. Artinya, ia dapat dibawa melalui tetesan udara ke orang lain saat batuk, bersin, atau berbicara. Gunakan tisu atau bersin ke siku untuk menjaga tangan sebersih mungkin. Cuci tangan dengan hati-hati setelah bersin atau batuk.

Disinfeksi secara rutin

Gunakan disinfektan berbahan dasar alkohol untuk membersihkan permukaan keras di rumah seperi pegangan pintu, mebel, pagar, dan dapur. Selain itu, bersihkan ponsel, laptop, dan apa pun yang digunakan secara teratur beberapa kali sehari.

Hindari makan atau minum di tempat umum

Virus dapat ditularkan melalui makanan, peralatan makan, piring, dan cangkir. Kamu bisa memesan makanan dan menyatapnya di rumah. Pilih makanan yang benar-benar matang dan bisa dipanaskan kembali. Sebaiknya hindari makanan dingin dari restoran dan semua makanan dari prasmanan.

Karantina mandiri jika sakit

Hubungi dokter jika mengalami gejala apa pun. Tetap di rumah sampai kamu pulih. Hindari duduk, tidur, atau makan dengan orang lain meskipun tinggal serumah. Kenakan masker dan cuci tangan sebanyak mungkin.

Video Terkini