Liputan6.com, Jakarta Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu akibat kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama. Bertubuh pendek merupakan salah satu indikasi dari anak dengan kondisi stunting.
Hingga saat ini, balita di Indonesia masih banyak yang mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Stunting sangat penting untuk dicegah. Hal ini disebabkan oleh dampak stunting yang sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak.
Selain ditandai dengan bertubuh pendek atau kerdil, stunting juga ditandai dengan terganggu perkembangan otak. Berdasarkan standar WHO, total persentase anak stunting di suatu negara maksimal 20 persen. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, angka balita stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Untuk itu, penting para orang tua mengetahui penyebabnya.
Advertisement
Berikut ini ulasan mengenai gejala stunting, penyebab, dampak, hingga cara mencegahnya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (7/10/2021).
Gejala Stunting pada Anak
Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran. Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga gejala lainnya yakni:
- Pertumbuhan melambat.
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
- Pertumbuhan gigi terlambat.
- Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
- Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.
- Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
- Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
- Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Advertisement
Penyebab Stunting pada Anak
Berikut ini ada beberapa penyebab stunting adalah:
1. Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2 tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.
Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah jika anak terlahir dengan kondisi sindrom alkohol janin (fetus alcohol syndrome). Kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan saat hamil yang kemungkinan diawali ketidaktahuan ibu akan larangan terhadap hal ini.
2. Infeksi berulang atau kronis
Selanjutnya, penyebab stunting adalah infeksi yang berulang. Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting. Terjadinya infeksi sangat erat kaitannya dengan pengetahuan ibu dalam cara menyiapkan makan untuk anak dan sanitasi di tempat tinggal.
3. Sanitasi yang buruk
Berikutnya, penyebab stunting adalah sanitasi yang buruk. Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus (cacingan).
4. Terbatasnya layanan kesehatan
Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya.
5. Lingkungan tidak mendukung
Kelalaian atau ketidakhadiran pengasuh dapat menyebabkan kebutuhan makan anak tidak maksimal dan kesempatan bagi anak untuk bermain dan belajar menjadi lebih sedikit, keduanya berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Selain itu, ketika akses untuk mendapatkan makanan yang berkualitas terbatas atau bahkan terhambat sama sekali. Karena alasan ekonomi, anak jadi tidak mendapat gizi yang seharusnya sumber hewani seperti produk susu, telur dan daging.
6. Infeksi
Selanjutnya, penyebab stunting adalah karena terserang infeksi. Penyakit diare dan penyakit pernapasan diketahui berdampak buruk pada pertumbuhan anak. Stunting terjadi ketika tinggi badan anak tergolong rendah untuk berat badan mereka. Ini dapat memiliki konsekuensi jangka panjang pada pertumbuhan linier, terutama ketika tidak didukung dengan asupan makanan yang sehat.
Dampak Stunting pada Anak
Ada dua dampak yang terjadi bila anak mengalami stunting, yaitu dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
Dampak jangka pendek stunting adalah :
1. Perkembangan otak terganggu.
2. Kecerdasan berkurang.
3. Pertumbuhan fisik terganggu.
4. Metabolisme dalam tubuh mengalami gangguan.
Terganggunya perkembangan otak akan memengaruhi kemampuan dan prestasi anak di sekolah, produktivitas dan kreativitasnya di usia-usia produktif. Ini menjadi salah satu dampak jangka panjang.
Dampak jangka panjang dari stunting adalah :
1. Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar.
2. Menurunnya kekebalan tubuh, mengakibatkan mudah terserang penyakit.
3. Berisiko tinggi terkena diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas pada usia tua.
Advertisement
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Berikut langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, yaitu:
1. Memenuhi Gizi Ibu
Kondisi kesehatan ibu perlu terus dipantau, baik sebelum, saat, maupun sesudah masa kehamilan. Gizi ibu dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Gizi juga dapat ditingkatkan melalui suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, ibu hamil disarankan rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan. Â
2. ASI Eksklusif untuk Bayi
Ibu perlu memberikan ASI eksklusif untuk bayi sampai usia 6 bulan. Kebutuhan gizi dan pertumbuhan anak usia 0-6 bulan ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. Dalam ASI, terdapat protein whey dan kolostrum yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
3. Dampingi dengan MPASI Sehat
Saat bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, maka mulai dibiasakan untuk makan Makanan Pendamping ASI (MPASI). MPASI dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sayur berserat tinggi, seperti bayam, wortel, brokoli, dan sejenisnya. Tambahkan pula protein hewani dari daging ayam atau sapi. Hati-hati dalam memberi suplemen atau produk penambah gizi pada anak. Sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau bidan.
4. Pantau Perkembangan Anak
Orangtua, baik ibu maupun ayah, wajib memantau tumbuh kembang anak. Pertumbuhan yang dapat dipantau, seperti tinggi dan berat badan anak. Pergi ke Posyandu secara berkala dan rutin, atau mengunjungi klinik khusus anak. Hal ini dapat mencegah lebih dini bila terjadi gangguan pertumbuhan pada anak, serta dapat ditangani dengan tepat.
5. Jaga Kebersihan
Sanitasi yang kurang baik adalah sumber dari banyak penyakit, salah satunya diare. Diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan stunting. Anak-anak rentan terserang penyakit, termasuk diare. Menjaga kebersihan dan kualitas lingkungan hidup secara tak langsung menjadi faktor penting dalam mengatasi stunting di Indonesia.