Sukses

Ceritakan Secara Singkat tentang Luqman, Ini Kisah Keledai dan Komentar Negatif

Keledai dan komentar negatif orang lain merupakan kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman.

Liputan6.com, Jakarta Mungkin sebagian kita berpikir bahwa ada banyak orang yang memiliki nama Luqman. Akan tetapi hanya ada satu Luqman yang disebut dalam Alquran. Jadi jika kiat mendapat perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, maka tidak lain yang perlu kita ceritakan adalah kisah tentang sosok yang bernama Luqman Al Hakim.

Nama Luqman Al Hakim disebut dalam Alquran, tepatnya dalam surah Luqman ayat 12-19. Bukan tanpa alasan mengapa nama Luqman sampai diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Hal ini tidak lain karena Luqman memiliki keistimewaan berupa ilmu hikmah.

Jadi jika kita mendapatkan perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, kita perlu menceritakan tentang ilmu hikmah yang menjadi keistimewaan Luqman. Apalagi, ilmu hikmah merupakan ilmu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Allah SWT berfirman:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” (QS. Luqman; 12)

Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan.

Terlepas dari apa pengertian dari hikmah, yang jelas ada banyak kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, yang penuh dengan hikmah. Berikut kisah-kisahnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (6/6/2023).

2 dari 5 halaman

Siapakah Luqman Al Hakim?

Sebelum kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, penting bagi kita untuk mengenal lebih dalam terlebih dahulu tentang siapa sebenarnya Luqman Al Hakim. Luqman Al Hakim merupakan salah satu nama orang yang disebut dalam al-Qur`an, tepatnya surah Luqman (31) ayat 12-19.

Menurut Ibnu Katsir, nama Luqman Al Hakim adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan mengenai asal usul Luqman, para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan, bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu yang berasal dari Habsyi.

Riwayat lain menyebutkan ia adalah orang dengan ciri fisik bertubuh pendek dan berhidung mancung dari daerah Nubah. Sebagian lain mengatakan, bahwa ia berasal dari Sudan.

Luqman Hakim memiliki keistimewaan yang mendapat anugerah dari Allah Swt, yakni berupa ilmu hikmah. Ilmu sangat berguna bagi kepribadian manusia yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi orang di sekitarnya, juga bagi alam semesta.

Allah Swt berfirman:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman.” (QS. Luqman; 12)

Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan.

Kata al-hikmah juga bisa diartikan rangkaian kata-kata yang menjadi bahan renungan dan telah mengalir dari satu generasi ke generasi yang lain. Untaian kata yang bisa membuat seseorang tidak lagi melulu cinta harta duniawi juga bisa disebut al-hikmah.

Atau kemampuan memahami hakikat sesuatu sesuai kemampuan yang optimal, atau untaian kata yang indah nan sempurna yang memuat dorongan melakukan sifat terpuji, ilmu, dan perilaku yang mulia, atau segala sesuatu yang meningkatkan kualitas diri seseorang, semuanya merupakan arti-arti dari kata al-hikmah.

Ada pendapat lain menyatakan, bahwa al-hikmah berarti ilmu dan amal. Oleh karenanya, seseorang tidak akan dapat menyandang gelar “Hakim” kecuali jika ia telah mengantongi keduanya, yakni ilmu dan amal.

Secara sederhana, al-hikmah adalah petunjuk jalan lurus menuju keselamatan dan kebenaran dalam berkeyakinan, bertingkah laku, berucap, dan melangkah, menurut sisi pandang Yang Maha Pencipta, maupun cara pandang manusia. Itulah arti kata al-hikmah secara umum.

Al-hikmah merupakan buah dari pengetahuan yang luas dan keilmuan yang dalam, kecerdasan serta kesadaran diri yang penuh, penelitian yang menyeluruh dan percobaan yang teruji, pengamatan terhadap keterkaitan antara satu perkara dengan yang lain, dan analogi (qiyas) yang dominan antara suatu hal dengan yang lainnya.

3 dari 5 halaman

Luqman, Keledai, dan Komentar Negatif Orang Lain

Keledai dan cacian merupakan kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman. Cerita ini memiliki pesan bahwa, sebaik apa kita berusaha melakukan sesuatu, akan ada saja reaksi negatif dari orang lain, baik itu cacian, komentar negatif ujaran kebencian dan sebagainya. Berikut adalah kisah selengkapnya dari Luqman, Keledai, dan Cacian Orang lain:

Dalam sebuah kesempatan, saat Luqman mengajari putranya tentang kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, Luqman berkata, ”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, sebab tak akan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Tak akan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.”

”Wahai puteraku," kata Luqman melanjutkan, "Datangkan seekor keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.”

Luqman bermaksud mengajak putranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahwa membuat semua orang “legawa” itu sangatlah sulit. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak mungkin terjadi.

Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju. Kemudian perjalanan mereka segera dimulai.

4 dari 5 halaman

Luqman Dicemooh karena Membiarkan Putranya Jalan Kaki

Pada kesempatan pertama Luqman menaiki keledai dan menyuruh putranya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Hal itu kemudian dilihat oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa hal itu aneh.

Orang-orang yang menganggap itu aneh pun kemudian segera mencaci Luqman. Mereka berkata, ”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu.”

Mendengar cacian tersebut, Luqman pun berkata, ”Putraku, coba dengar, apa yang mereka katakan.”

Luqman lalu bergantian dengan membiarkan puteranya yang menaiki keledai. Sedangkan Luqman giliran berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang yang berbeda.

Meski kini Luqman dan putranya telah berganti posisi, tetap saja reaksi serupa yang mereka dapatkan. Orang-orang yang merasa aneh dengan apa yang mereka lihat pun berkomentar dengan mengatakan, ”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu.”

Mendengar komentar orang-orang pun, Luqman kemudian berkata kepada putranya, ”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”

5 dari 5 halaman

Luqman dan Putranya Menaiki Keledai Bersamaan

Mereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, orang-orang tersebut bereaksi dengan melontarkan komentar negatif.

”Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh, betapa mereka tak tahu kasihan pada hewan,” sindir seseorang yang melihat luqman.

”Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku,” Luqman kembali menasihati puteranya.

Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan putranya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Luqman dan Putranya semuanya berjalan kaki, sambil menuntun keledai.

Komentar negatif kembali mereka dapat ketika melewati sekelompok orang.

”Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka,” kata seseorang dalam kerumunan.

Mendengar komentar tersebut, kepada puteranya Luqman berkata, ”Dengarlah apa yang mereka katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini.”

Cerita kebijaksanaan Luqman di atas dapat dipetik hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh. Tidak goyah dengan terpaan angin. Tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Nasihat-nasihat Luqman sangat banyak sekali, baik yang didokumentasikan di dalam al-Qur`an ataupun di kitab-kitab para ulama.