Liputan6.com, Jakarta Penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sangat penting diketahui, karena hal ini berkaitan dengan gangguan neurobiologis, yang memengaruhi fungsi eksekutif otak baik itu perhatian, impulsivitas, dan kontrol impuls. Gangguan ini umumnya muncul pada masa kanak-kanak, meskipun dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa.
Baca Juga
Advertisement
Penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder melibatkan interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan, neurokimia, kelainan perkembangan otak, serta faktor pra- dan perinatal. Memahami penyebab ini dapat membantu dalam upaya diagnosis, pengobatan, dan dukungan yang tepat bagi individu yang mengalami ADHD.
Dalam beberapa kasus, penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang terjadi misalnya kepada seorang anak dengan riwayat keluarga ADHD, dan terpapar zat beracun selama kehamilan mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi, dalam mengembangkan ADHD daripada anak tanpa faktor risiko tersebut.
Berikut ini penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder yang Liputan6.com rangkum dari berbagi sumber, Selasa (6/6/2023).Â
Â
Â
Penyebab ADHD
Para ilmuwan saat ini sedang mempelajari penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder dan faktor risiko, dalam upaya menemukan cara yang lebih baik untuk mengelola dan mengurangi kemungkinan seseorang menderita ADHD. Mengutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, penyebab dan faktor risiko ADHD tidak diketahui, tetapi penelitian saat ini menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting.Â
1. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran penting dalam ADHD. Studi pada keluarga dan kembar identik telah menunjukkan adanya kecenderungan genetik dalam gangguan ini. Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan ADHD, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi adanya hubungan antara ADHD dengan variasi genetik, yang terkait dengan regulasi neurotransmitter dan fungsi otak dalam mengontrol perhatian, impuls, dan perilaku.
2. Faktor Lingkungan
Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga berkontribusi pada perkembangan ADHD. Paparan anak pada paparan timbal tinggi, polutan lingkungan, atau zat-zat beracun lainnya dapat meningkatkan risiko ADHD. Kehamilan yang rumit, paparan alkohol atau obat-obatan selama kehamilan, serta asap rokok pasif juga dapat berperan dalam perkembangan gangguan ini. Pola asuh yang tidak konsisten, kurangnya struktur dalam lingkungan, serta kekurangan perhatian dan dorongan positif dapat mempengaruhi perkembangan perilaku anak.
3. Gangguan Neurokimia
ADHD terkait dengan perubahan dalam fungsi dan aktivitas neurotransmitter di otak, terutama dopamin dan norepinefrin. Ketidakseimbangan neurokimia ini dapat mengganggu regulasi perhatian, impuls, dan fungsi eksekutif. Daerah otak yang terlibat dalam pengendalian perhatian, impuls, dan impulsivitas, seperti korteks prefrontal dan basal ganglia, mungkin mengalami perubahan struktural dan fungsional pada individu dengan ADHD.
4. Faktor Pra- dan Perinatal:
Beberapa faktor pra- dan perinatal juga dapat mempengaruhi perkembangan ADHD. Paparan terhadap zat beracun selama kehamilan, masalah kelahiran prematur atau berat lahir rendah, kekurangan nutrisi, serta infeksi atau komplikasi pada masa kehamilan, dapat mempengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko ADHD.
Paparan zat beracun seperti alkohol, nikotin, atau obat-obatan selama kehamilan dapat mengganggu perkembangan sistem saraf pusat, dan berpotensi menyebabkan kerusakan yang berhubungan dengan ADHD. Selain itu, perubahan dalam pola tidur ibu hamil, stres yang tinggi selama kehamilan, serta gangguan hormonal juga dapat berperan dalam perkembangan ADHD pada anak.
Advertisement
Gejala
Ketidakmampuan mempertahankan perhatian
- Kesulitan dalam memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi, seperti membaca, mengerjakan pekerjaan sekolah, atau tugas rumah.
- Individu dengan ADHD mungkin terdistraksi dengan mudah oleh pikiran, suara, atau rangsangan lainnya.
- Tampak sering tidak mendengarkan saat diarahkan oleh orang lain, seolah-olah ada ketidakmampuan untuk memproses informasi yang diberikan.
- Kehilangan fokus dan kesulitan mempertahankan perhatian, terhadap detail yang diperlukan dalam pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
- Kesulitan dalam mengorganisir tugas atau kegiatan, seringkali terlihat lupa atau kehilangan benda-benda penting yang diperlukan, seperti kunci, buku, atau alat tulis.
Hiperaktivitas
- Gelisah dan sulit untuk duduk diam, terutama dalam situasi yang membutuhkan ketenangan atau keterampilan sosial, seperti di kelas atau saat makan malam keluarga.
- Mengalami kebutuhan bergerak terus-menerus dan sering tampak seperti "terbakar oleh motor" dengan energi yang berlebihan.
- Sulit mengontrol impuls untuk bergerak atau berlari di tempat yang tidak sesuai, seringkali tampak seperti "terus bergerak".
- Terlihat berbicara terus-menerus, mengganggu orang lain, atau mengalami dorongan kuat untuk berbicara tanpa henti.
Impulsivitas:
- Kesulitan menunggu giliran dalam situasi sosial atau permainan, seringkali terlihat seperti menginterupsi atau mengganggu orang lain.
- Kesulitan memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka sebelum bertindak. Hal ini dapat mengarah pada keputusan impulsif yang mungkin merugikan diri sendiri atau orang lain.
- Sulit membatasi diri dalam mengeluarkan kata-kata atau tanggapan. Individu dengan ADHD mungkin terlihat terburu-buru dalam menjawab, sebelum pertanyaan selesai diajukan atau mengeluarkan komentar yang tidak tepat pada saat yang tidak tepat.
- Gejala-gejala ADHD dapat bervariasi dalam tingkat keparahan, dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari individu dengan berbagai cara
- Ada juga individu dengan ADHD tipe kombinasi, di mana mereka mengalami gejala dari kedua kategori utama (perhatian buruk, hiperaktivitas, dan impulsivitas).
Tipe
Mengutip dari sumber yang sama, penyakit ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan perilaku hiperaktif, impulsif, dan masalah perhatian. Gangguan ini berkaitan dengan perkembangan otak. Orang yang mengalami ADHD sulit memiliki kendali atas perilaku dan/atau daya kognitif yang sesuai dengan usianya.
Sebagian besar penyakit ADHD terdeteksi pada usia anak-anak. Anak-anak dengan ADHD di sekolah umumnya bersikap nakal atau sering mengganggu teman-teman, guru, dan proses belajar-mengajar. Mereka juga cenderung tidak bisa memusatkan perhatian pada satu hal, tidak mendengarkan guru, dan mungkin sulit mengikuti pelajaran sehingga tertinggal dibanding teman-teman sekelas secara akademis.
Ada tiga cara berbeda ADHD muncul, tergantung pada jenis gejala mana yang paling kuat pada individu:
1. Presentasi yang Sangat Lalai
Sulit bagi individu untuk mengatur atau menyelesaikan tugas, memperhatikan detail, atau mengikuti instruksi atau percakapan. Orang tersebut mudah teralihkan atau melupakan detail rutinitas sehari-hari.
2. Presentasi yang Sangat Hiperaktif-Impulsif
Orang tersebut gelisah dan banyak bicara. Sulit untuk duduk diam dalam waktu lama (misalnya, untuk makan atau saat mengerjakan pekerjaan rumah). Anak-anak yang lebih kecil dapat berlari, melompat, atau memanjat terus-menerus. Individu merasa gelisah dan bermasalah dengan impulsif.
Seseorang yang impulsif mungkin sering menyela orang lain, mengambil sesuatu dari orang lain, atau berbicara pada waktu yang tidak tepat. Sulit bagi orang tersebut untuk menunggu giliran atau mendengarkan arahan. Seseorang dengan impulsif mungkin mengalami lebih banyak kecelakaan dan cedera daripada yang lain.
3. Presentasi Gabungan
Gejala dari kedua jenis di atas sama-sama ada pada orang tersebut.Karena gejala dapat berubah seiring waktu, presentasi juga dapat berubah seiring waktu.
Advertisement
Diagnosis dan Penanganan
Memutuskan apakah seorang anak menderita penyebab Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah proses dengan beberapa langkah. Tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis ADHD, dan banyak masalah lain, seperti kecemasan, depresi, masalah tidur, dan jenis ketidakmampuan belajar tertentu, dapat memiliki gejala yang serupa.
Salah satu langkah dari proses tersebut melibatkan pemeriksaan medis, termasuk tes pendengaran dan penglihatan, untuk menyingkirkan masalah lain dengan gejala seperti ADHD. Mendiagnosis ADHD biasanya mencakup daftar periksa untuk menilai gejala ADHD dan mengambil riwayat anak dari orang tua, guru, dan terkadang, anak tersebut.
Terapi perilaku
Terapi ini melibatkan kolaborasi antara individu dengan ADHD dan terapis, untuk mengidentifikasi pola pikir negatif atau tidak produktif yang dapat memperburuk gejala ADHD. Terapi ini membantu individu mengembangkan strategi pengelolaan diri, menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang lebih konstruktif, dan mempelajari keterampilan kognitif baru untuk mengatasi tantangan sehari-hari.
Terapi perilaku sosial
Terapi ini membantu individu dengan ADHD mengembangkan keterampilan sosial, seperti mengatur emosi, berkomunikasi dengan efektif, mengelola konflik, dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Ini membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dan mengurangi kesulitan sosial yang mungkin mereka hadapi.
Pengobatan farmakologis
Obat stimulan, seperti metilfenidat (misalnya Ritalin) atau amfetamin (misalnya Adderall), adalah pengobatan yang umum digunakan untuk ADHD. Obat-obatan ini bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmiter seperti dopamin dan norepinefrin di otak, membantu meningkatkan perhatian dan mengurangi impulsivitas dan hiperaktivitas. Penggunaan obat harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan dimonitor secara ketat oleh dokter.
Terapi keluarga
Terapi keluarga melibatkan partisipasi anggota keluarga dalam proses pengobatan dan mendapatkan pemahaman tentang ADHD. Terapi ini membantu anggota keluarga mempelajari strategi pengelolaan yang efektif, membangun rutinitas dan struktur yang konsisten, dan meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara anggota keluarga. Dalam terapi keluarga, dukungan emosional dan edukasi tentang ADHD juga diberikan kepada anggota keluarga.