Liputan6.com, Jakarta Wafatnya Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa yang tak terlupakan dalam sejarah umat Islam. Saat detik-detik terakhir ajal beliau, momen-momen penting terjadi yang memberikan gambaran tentang kebesaran dan keutamaan beliau sebagai penutup para Nabi. Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW mengajarkan kita tentang ketabahan, ketulusan, dan ketakwaan yang tinggi dalam menghadapi kematian.
Baca Juga
Advertisement
Wafatnya Nabi Muhammad bukan hanya kehilangan pribadi bagi para sahabatnya, tetapi juga merupakan duka yang mendalam bagi seluruh umat Muslim. Di dalam hati dan pikiran umat Islam, kisah perpisahan ini menyiratkan kekosongan yang tak tergantikan, karena Nabi Muhammad adalah contoh teladan yang sempurna dalam akhlak, kebijaksanaan, dan cinta kepada Allah.
Namun, perlu dipahami bahwa wafatnya Nabi Muhammad bukanlah akhir dari warisan beliau, tetapi awal dari sebuah warisan yang tak tergoyahkan. Dengan membaca kisah wafat Nabi Muhammad SAW, kita dapat merenungkan nilai-nilai kehidupan yang beliau ajarkan dan memperdalam rasa cinta serta kekaguman kita kepada Rasulullah.
Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (8/6/2023). Kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW beserta dengan hadits-hadits yang menerangkannya.
Kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW
Wafatnya Nabi Muhammad, yang dikenal juga sebagai wafatnya Rasulullah, terjadi pada tanggal 8 Juni 632 Masehi (12 Rabiul Awal tahun 11 H dalam penanggalan Hijriyah). Ini adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam dan menandai akhir dari kehidupan fisik Nabi Muhammad di dunia ini.
Nabi Muhammad mengalami sakit selama beberapa hari sebelum wafatnya. Sakitnya semakin parah pada hari terakhirnya. Pada hari itu, Nabi Muhammad berada di rumah istrinya yang dikenal sebagai Aisyah. Dia meminta izin untuk memindahkan tempat tidurnya ke ruang yang dihubungkan dengan masjid agar dia bisa memberikan pengarahan terakhirnya kepada umat Islam.
Pada saat itu, Nabi Muhammad berbicara kepada para sahabatnya dan memberikan beberapa nasihat terakhirnya. Dia mengingatkan mereka tentang pentingnya berpegang teguh pada ajaran Islam dan menegaskan kesatuan umat Muslim. Nabi Muhammad juga menyatakan bahwa Al-Quran dan sunnahnya akan menjadi pedoman utama bagi umat Islam setelah dia tiada.
Pada saat itu, Nabi Muhammad juga mengumumkan bahwa Abu Bakar, salah satu sahabat terdekatnya, akan menjadi pemimpin umat Muslim setelah wafatnya. Pengumuman ini dikenal sebagai pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam.
Kemudian, keadaan kesehatan Nabi Muhammad semakin memburuk, dan dia mencium tangan Aisyah, lalu memasuki keadaan tak sadar. Nabi Muhammad meninggal dunia di rumah Aisyah pada usia 63 tahun. Wafatnya Nabi Muhammad menyebabkan duka mendalam di kalangan umat Islam, dan peristiwa ini dikenang setiap tahun sebagai salah satu momen penting dalam sejarah Islam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat Muslim menghadapi tantangan dalam mempertahankan dan melanjutkan ajaran Islam. Namun, Islam terus berkembang dan menjadi salah satu agama terbesar di dunia. Ajaran-ajaran Nabi Muhammad yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabatnya menjadi sumber utama pegangan bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan dan beribadah kepada Allah.
Advertisement
Hadist yang menerangkan tentang wafatnya Nabi Muhammad SAW
Dalam literatur hadis, ada beberapa riwayat yang menggambarkan peristiwa wafatnya Nabi Muhammad. Salah satu hadis yang terkenal adalah sebagai berikut:
Dari Aisyah, istri Nabi Muhammad, beliau berkata:
"Ketika Rasulullah sakit parah pada saat wafatnya, dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air, kemudian dia menciumnya dan mengusapkannya ke wajahnya, lalu berkata, 'Tidak ada Tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian memang memiliki rasa sakit.'"
(Hadis Riwayat Al-Bukhari)
Hadis ini memberikan gambaran tentang kondisi Nabi Muhammad yang sakit parah dan cara beliau menghadapinya dengan mengingat Allah. Ini juga menunjukkan ketekunan beliau dalam menyebut nama Allah dan kesabaran dalam menghadapi kematian.
Dari Abu Bakar, sahabat Nabi Muhammad, beliau berkata:
"Ketika Rasulullah sedang sakit parah, dia datang ke masjid dengan wajah yang penuh keringat. Dia melihat kita berkumpul di masjid, lalu dia tersenyum. Hal itu membuat kami merasa senang. Kemudian, dia mengangkat tangannya ke langit dan berkata, 'Ya Allah, di sisi-Mu aku berpegang teguh.' Setelah itu, dia pulang ke rumahnya dan menghembuskan napas terakhirnya di pangkuanku."
(Hadis Riwayat Abu Dawud)
Hadis ini memberikan gambaran tentang keadaan Nabi Muhammad saat sakit parah dan masih menunjukkan keimanannya dalam menghadapi kematian. Ini juga menyoroti kehadiran para sahabat di sekitarnya selama periode sakitnya dan momen terakhir Nabi Muhammad di dunia ini.
Detik-detik terakhir Rasulullah SAW
Pada saat-saat terakhir kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, tanda-tanda datangnya ajal mulai tampak. Aisyah, istri tercinta Nabi, menyandarkan tubuh beliau di pangkuannya. Inilah kehormatan yang diberikan Allah kepada Aisyah, bahwa Rasulullah wafat di rumahnya, pada hari gilirannya, dan di pangkuannya.
Aisyah merasakan keberkahan yang luar biasa dari Allah. Dia melaporkan bahwa saat Rasulullah SAW wafat, Allah menyatukan ludahnya dengan ludah beliau. Ini adalah tanda keistimewaan yang diberikan Allah kepada Aisyah sebagai istri tercinta Rasulullah.
Saat Aisyah memangku Rasulullah, Abdurrahman dan Abu Bakar masuk dengan membawa siwak. Aisyah melihat Nabi memandang siwak tersebut, dan dengan penuh pengertian, dia menawarkan untuk mengambilkannya. Rasulullah memberikan isyarat dengan kepala, mengisyaratkan bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Aisyah pun mengambil siwak itu untuk beliau.
Namun, siwak tersebut terasa keras bagi Rasulullah, sehingga Aisyah bertanya apakah beliau menginginkan siwak yang lebih lunak. Rasulullah memberikan isyarat dengan kepala bahwa dia setuju, dan Aisyah melunakan siwak tersebut. Dengan penuh kebaikan hati, Aisyah menyikat gigi beliau dengan siwak tersebut.
Selama momen tersebut, di hadapan Rasulullah terdapat sebuah bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air tersebut, lalu mengusapkannya ke wajah sambil mengucapkan, "La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya." Rasulullah mengingatkan umatnya tentang kepastian kematian dan betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Setelah bersiwak, Rasulullah mengangkat kedua tangannya yang mulia atau mengarahkan pandangannya ke langit-langit. Beliau berdoa, "Ya Allah, ampunilah aku; rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi." Rasulullah mengulang kalimat terakhir ini sebanyak tiga kali, kemudian tangannya lunglai, dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi.
Pada waktu Dhuha yang tinggi di hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriyah, atau tepatnya pada tanggal 8 Juni 632 M, Rasulullah Muhammad SAW berpulang ke Rahmatullah pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Detik-detik terakhir ajal Rasulullah SAW merupakan momen yang menggetarkan hati. Meskipun beliau menghadapi kematian, Rasulullah tetap berhubungan dengan Allah dan berdoa dengan penuh kerendahan hati. Pesan yang terdapat dalam momen ini adalah pentingnya mempersiapkan diri kita untuk menghadapi ajal, mengingat bahwa kematian adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan ini.
Advertisement