Sukses

Asal Usul Lebaran Haji di Indonesia, Istilah Lain dari Idul Adha dan Hari Raya Kurban

Istilah lebaran Haji di Indonesia berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Liputan6.com, Jakarta Asal usul lebaran haji menjadi pertanyaan yang kerap diperbincangkan oleh umat Muslim. Pasalnya, hanya di negara Indonesia saja Hari Raya Idul Adha memiliki banyak istilah salah satunya lebaran haji. 

Hari Raya Idul Adha dilaksanakan setiap 10 Dzulhijjah dan dirayakan seluruh umat Muslim di dunia. Adapun salah satu prosesnya dengan melaksanakan salat Id pada pagi hari dan dilaksanakan prosesi penyembelihan hewan kurban.

Asal usul lebaran haji berhubungan dengan umat Muslim yang menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Hal ini menjadi tradisi yang selalu dilaksanakan oleh umat Muslim setiap tahunnya pada bulan Dzulhijjah.

Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai asal usul lebaran haji di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (12/6/2023).

2 dari 4 halaman

Asal Usul Lebaran Haji

Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Iduladha mempunyai arti dari gabungan kata ‘Idul’ dan ‘Adha’. Diambil dari bahasa Arab, yaitu ‘aada’ (yauudu) artinya kembali dan ‘adha’ diambil dari kata adhat yang berasal dari kata udhiyah yang berarti kurban.

Jadi, Iduladha adalah berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban. Di Indonesia, hari penyembelihan ini dikenal dengan istilah Lebaran Haji. Dijelaskan, jika Iduladha menjadi tanda dua selebrasi rutin bagi umat Islam.

Di antaranya penyelenggaraan ibadah haji dan ibadah kurban. Maka, Iduladha pun disebut juga sebagai lebaran haji. Karena perayaannya tersebut bertepatan pula dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

Adapun bagi umat muslim yang mempunyai kesempatan melaksanakan ibadah haji sehari sebelumnya yaitu pada 9 Zulhijah, jemaah wajib melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Di mana para jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa serta berdzikir hingga matahari terbenam. Selanjutnya, para jemaah haji pun menuju ke Muzdalifah untuk bermalam di sana.

3 dari 4 halaman

Sejarah Idul Adha

Asal usul Idul Adha sudah menjadi cerita yang dikenang oleh umat Muslim di seluruh dunia dan tertulis jelas dalam surat Al-Qur’an. Sejarah Idul Adha dimulai saat Nabi Ibrahim menerima perintah Allah untuk mengorbankan putra kesayangannya. Perintah ini diterima Ibrahim melalui mimpi yang terus berulang. Ibrahim tahu bahwa ini adalah perintah dari Allah dan dia memberi tahu putranya, Ismail.

Selama masa persiapan, setan menggoda Ibrahim dan keluarganya dengan mencoba menghalangi mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Ibrahim kemudian mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya. Untuk memperingati penolakan mereka terhadap setan, batu-batu dilemparkan dalam lontar jumrah dalam ibadah haji.

Setelah mempersiapkan diri dan memantapkan niatnya, Ibrahim lantas menyembelih putranya dengan pisau. Atas ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahin as memenuhi perintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya, pisau Ibrahim tidak dapat melukai Ismail. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor hewan sembelihan yakni seekor kambing sebagai kurban. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat As Saffat ayat 103-107, yang artinya:

“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.’ Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (Q.S. As Saffat:103-107)

Semenjak peristiwa tersebut umat Islam dianjurkan untuk menunaikan ibadah Idul Adha atau ibadah kurban hewan ternak berupa kambing, domba, unta, sapi, maupun kerbau ketika memasuki tanggal 10 Dzulhijjah.

4 dari 4 halaman

Penetapan Hari Raya Idul Adha

Hari Raya Idul Adha sendiri dilaksanakan ketika ibadah haji sedang berlangsung. Hal ini berlandaskan ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah, sedangkan hari pelaksanaan wukuf dikenal sebagai Hari Arafah, yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijah hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.

Pada umumnya, penetapan Hari Raya Idul Adha harus didasarkan pada hasil rukyat hilal 1 Zulhijah sehingga kapan wukuf dan Iduladhanya bisa ditetapkan. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), secara bahasa, rukyat artinya 'melihat'. Sementara dalam konteks penentuan awal bulan Dzulhijjah, rukyat artinya melihat hilal atau bulan baru di ufuk baik menggunakan mata kepala secara langsung atau menggunakan alat bantu seperti teropong.

Di Indonesia sendiri, penetapan Hari Raya Idul Adha akan mengikuti keputusan Menteri Agama RI setelah melakukan sidang isbat dengan berlandaskan kesepakatan Badan Hisab Rukyat sebagai pertimbangan hukum dalam menetapkan awal bulan Dzulhijjah.

Dalam kalender Hijriah, penetapan hari Idul Adha selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Hijriah penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender candra), sedangkan kalender Masehi berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender surya). Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Idul Adha selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya.