Sukses

Apa yang Dimaksud Perjuangan Fisik dan Diplomasi? Ini 7 Peristiwanya

Perjuangan fisik menghadapi konflik bersenjata dan risiko korban jiwa, diplomasi menjadi jalur yang lebih damai dan mengandalkan negosiasi.

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi? Perjuangan fisik bangsa Indonesia merupakan perlawanan bersenjata yang dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan negara. Dalam perjuangan ini, pemerintah Indonesia mengandalkan kekuatan militer untuk melawan penjajah dan menjaga integritas wilayah.

Pertempuran-pertempuran berdarah terjadi, dan banyak korban jiwa yang gugur dalam upaya memperoleh kemerdekaan. Selain perjuangan fisik, bangsa Indonesia juga giat melakukan perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Melalui jalur negosiasi dan perundingan dengan pihak penjajah, Indonesia berusaha mencari solusi damai dan mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaannya. Perjanjian-perjanjian seperti Linggarjati dan Renville menjadi bukti dari upaya diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi merupakan dua aspek yang saling melengkapi dalam upaya mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sementara perjuangan fisik menghadapi konflik bersenjata dan risiko korban jiwa, diplomasi menjadi jalur yang lebih damai dan mengandalkan negosiasi.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang apa yang dimaksud perjuangan fisik dan diplomasi, lengkap contoh peristiwanya, Selasa (13/6/2023).

2 dari 3 halaman

Perjuangan Fisik

Apa yang dimaksud perjuangan fisik bangsa Indonesia? Perjuangan fisik di masa penjajahan dapat dilihat melalui sejarah perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya. Perjuangan fisik ini melibatkan kekuatan militer dalam berbagai bentuk pertempuran yang menuntut pengorbanan besar.

Berdasarkan jurnal penelitian yang ditulis oleh Dany Lapeba, dkk yang berjudul "Perjuangan Lasykar Rakyat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan tahun 1945", apa yang dimaksud perjuangan fisik ini terjadi dengan penggunaan senjata dan mengandalkan kekuatan militer.

Selama masa penjajahan, perjuangan fisik menjadi sarana utama bagi bangsa Indonesia untuk melawan penindasan dan memperjuangkan kemerdekaan. Dalam perlawanan fisik, tentara dan pejuang Indonesia berjuang dengan gigih melawan kekuatan penjajah. Akibat pertempuran yang terjadi, banyak korban jiwa yang berjatuhan, menunjukkan betapa tingginya tingkat pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan negara.

Apa yang dimaksud perjuangan fisik tidak hanya terbatas pada pertempuran di medan perang, tetapi juga melibatkan aksi-aksi pemberontakan dan sabotase yang dilakukan oleh gerilyawan di berbagai wilayah Indonesia. Gerakan perlawanan ini melibatkan orang-orang biasa yang memilih untuk bergabung dalam perjuangan fisik. Seperti serangan mendadak, serangan gerilya, dan upaya-upaya lainnya untuk melemahkan kekuatan penjajah.

Semangat perlawanan ini membangkitkan semangat nasionalisme dan menjadi pilar utama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di masa penjajahan. Ini contoh apa yang dimaksud perjuangan fisik tersebut:

1. Pertempuran Margarana di Bali

Perjuangan fisik ini dikenal sebagai pertempuran puputan, terjadi pada 20 November 1946 dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Sebelum pertempuran ini, Ngurah Rai dan pasukannya telah berhasil menyerang markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946.

Namun, dalam balasan atas kekalahan mereka, Belanda memutuskan untuk menyerbu dan mengepung Bali dengan kekuatan penuh. Ketika pertempuran pecah, I Gusti Ngurah Rai memimpin pertempuran puputan dengan prinsip bahwa Belanda harus meninggalkan Bali jika ingin menjaga kondisi aman dan damai di pulau tersebut.

2. Pertempuran Medan Area

Apa yang dimaksud perjuangan fisik ini terjadi pada 13 Oktober 1945 di Kota Medan. Pertempuran ini bermula dari aksi seorang penghuni hotel di Jalan Bali yang menginjak lencana merah putih, yang menjadi simbol kemerdekaan Indonesia. Sebagai respons, pemuda Indonesia di Medan bersatu dan melawan pasukan Sekutu serta NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Mereka berjuang untuk merebut kembali gedung pemerintahan yang telah diambil alih oleh Jepang. Pertempuran berlanjut dengan sengit, tetapi pada akhirnya Sekutu dan NICA mengarahkan kekuatan mereka untuk menyerang dan menduduki Kota Medan pada 10 Desember 1945.

3. Pertempuran di Surabaya

Perjuangan luar biasa ini terjadi pada 10 November 1945. Merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan fisik bangsa Indonesia. Ketika pasukan Inggris di bawah Brigjen AWS Mallaby tiba di Surabaya, mereka menyerbu dan menduduki gedung-gedung pemerintah serta mengeluarkan perintah agar semua orang Indonesia menyerahkan senjata. Namun, rakyat Surabaya menolak imbauan ini dan memulai perlawanan.

Pertempuran sengit terjadi, dan Brigjen Mallaby tewas dalam pertempuran tersebut. Penggantinya, Mayjen Mansergh, mengeluarkan ultimatum bahwa siapa pun yang membunuh Mallaby harus menyerahkan diri sebelum pukul 06.00 pagi tanggal 10 November 1945, atau pasukan sekutu akan menyerang Kota Surabaya.

Namun, rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum tersebut dan terus melawan. Ribuan rakyat Surabaya meninggal dalam pertempuran ini, dan tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan sebagai penghormatan terhadap perlawanan mereka.

4. Pertempuran Ambarawa

Apa yang dimaksud perjuangan fisik Ambarawa, terjadi pada 15 Desember 1945 dan dipicu oleh tindakan sepihak pasukan Sekutu di bawah Brigjen Bethel yang membebaskan tawanan Sekutu di Magelang dan Ambarawa. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Republik Indonesia. Setelah konsolidasi, Divisi V di bawah Kolonel Sudirman memperkuat wilayah Ambarawa dan melancarkan serangan dari berbagai arah dengan taktik "Supit Urang."

Pertempuran yang hebat terjadi pada tanggal tersebut, dengan dukungan pasukan dari Surakarta dan Salatiga. Pertempuran ini dimenangkan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), tetapi dalam prosesnya, Kolonel Isdiman gugur dan diperingati sebagai Hari Infanteri untuk menghormati jasanya.

3 dari 3 halaman

Perjuangan Diplomasi

Apa yang dimaksud perjuangan diplomasi, menjadi salah satu pendekatan yang digunakan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya, tanpa gencatan senjata. Dalam perundingan-perundingan dengan pihak penjajah, Indonesia berusaha mencapai kesepakatan yang mengakui kemerdekaan negara ini. Diplomasi menjadi alternatif ketika perjuangan fisik atau jalur militer tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

Perjuangan diplomasi mengutamakan perundingan, menarik simpati dunia internasional, serta mencari dukungan global untuk mencapai tujuan kemerdekaan.

Dalam penelitian yang berjudul "Perjuangan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Masa Revolusi (1946-1949)" (2014) oleh Alfidatu Panji Bimantara, situasi konflik yang terus berkecamuk selama periode 1945-1949 memaksa pemerintah Indonesia untuk mencari jalan keluar melalui diplomasi. Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai melalui perundingan memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem pertahanan Indonesia.

Para pemimpin Republik Indonesia seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, dan Amir Syarifudin sepakat bahwa diplomasi adalah cara perjuangan yang elegan dan bermartabat untuk mempertahankan kemerdekaan.

Apa yang dimaksud perjuangan diplomasi tidak melibatkan penggunaan kekuatan senjata, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Melalui diplomasi, Indonesia berusaha memenangkan pengakuan internasional terhadap kemerdekaannya dan membangun hubungan baik dengan negara-negara lain. Dalam upaya ini, bangsa Indonesia menggunakan berbagai strategi diplomasi, seperti perundingan, penandatanganan perjanjian, dan kampanye diplomasi di forum-forum internasional.

Tujuan utama perjuangan diplomasi adalah memperoleh pengakuan resmi atas kemerdekaan Indonesia dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain.

Perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia mencerminkan kebijaksanaan dan kesadaran akan pentingnya hubungan internasional. Melalui diplomasi, Indonesia berupaya membangun citra positif di mata dunia, menunjukkan komitmen terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan perdamaian. 

Ini contoh apa yang dimaksud perjuangan diplomasi tersebut: 

Melansir dari E-Modul Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, terdapat beberapa peristiwa penting dalam perjuangan diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan negara.

1. Perjanjian Linggarjati

Salah satunya adalah Perjanjian Linggarjati, yang diadakan pada tanggal 10 November 1946. Perjanjian ini bertujuan untuk menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh dr. Sudarsono, Jenderal Sudirman, dan Jenderal Oerip Soemohardjo bertemu dengan delegasi Belanda yang diwakili oleh Prof. S. Schermerhorn dan Dr. Hj. Van Mook.

Setelah naskah perjanjian ditandatangani, muncul pro dan kontra di kalangan masyarakat mengenai hasil perundingan tersebut. Pada tanggal 25 Maret 1947, pihak Indonesia akhirnya menyetujui perjanjian Linggarjati yang terdiri dari 17 pasal.

2. Perundingan Renville

Perundingan Renville juga menjadi salah satu peristiwa penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda No. 51 tanggal 15 Desember 1947, delegasi Belanda yang hadir dalam perundingan Renville berhati-hati dalam penggunaan istilah "delegasi" untuk menjelaskan bahwa masalah Indonesia adalah masalah internal. Oleh karena itu, mereka menyebutnya sebagai pembicaraan sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 25 Agustus 1947.

Hasil dari perundingan Renville antara lain adalah pengakuan Belanda terhadap Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia, penetapan garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda, serta penarikan pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari daerah-daerah kantong di Jawa Barat dan Jawa Timur yang berada di wilayah pendudukan Belanda.

3. Perjanjian Roem Royen

Selanjutnya, Perjanjian Roem Royen juga memiliki peranan penting dalam perjuangan diplomasi. Perjanjian ini berupa pernyataan gegap gempita yang saling menyetujui antara kedua belah pihak. Pernyataan ini ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 oleh ketua perwakilan kedua negara, yaitu Mr. Moh. Roem dan Dr. Van Royen, dan dikenal sebagai Roem Royen Statements.

Pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, perjanjian ini bertujuan untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sepenuhnya kepada Negara Indonesia Serikat tanpa syarat. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berusaha keras untuk mendorong penerimaan politik tersebut oleh pemerintah Republik Indonesia setelah keadaan pulih di Yogyakarta.

Dalam perjuangan diplomasi tersebut, Indonesia berupaya menjaga integritas wilayahnya, mencapai pengakuan internasional atas kemerdekaannya, dan mempercepat penyerahan kedaulatan sepenuhnya. Melalui perjanjian-perjanjian dan perundingan dengan pihak Belanda, Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaannya tanpa harus melibatkan kekerasan. Perjuangan diplomasi ini menunjukkan sikap bijaksana dan komitmen Indonesia dalam memperoleh pengakuan dan dukungan dari dunia internasional.