Liputan6.com, Jakarta - Apa itu ISIS? ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) adalah kelompok militan jihadis yang semula tidak diakui oleh pemerintah Suriah dan Irak tetapi didukung pemberontak sunni. Kelompok ISIS memiliki tujuan untuk mendirikan negara Islam dan menegakkan kekhilafahan Islam di wilayah tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Perkembangan ISIS di Indonesia dimulai dengan perekrutan anggota melalui lingkaran terdekat dan keluarga, karena faktor kepercayaan yang kuat. Begitu pula dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ISIS dinilai sudah berhasil menggunakan media sosial dan aplikasi pesan instan untuk menyebarkan propaganda dan merekrut anggota baru di Indonesia.
Organisasi-organisasi seperti Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dan pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap pengaruh dan penyebaran ISIS di Indonesia. Hal ini dapat mengurangi dampak dan penyebaran ISIS di tingkat nasional sekaligus global.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang apa itu ISIS, sejarah perkembangan, dan faktor penyebarannya, Selasa (13/6/2023).
Kelompok Militan Jihad
Apa itu ISIS adalah kepanjangan dari Islamic State of Iraq and Syria atau Negara Islam Irak dan Syam. Dalam bahasa Arab ISIS disebut Al-Dawiah Al-Islamiyah Fi al-Iraq Wa-al-sham, artinya sebuah negara dan kelompok militan jihad yang semula tidak diakui oleh Suriah dan Irak.
Pada awalnya, kelompok ini hanya didukung oleh para pemberontak Sunni. Menurut Brian Michael Jenkins dalam bukunya berjudul Brothers Killing Brothers (2014), ISIS dipandang sebagai transformasi al-Qaida dalam bentuk yang lebih radikal. al-Qaida sendiri adalah kelompok teroris beraliran Sunni yang dibentuk pada tahun 1988 oleh Osama bin Laden, Abdullah Azzam, dan beberapa anggota mujahidin.
ISIS merupakan gerakan atau kelompok ekstremis Muslim yang dibentuk pada tanggal 9 April 2013 di bawah pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi. Cita-cita pembentukan apa itu ISIS, terutana untuk mendirikan negara Islam dan menegakkan kekhilafahan Islam di Irak dan Suriah. Gerakan ini mengadopsi kekerasan dan taktik teror sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), perkembangan perekrutan anggota ISIS dilakukan melalui orang terdekat dan keluarga. Hal ini dilakukan karena faktor kepercayaan yang akan lebih kuat dalam mempengaruhi individu untuk bergabung dengan kelompok tersebut.
Sudah Menjadi Ideologi
Apa itu ISIS, saat ini tidak hanya menjadi gerakan di Irak dan Suriah, tetapi juga ideologinya telah menyebar ke berbagai negara melalui propaganda menggunakan fitur-fitur teknologi informasi dan komunikasi.
Pada pertengahan tahun 2015, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) mencatat adanya penurunan penggunaan Facebook, Google Plus, dan Twitter oleh jihadis asal Indonesia. Hal ini dikarenakan alasan keamanan, sehingga mereka beralih ke aplikasi seperti WhatsApp, Telegram, dan Zello untuk berkomunikasi.
Selain itu, di luar Indonesia, apa itu ISIS juga agresif dalam mengambil alih hashtag agar tidak terdeteksi sensor di Twitter. Tujuannya sederhana, yaitu untuk menyebarkan pesan mereka sejauh dan seluas mungkin.
Pada intinya, ISIS telah menjadi sebuah kelompok militan jihad yang menonjol dengan kekerasan dan taktik teror yang mereka lakukan. Dalam perjalanannya, mereka tidak hanya beroperasi di Irak dan Suriah, tetapi juga telah melakukan penyebaran ideologi mereka ke negara-negara lain melalui propaganda menggunakan media sosial dan aplikasi pesan instan. Hal ini menunjukkan betapa luasnya dampak dan penyebaran ISIS di tingkat global.
Advertisement
Penyebab Perkembangannya
Penyebaran ideologi ISIS tidak hanya terjadi di Timur Tengah, tetapi juga telah mencapai wilayah Asia Tenggara, dengan fokus utama di Indonesia dan Malaysia. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan ISIS di wilayah ini, yang dapat dijelaskan berdasarkan informasi yang dilansir dari Foreign Affairs.
1. Pandangan Teologis dan Keimanan
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi perkembangan ISIS di Asia Tenggara adalah adanya pandangan teologis dan keimanan yang sejalan dengan kelompok tersebut. Beberapa umat Muslim di Asia Tenggara melihat adanya tanda-tanda atau interpretasi dalam ajaran Islam yang menunjukkan bahwa pada akhirnya akan terbentuk Khilafah ala Minhaj Nubuwwah atau kekhilafahan Islam.
Pandangan ini menyiratkan keyakinan bahwa berdirinya negara Islam merupakan realisasi dari ajaran agama yang benar. Karena itu, sebagian individu yang memiliki pandangan ini cenderung terpikat dengan propaganda dan visi ISIS.
2. Sama-Sama Menentang Syiah
Faktor kedua adalah seruan ISIS terhadap sektarianisme dan penentangan terhadap Syiah. Di Asia Tenggara, terdapat kondisi sosial dan politik yang dinilai mendukung politik sektarianisme tersebut. Misalnya, di Malaysia, Syiah dilarang dan keberadaannya tidak diakui secara resmi, sementara di Indonesia, meskipun tidak secara eksplisit dilarang, Syiah juga menghadapi tantangan dan ketidakpengakuan dalam beberapa kasus.
Hal ini menciptakan lingkungan yang memungkinkan apa itu ISIS untuk memanfaatkan ketegangan sektarian yang ada dan merayu individu yang memiliki keyakinan sektarian dan anti-Syiah.
3. Ada Empati dan Solidaritas
Faktor ketiga yang mempengaruhi perkembangan ISIS di Asia Tenggara adalah adanya rasa simpati dan solidaritas umat Islam terhadap masyarakat Suriah yang terdampak konflik. Konflik yang terjadi di Suriah telah menyebabkan penderitaan dan kehancuran yang melibatkan banyak Muslim. Masyarakat Muslim di Asia Tenggara, terutama yang memiliki kepedulian kemanusiaan dan identitas keagamaan yang kuat, merasa terpanggil untuk membantu sesama Muslim dalam situasi yang sulit.
Hal ini ditambah dengan pemahaman mereka terhadap ajaran agama yang mendorong pengabdian dan jihad fi sabilillah, sehingga beberapa individu memilih untuk berangkat dan bergabung dalam perjuangan di Suriah atas nama misi kemanusiaan dan panggilan agama.
4. Lainnya
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengaruh ISIS di Asia Tenggara. Pemanfaatan media sosial dan aplikasi pesan instan seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, dan Zello telah memungkinkan kelompok ini untuk berkomunikasi secara efektif, menyebarkan propaganda, merekrut anggota baru, dan menyebarkan ideologi mereka.
Media sosial memberikan akses yang mudah bagi individu yang terpapar dengan propaganda ISIS untuk mendapatkan informasi, berinteraksi dengan anggota lain, dan merasa terlibat dalam perjuangan yang diromantisasi.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan sosial, politik, dan ekonomi juga dapat memainkan peran dalam perkembangan ISIS di Asia Tenggara. Ketimpangan sosial-ekonomi, ketidakpuasan politik, dan konflik komunal di beberapa wilayah juga dapat menciptakan iklim yang memungkinkan ideologi ekstremis seperti ISIS berkembang.