Sukses

Doa dan Adab Ziarah Kubur Hari Raya Idul Adha, Perhatikan Anjurannya

Ziarah kubur Idul Adha sebagai merupakan salah satu upaya yang baik untuk mengingatkan akhirat.

Liputan6.com, Jakarta Ziarah kubur Idul Adha sangat dianjurkan dalam agama Islam. Meskipun tidak ada batasan waktu yang ketat untuk ziarah kubur, hari raya Idul Adha menjadi salah satu waktu yang dianggap tepat untuk melaksanakannya. Para ulama dan sumber-sumber referensi agama, seperti Al-Mausu'atul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, menegaskan pentingnya melakukan ziarah pada hari raya, baik itu Idul Fitri maupun Idul Adha. 

Menurut penjelasan Ustaz Abdul Somad (UAS) yang dikutip dari YouTube Ustadz Abdul Somad Official, ziarah kubur Idul Adha termasuk dalam amalan yang dianjurkan. Hadis yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib juga menekankan pentingnya ziarah kubur sebagai upaya untuk mengingatkan akhirat.

Selain itu, momen Idul Adha juga dapat menjadi kesempatan baik untuk berdoa dan memohonkan ampunan bagi para penghuni kubur. Dalam ziarah kubur di momen Idul Adha, umat Muslim dapat meluangkan waktu untuk membaca surat-surat pendek seperti Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Nas, Al-Ikhlash, ayat Kursi, serta doa-doa yang berkaitan dengan permohonan ampunan dan rahmat bagi mereka yang telah meninggal dunia. 

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang doa dan adab ziarah kubur Idul Adha, lengkap anjurannya, Selasa (13/6/2023)

2 dari 4 halaman

Doanya

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

سَـــلاَمُ اللهِ يـَا سَـــادَةْ ۩ مِنَ الرَّحْمٰنِ يَغْـْشَاكُمْ عِبَـــــادَ اللهِ جِـئْنَــاكُمْ ۩ قَـصَدْنَاكُمْ طَلَبْنَـاكُمْ تُـعِــيـْنُوْنَــــا تُـغِــــيْثُوْنَــــا۩ بـهِمَّتِكُمْ وَجَــدْوَاكُـمْ فَأَحْبُـوْنَـــــا وَأَعْـطُوْنَــــا ۩ عَـطَاَياكُمْ هَـــدَايَـاكُمْ فَــــلاَ خَيَّـبْتُـمُوْا ظَـــنِّيْ ۩ فَحَــاشَاكُمْ وَحَاشَاكُمْ سَــعِدْنَـــا إِذْ أَتَيْنــَاكُمْ ۩ وَفُزْنَــا حِيْنَ زُرْنَــــاكُمْ فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ۩ إِلَى الرَّحْمٰنِ مَـوْلاَكُمْ عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ۩ مَـزَايـَا مِنْ مَزَايـَاكُمْ عَسَى نَظْرَةْ عَسَى رَحْمَـــةْ ۩ تَـغْشَـانَا وَتَـغْشَاكُمْ سَــــلاَمُ اللهِ حَـيــَّــاكُـــم ۩ وَعـَيْنُ اللهِ تَـرْعَــاكُمْ وَصَـــــلَّى اللهُ مـَوْلاَنَـــا ۩ وَسَـــــلَّمَ مَا أَتَـيْنَـــاكُـــــمْ عَلَى الْمُخْـتَارِ شَـــافِعِنَــا ۩ وَمُـنْقـِذِنَـا وَإِيَّـــــاكُمْ

“Bismillâhirrahmânirrahîm

Salâmullâhi yâ sâdah minar-Rahmâni yaghsyâkum

Ibâdallâhi ji’nâkum qashadnâkum thalabnâkum

Tu'înûnâ tughîtsûnâ bihimmatikum wa jadwâkum

Fa ahbûnâ wa a'thûnâ 'athâyâkum hadâyâkum

Falâ khayyabtumû dzannî fahâsyâkum wahâsyâkum

Sa'idnâ idz ataynâkum wa fuznâ hîna zurnâkum

Faqûmû wasyfa'û fînâ ilâr-rahmâni mawlâkum

'Asâ nuhdzâ 'asâ nu'thâ mazâyâ min mazâyâkum

'Asâ nadzrah 'asâ rahmah taghsyânâ wa taghsyâkum

Salâmullâhi hayyâkum wa 'ainullâhi tar'âkum

Wa shallâllâhu mawlânâ wasallam mâ atainâkum

'Alâl mukhtâri syâfi'înâ wa munqidzinâ wa iyyâkum”

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Wahai Tuanku, semoga salam Allah tetap tercurah padamu. Wahai hamba-hamba Allah, kami datang kepadamu. Kami bermaksud (bersentuhan dengan rohanimu) dan kami berharap (berkahmu). Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan tekad dan pencapaianmu (selama ini). Maka cintailah dan berikanlah kepada kami hal-hal yang Allah berikan dan hadiahkan padamu.

Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua (dari sifat tega menyia-nyiakan kami). Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan menziarahimu, maka bangkitlah dan syafaatilah kami bermohon pada Allah yang bersifat ar-Rahman, Tuanmu. Mudah-mudahan kami diberi (Allah) keberuntungan dan diberi limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.

Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan menyelimuti kami dan engkau. Semoga engkau semakin dihidupkan dengan keselamatan (dari) Allah dan semoga pandangan Allah senantiasa menuntun engkau. Mudah-mudahan rahmat Allah dan keselamatan semakin terlimpah kepada tuan kita, manusia pilihan yang mensyafaati dan menyelamatkan kita.”

3 dari 4 halaman

Adabnya

Dalam buku berjudul "Panduan Ziarah Kubur" yang ditulis oleh Sutejo Ibnu Pakar, terdapat empat hal penting yang menjadi panduan untuk melaksanakan ziarah kubur dengan benar atau disebut juga sebagai adab ziarah kubur. Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai adab ziarah kubur tersebut.

1. Mengucapkan Salam

Pertama, salah satu adab yang penting dalam ziarah kubur adalah mengucapkan salam kepada para penghuni kubur. Salam yang diucapkan adalah sebagai berikut:

"Assalâmu 'alâ ahlid diyâr, minal mu'minîna wal muslimîn, antum lanâ farthun, wa nahnu insyâallâhu bikum lâhiqûn." Salam ini mengandung arti, "Salam atas para penghuni kubur, mukminin, dan muslimin. Engkau telah mendahului kami, dan insya Allah kami akan menyusulmu."

2. Membaca Surat Pendek

Kedua, saat berziarah kubur, penting untuk membaca beberapa surat pendek. Surat-surat pendek yang dianjurkan untuk dibaca antara lain adalah surat Al-Qadar sebanyak tujuh kali, surat Al-Fatihah sebanyak tiga kali, surat Al-Falaq sebanyak tiga kali, surat An-Nas sebanyak tiga kali, surat Al-Ikhlash sebanyak tiga kali, dan ayat Kursi sebanyak tiga kali.

3. Membaca Doa Pendek

Ketiga, dalam adab ziarah kubur, perlu juga membaca doa yang berisi permohonan agar penghuni kubur dijauhkan dari azab. Doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah sebagai berikut:

"Allâhumma innî as-aluka bihaqqi Muhammadin wa âli Muhammad an lâ tu'adzdziba hâdzal may¬yit." Doa ini memiliki arti, "Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad, janganlah azab menimpa penghuni kubur ini."

4. Meletakkan Tangan di Atas Kuburan

Keempat, salah satu adab lainnya adalah meletakkan tangan di atas kuburan dan membaca doa tertentu. Doa yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

"Allâhumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw'atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghnî bihâ 'an rahmatin min siwâka, wa alhiqhu biman kâma yatawallâhu."

Arti doa ini adalah, "Ya Allah, kasihi keterasingannya, sambungkan kesendiriannya, hiburlah kesepiannya, tenteramkan kekhawatirannya, tenangkan dia dengan rahmat-Mu yang tidak membutuhkan kasih sayang selain dari-Mu, dan pertemukanlah dia dengan orang yang dicintainya."

4 dari 4 halaman

Anjurannya

Ziarah kubur Idul Adha dapat dilaksanakan menjelang dan setelah hari raya Idul Adha. Para ulama menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada batasan waktu yang ketat untuk melakukan ziarah kubur, tetapi hari raya dianggap sebagai waktu yang dianjurkan untuk melakukannya.

Dalam Al-Mausu’atul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, disebutkan ziarah kubur dianjurkan pada hari raya, termasuk hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Melalui ziarah ini, peziarag dapat diingatkan akan kehidupan akhirat.

Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official menegaskan hukum ziarah kubur. Menurut UAS mazhab Maliki membolehkan, sementara Hambali tidak membolehkan. Lalu, boleh menurut mazhab Syafi'i, tetapi tidak boleh menurut mazhab Hanafi.

Hadis yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW, menyatakan bahwa dulu beliau melarang umatnya untuk ziarah kubur, tetapi sekarang ziarah kubur dianjurkan, karena dapat mengingatkan akan kehidupan akhirat. Hadis ini menunjukkan pentingnya ziarah kubur dalam agama Islam.

"Sesungguhnya aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah ke kuburan." (HR. Muslim)

UAS menyatakan hadis tentang ziarah kubur termasuk dalam kategori hadis qauli dan fi'li. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menghindari ziarah kubur pada momen hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam kedua hal ini, dalil menunjukkan ziarah kubur kepada orang-orang beriman termasuk yang dianjurkan.

Dalam Islam, ziarah kubur memiliki batasan dan aturan yang harus dipatuhi. Hal ini meliputi larangan terhadap perbuatan syirik, meminta tolong kepada orang yang telah meninggal, serta menjauhi berbagai bentuk kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan etika dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sesuai tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual keagamaan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam. Hal ini tercatat dalam buku "Berkah Pena Bertinta Emas" karya Zainal Ilmi.