Sukses

MashaAllah atau MasyaAllah? Pahami Gaya Penulisan yang Benar Serta Dalilnya

Masya Allah (ما شاء الله) merupakan frasa yang diungkapkan Umat Islam, guna menunjukkan sikap kekaguman terhadap seseorang, sesuatu atau kejadian yang ditemui.

Liputan6.com, Jakarta MashaAllah atau MasyaAllah? MasyaAllah dalam bahasa Arab ditulis (ما شاء الله) dan tulisan latinnya (Maa syaa Allah). Tulisan Masya Allah artinya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT. Tulisan Masya Allah yang benar dianjurkan untuk diucapkan, ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan atas kuasa Allah SWT. 

MashaAllah atau MasyaAllah? Tulisan Masya Allah yang benar dalam bahasa Indonesia adalah Masyaallah yang digabung, bukan dipisah. Dalam tradisi Islam, penggunaan "MasyaAllah" juga berkaitan dengan keyakinan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu, termasuk segala keindahan dan prestasi.

MashaAllah atau MasyaAllah? Dengan menggunakan ungkapan ini, umat Muslim mengakui bahwa apa yang terjadi atau ditemukan merupakan kehendak Allah yang patut disyukuri. Dalam Islam, umat Muslim diajarkan untuk merenungkan keajaiban ciptaan Allah, dan mengakui bahwa semua yang ada adalah karunia-Nya.

Berikut ini Arti MasyaAllah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/6/2023).

2 dari 4 halaman

Mengenal Arti MasyaAllah

Tulisan Masya Allah yang benar dalam bahasa Indonesia adalah Masyaallah yang digabung, bukan dipisah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan tulisan Masya Allah yang benar menggunakan "sya" buka "sha" karena artinya akan berbeda. Masya Allah artinya kata seru untuk menyatakan perasaan heran, sayang, dan keterkejutan.

MasyaAllah masuk jenis kalimat thayyibah yang sumbernya dari Al-Qur'an sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 39. Hal ini dijelaskan dalam jurnal penelitian berjudul Peningkatan Pengucapan Kalimat Thoyyibah Melalui Reality Story Book di Taman Kanak-kanak Lab School FIP UMJ (2018) oleh Widia Winata.

Arti Masya Allah menurut Al-Qur’an terdapat di dalam Al-Kahfi ayat 39. Kalimat Masya Allah terdiri dari dua kata, yang bisa berfungsi sebagai predikat maupun kata benda. Berikut isi surat Al-Kahfi Ayat 39:

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.”

Menurut Keputusan Bersama Menteri Agama (Menag) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 Nomor 0543b/U/198, tulisan Masya Allah yang benar dalam bahasa Indonesia adalah merujuk pada aturan serapannya. Berdasarkan peraturan ini, huruf ﺵ yang diserap dalam bahasa Indonesia menjadi “sy” sehingga مَا شَاءَ اللهُ jika dituliskan dalam bahasa Indonesia menjadi masyaallah atau masya allah.

 

 

3 dari 4 halaman

Dalil

Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 39

وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالًا وَوَلَدًا

Walau lā iż dakhalta jannataka qulta mā syā`allāhu lā quwwata illā billāh, in tarani ana aqalla mingka mālaw wa waladā 

Artinya:

Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah

وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللهُ

Yang memiliki arti: Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah”.

Kalimat tersebut memiliki maksud, mengapa saat kamu memasuki kebunmu tidak mengatakan “MasyaaAllah”. Ini merupakan dorongan baginya agar mengakui bahwa kebun dan segala isinya itu ada dengan kehendak Allah, Allah bisa saja menghendaki untuk tetap menjaganya atau menghendaki untuk menghancurkannya.

لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Artinya: Tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Kalimat ini digunakan sebagai dorongan baginya untuk mengakui kelemahannya, dan apa yang dapat ia lakukan untuk merawat kebun itu sebenarnya adalah karena pertolongan Allah dan bukan karena kekuatan dan kemampuannya. Maka tidak ada seorangpun yang berhak mengambil harta dan kenikmatannya kecuali Allah.

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah berkata kepada Abu Musa: “maukah kamu aku tunjukkan bagian dari perbendaharaan surga? Ketahuilah ia adalah kalimat Laa ilaaha illaa Allah.”

4 dari 4 halaman

Cara Menjawab Ungkapan MasyaAllah

Masya Allah (ما شاء الله) merujukan kepada Umat Islam untuk menekankan diri kepada ajaran Islam bahwa Hanya Allah SWT sebagai pengendali pencipta Takdir bagi segala sesuatu. Ungkapan ini juga menjadi ungkapan kegembiraan disertai doa. MasyaAllah menunjukan kepada kita agar manusia selalu bersandar atas segala hal yang indah, menakjubkan dan diluar akal Manusia. Kekaguman atas segala yang terjadi di dunia dalam Islam harus tidak melepaskan diri dari sang Penciptanya yaitu Allah SWT.

Kemudian bagaimana kita menjawab ucapan Masya Allah dari orang yang mengucapkannya kepada kita atau disekitar kita? Beberapa Ulama membuat Ijtihad guna menjawab Masya Allah yaitu dengan menjawab dengan kata Tabarakllah (تبارك الله). Kata ini untuk menghindari timbulnya penyakit AIN.

Penyakit Ain ini berasal dari kata Ainaya-Ainu dengan makna “terkena sesuatu hal yang disebabkan oleh mata”. Penyakit Ain akan menghinggapi manusia dan menjadikan manusia merasa takjub disertai sikap iri dengki. Penyakit ini dapat merasuk kepada setiap manusia, dengan rasa takjub berlebihan kepada makhluk tidak dibarengi dengan keimanan kepada Allah SWT. 

Oleh karenanya jika ada ucapan masya Allah hendaknya tabarakallah, untuk selalu mengingat bahwa yang manusia lakukan atau lihat itu hakikatnya atas kehendak Allah SWT.

Rasulullah SAW:

“Jika seseorang dari kalian melihat dari saudaranya, melihat dari saudaranya atau melihat harta yang dimilikinya yang menakjubkan, maka hendaklah mendoakan keberkahan kepada saudaranya tersebut, karena penyakit Ain itu benar-benar ada.” (HR. Ahmad). Ash-shawabu Minallah