Liputan6.com, Jakarta Indonesia patut berbangga usai Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sukses lepas landas. Satelit multifungsi ini meluncur dengan bantuan roket milik SpaceX di Cape Canaveral Space Force Station, Florida tepat pukul 05:21 WIB atau hari Minggu pukul 18.21 waktu Florida, Amerika Serikat. Menariknya, satelit milik Indonesia ini punya banyak kelebihan.
Baca Juga
Fakta Menarik Satelit Satria-1, Satelit Indonesia dengan Kapasitas Terbesar di Asia yang Emban Tugas Mulia
Satelit Satria-1 Meluncur dengan Sukses, Kini Dalam Perjalanan Menuju Orbitnya di 146 Derajat BT
Laporan dari Florida: Surveyor Indonesia Jamin Spesifikasi dan Layanan Satelit Satria-1 Tepat Sasaran
Advertisement
SATRIA-1 merupakan satelit yang dibuat oleh PT Satelit Nusantara III yang dikerjakan oleh Thales Alenia Space di Cannes, Perancis. Lewat laman Instagram pribadi, Presiden Jokowi membagikan momen detik-detik satelit terbaru Indonesia ini lepas landas.
Sebagaimana yang telah diketahui, Jokowi terus menekan pertumbuhan pemerataan internet di tanah air. Pasalnya proyek SATRIA-1 ini digadang menjadi solusi akses internet di pelosok tanah air. Tak hanya itu, kelebihan peluncuran satelit SATRIA-1 ini bakal mempercepat kecepatan internet di Indonesia.
“SATRIA-1 adalah satelit multifungsi pertama milik pemerintah dengan kapasitas terbesar di Asia. Satelit ini akan menempati orbit 146°BT tepat di atas Papua,” tulis Jokowi di Instagram resminya.
Lantas seperti apa proyek SATRIA-1 yang kini mengemban tugas persatuan Indonesia. Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum fakta Satelit SATRIA-1 melansir dari berbagai sumber, Senin (19/6/2023).
1. Satelit Internet Berkapasitas Terbesar se Asia
Melansir dari Tekno Liputan6.com, SATRIA-1 merupakan satelit multifungsi pertama yang diinisiasi pemerintah melalui Kementerian Kominfo. Tujuannya tak lain untuk menyediakan akses internet pada titik-titik layanan publik, terutama di wilayah yang tidak tercakup jaringan fiber optik.
Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang masih banyak daerah yang tak terjangkau sinyal internet.
"Teknologi satelit memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik, dalam 10 tahun ke depan," tutur Plt. Menkominfo Mahfud MD sebelum peluncuran Satria-1.
Satelit Satria-memiliki total transmisi 150 Gbps, menjadikan satelit dengan kapasitas terbesar di Asia dan menjadi nomor lima di dunia. Kapasitas satelit ini bahkan melebihi sembilan satelit aktif yang digunakan Indonesia sekarang.
Advertisement
2. Satelit Republik Indonesia (SATRIA) Diterbangkan Roket Elon Musk
Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) berhasil diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Senin (19/6/2023). Peluncuran tersebut terjadi pada pukul 18.21 waktu Florida atau pukul 05.21 WIB. Cuaca cerah terpantau di lokasi peluncuran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
SATRIA-1 diterbangkan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX yang dimiliki oleh Elon Musk. Falcon 9 adalah roket yang mendarat secara vertikal dan dapat digunakan kembali untuk misi berikutnya. Roket setinggi 70 meter ini mulai meluncur ke luar angkasa setelah menyemburkan api.
Selang beberapa saat, roket bagian satu dari Falcon 9 lepas dan roket kedua melanjutkan tugasnya. Pada tahap kedua SATRIA-1 melanjutkan perjalanan sambil dibawa pendorong kedua menuju target garis orbit, butuh waktu 27 menit hingga sampai di orbit yang sudah ditetapkan.
Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Layanan Umum Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (BAKTI) menyelenggarakan acara Nonton Barang (Nobar) Peluncuran SATRIA-1.
3. Satelit SATRIA-1 Mengorbit di Atas Papua untuk Pemerataan Akses Internet Tanah Air
Melansir dari Bisnis Liputan6.com, proyek satelit Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang melibatkan Kominfo dan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) ini menjadi kebanggan tersendiri, tak terkecuali bagi Komisaris Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Sofyan Djalil.
"Peluncuran Satria-1 ini menjadi tonggak sejarah. Indonesia memasuki era baru dalam memberikan pemerataan akses konektivitas internet di berbagai wilayah pelosok," kata Sofyan Djalil di Florida, Amerika Serikat, Minggu (19/6/2023).
Setelah lepas landas, satelit SATRIA-1 segera melakukan perjalanan menuju slot orbitnya di 146 derajat BT (Bujur Timur) atau tepat berada di atas wilayah Papua. Pasalnya, wilayah Indonesia Timur memang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah program pemerataan layanan telekomunikasi.
Advertisement
4. SATRIA-1 Sukses Meski Anggaran Membengkak Sampai Rp 8 Triliun
SATRIA-1 bertujuan untuk menyamakan akses internet di daerah-daerah terpencil, terdepan, dan terluar (3T). Rencananya, satelit ini akan memberikan layanan internet di sekitar 50 ribu lokasi fasilitas publik dengan kecepatan 4 Mbps.
Satelit ini dibangun oleh Satelit Nusantara 3 dan dirakit oleh Thales Alenia Space (TAS) di Prancis menggunakan platform SpaceBus NEO. Investasi awal untuk pembuatan SATRIA-1 sebesar US$450 juta (sekitar Rp6,6 triliun), namun biaya tersebut meningkat menjadi US$540 juta (sekitar Rp 8 triliun).
Salah satunya adalah karena awalnya SATRIA-1 direncanakan akan diangkut menggunakan pesawat Antonov, namun rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya konflik antara Rusia dan Ukraina. Oleh karena itu, SATRIA-1 akhirnya diangkut menggunakan kapal kargo Nordic dari Perancis ke Cape Canaveral melalui jalur laut, yang memakan waktu sekitar 17 hari.
5. Satelit SATRIA-1 Menjangkau Ribuan Layanan Kesehatan hingga Sekolah
SATRIA-1 adalah jenis satelit pertama dan terbesar di Asia. Satelit High Throughput Satellite (HTS) multifungsi ini dirancang untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi dan menghubungkan 150 ribu sekolah, puskesmas, kantor perangkat desa, dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
SATRIA-1 memiliki target mencakup 3.700 titik layanan kesehatan, 9.390 titik sekolah dan pesantren, 47.900 desa, dan 4.500 titik layanan publik. Selain memberikan manfaat sosial kepada masyarakat, teknologi ini juga mendukung perekonomian serta sistem keamanan dan pertahanan negara.
Peningkatan pelayanan digital yang optimal menjadi alasan di balik inisiasi proyek SATRIA-1. Proyek ini merupakan kolaborasi antara pemerintah dan badan usaha untuk meluncurkan satelit multifungsi. Saat ini, hanya terdapat sembilan satelit yang mendukung layanan telekomunikasi di Indonesia, namun cakupannya belum merata di seluruh wilayah.
Advertisement
6. Operasional Satelit SATRIA-1 Didukung 11 Stasiun Bumi
Ada 11 stasiun Bumi (gateway) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Cikarang, Batam, Banjarmasin, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Stasiun-stasiun ini mendukung operasional satelit.
Pusat kontrol utama dan pusat jaringan satelit terletak di Cikarang, Jawa Barat, sedangkan ada juga pusat kontrol cadangan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. PSN bekerja sama dengan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) untuk pembangunan antena di 11 gateway.
Selain itu, Kominfo sedang mempersiapkan satelit cadangan untuk memenuhi kebutuhan satelit internet nasional. Proses konstruksi satelit cadangan tersebut sedang berlangsung di Los Angeles dan telah mencapai 85 persen. Rencananya, satelit cadangan ini akan diluncurkan pada Oktober 2023.