Liputan6.com, Jakarta Tamyiz merupakan sebuah istilah yang dapat dipahami dengan dua cara. Yang pertama adalah tamyiz dalam terminologi ilmu fiqih. Yang kedua adalah tamyiz dalam terminologi nahwu.
Secara terminologi tamyiz merupakan istilah yang berasal dari kata dalam bahasa Arab yang “membedakan” atau “pembeda”. Akan tetapi secara terminologi, pemaknaan istilah tamyiz bisa memiliki makna yang berbeda-beda tergantung konteks di mana istilah tersebut digunakan.
Tamyiz dalam pengertian ilmu fiqih biasanya dikaitkan dengan salah satu fase perkembangan anak di mana seorang anak sudah dikatakan dapat membedakan benar dan salah, baik dan buruk. Dengan kata lain, tamyiz adalah suatu fase di mana anak sudah memiliki kemampuan dalam membedakan benar dan salah maupun baik dan buruk.
Advertisement
Sedangkan dalam terminologi ilmu nahwu, tamyiz adalah isim atau kata benda yang dinasabkan. Hal ini berfungsi untuk menerangkan suatu hal yang masih samar dalam sebuah kalimat. Tanpa tamyiz, sebuah kalimat tersebut dapat menjadi ambigu atau tidak jelas.
Untuk memahami makna tamyiz lebih dalam, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (26/6/2023).
Pengertian Tamyiz dalam Terminologi Fiqih
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tamyiz merupakan istilah yang dapat dimaknai dengan dua cara, salah satunya dipahami dalam terminologi ilmu fiqih. Dalam terminologi ilmu fiqih, tamyiz adalah tingkat kemampuan seorang anak untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Secara sederhana, tamyiz merupakan tingkat perkembangan pikiran anak. Anak yang telah mencapai tingkat ini disebut sebagai anak yang mumayyiz. Kemampuan tamyiz tidak bergantung pada usia, beberapa anak dapat mencapainya lebih awal daripada yang lain.
Umumnya, anak-anak dapat mencapai tahap tamyiz sebelum mencapai usia dewasa atau baligh menurut ajaran Islam. Kemampuan anak-anak untuk membedakan antara yang baik dan buruk serta memahami syariat Islam dapat dioptimalkan oleh orang tua untuk membentuk anak-anak yang saleh.
Salah satu langkah yang perlu diambil adalah membimbing anak-anak dalam menjalankan ibadah wajib seperti shalat dan puasa. Pada usia ini, anak-anak biasanya sudah dapat melaksanakan shalat dan berpuasa, sehingga mereka membutuhkan bimbingan dari orang tua agar terbiasa melaksanakan ibadah tersebut.
Selain itu, orang tua dapat membimbing anak-anak dalam menghafal Al-Quran. Anak-anak juga harus diajarkan untuk hidup mandiri dan dijauhkan dari hal-hal negatif, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang saleh.
Advertisement
Ciri-Ciri Anak yang Sudah Mumayyiz
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam terminologi ilmu fiqih, tamyiz adalah tingkat kemampuan berpikir anak ketika sudah dapat membedakan benar dan salah maupun baik dan buruk. Sedangkan anak yang sudah mencapai kemampuan ini disebut sebagai mumayyiz.
Seorang anak dapat dikatakan telah menjadi mumayyiz dapat dikenali dari ciri-cirinya. Adapun ciri-ciri anak yang sudah mumayyiz atau sudah memiliki tingkat kemampuan berpikir yang bisa disebut sebagai tamyiz adalah sebagai berikut:
1. Dapat Memahami dan Merespons Pembicaraan
Anak yang telah mencapai tingkat tamyiz atau sudah mumayyiz umumnya telah mampu memahami apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini terlihat dari respons mereka terhadap pembicaraan orang yang berkomunikasi dengan mereka. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik dan kemampuan berpikir mereka aktif dalam membantu mereka mengungkapkan perasaan mereka.
2. Dapat Membedakan yang Baik dan yang Buruk
Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk menjadi tanda yang paling jelas pada anak yang mumayyiz. Meskipun mengajarkan konsep baik dan buruk adalah tanggung jawab orang tua, anak yang sudah mencapai tingkat tamyiz dapat membedakan dengan pemikiran mereka sendiri. Oleh karena itu, perbedaan pendapat antara anak dan orang tua dapat terjadi. Kemampuan berpikir anak yang telah berkembang memungkinkan mereka untuk menilai apa yang baik dan buruk tanpa perlu diarahkan oleh orang tua.
3. Mandiri
Anak yang mumayyiz tidak hanya memiliki kemampuan berpikir yang aktif dan berkembang, tetapi juga dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, seperti makan, minum, dan mencuci piring sendiri. Anak yang telah mencapai tahap tamyiz juga dapat memahami seruan hukum Islam secara sadar. Mereka melakukannya atas kehendak mereka sendiri, bukan karena diperintahkan oleh orang tua.
Pengertian Tamyiz dalam Terminologi Ilmu Nahwu
Selain dapat dipahami dalam terminologi ilmu fiqih, istilah tamyiz juga dapat dipahami dalam terminologi ilmu nahwu. Dalam ilmu nahwu, istilah tamyiz mengacu pada pada penggunaan kata benda yang memberikan penjelasan atau penegasan pada hal yang tidak jelas dalam sebuah kalimat.
Tamyiz berfungsi untuk menghindari ambiguitas atau ketidakjelasan dalam kalimat tersebut. Berikut ini adalah contoh penggunaan tamyiz dalam kalimat.
Pada kalimat عَشَرَ أرْبَعَةَ رَأَيْتُ tidak diketahui apa yang berjumlah 14 (عَشَرَ أرْبَعَةَ). Namun, jika kalimat tersebut ditulis غَنَمًا عَشَرَ أرْبَعَةَ رَأَيْتُ, dapat dimengerti apa yang berjumlah 14. Kata tersebut menerangkan kambing (غَنَمًا). Kata kambing inilah yang disebut tamyiz dalam kalimat tersebut. Sehingga, jika diartikan, kalimat itu berarti ‘saya menyaksikan 14 kambing.’
Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kata benda agar dapat secara sah disebut sebagai tamyiz:
- Menerangkan suatu benda yang masih samar.
- Merupakan kata benda (isim), bukan kata depan (harf) atau kata kerja (fi'il).
- Mempunyai i'rab yang sesuai (misalnya nashab, yaitu bentuk kata benda yang menunjukkan atribut atau sifat pada kata tersebut).
Advertisement
Macam-Macam Tamyiz dalam Ilmu Nahwu
Dalam ilmu nahwu, terdapat istilah tamyiz yang merujuk pada kata atau frasa yang berfungsi untuk menjelaskan kata benda yang samar dalam sebuah kalimat. Tamyiz dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yang kemudian terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Berikut adalah penjelasannya.
1. Tamyiz Dzat atau Malfudz
Tamyiz malfudz adalah tamyiz yang digunakan untuk menghilangkan ketidakjelasan pada kata benda sebelumnya yang telah menunjukkan ukuran atau jumlah. Jenis tamyiz ini berupa kalimat yang menjelaskan kata benda samar yang diucapkan atau dilafalkan.
Contohnya adalah "عشر كوكبا احد رأيت" (Sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang). Tamyiz malfudz dapat dibagi lagi menjadi empat jenis berikut.
Tamyiz bilangan (11-99). Ini berlaku untuk bilangan antara 11 hingga 99. Contohnya: "اشتريتُ ستةَ عشرَ كتابًا" (Aku membeli enam belas buku), "في المدرسةِ ثلاثونَ قاعةً" (Di sekolah terdapat tiga puluh ruangan).
- Tamyiz ukuran jarak, contohnya: "اشتريتُ ذِراعًا صوفًا" (Aku membeli sejengkal kain wol), "عندي هكتارٌ أرضًا" (Aku memiliki hektar tanah).
- Tamyiz ukuran takaran, contohnya: "اشتريتُ صاعًا قمحًا" (Aku membeli satu sa' gandum), "عندي ليترٌ حليبًا" (Aku memiliki satu liter susu).
- Tamyiz ukuran berat, contohnya: "عندي رطلٌ تفاحًا" (Aku memiliki satu pon apel), "اشتريتُ كيلو جرامًا لحمًا" (Aku membeli satu kilogram daging).
2. Tamyiz Nisbat atau Malhudz
Tamyiz malhudz adalah tamyiz yang digunakan untuk menghilangkan ketidakjelasan makna umum dari hubungan dua frasa dalam konstruksi jumlah.
Tamyiz malhudz merupakan peralihan dari subjek, pelaku, atau objek. Artinya, tamyiz tersebut dapat digabungkan dengan frasa yang spesifik dan berfungsi sebagai subjek, pelaku, atau objek.
a. Tamyiz peralihan dari subjek
"المدرسُ أكثرُ من الطالبِ علمًا" (Guru lebih berilmu daripada murid).
Awalnya: "علمُ المدرسِ أكثرُ من علمِ الطالبِ" (Ilmu guru lebih banyak daripada ilmu murid).
b. Tamyiz peralihan dari pelaku
"حسنَ الشابُّ خلقًا" (Pemuda itu memiliki akhlak yang baik).
Awalnya: "حسنَ خلقُ الشابِّ" (Akhlak pemuda itu baik).
c. Tamyiz peralihan dari objek
"غرسَ أحمدُ الأرضَ شجرًا" (Ahmad menanam pohon di tanah).
Awalnya: "غرسَ أحمدُ شجرَ الأرضِ" (Ahmad menanam pohon di tanah).