Liputan6.com, Jakarta Kutubus Sittah merupakan istilah dalam agama Islam yang digunakan untuk menyebut enam kitab. Kitab-kitab tersebut paling banyak dijadikan pedoman di kalangan umat Islam dari banyaknya kitab hadis yang ada.
Baca Juga
Advertisement
Secara umum, Kutubus Sittah adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadis dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kumpulan kitab-kitab hadis yang disusun oleh para pengumpul hadis awal. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Islam Muhammad (hadis).
Kitab yang termasuk dalam Kutubus Sittah adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa'i, dan Sunan Ibnu Majah. Keenam kitab tersebut disusun oleh penulisnya yang namanya sama dengan nama kitab itu.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai Kutubus Sittah dan keenam kitabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (3/7/2023).
Kutubus Sittah Adalah
Secara etimologi, kata Kutubus Sittah berasal dari bahasa Arab yang berarti Keenam Kitab. Jadi, Kutubus Sittah adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadis dalam Islam.
Keenam kitab ini merupakan kumpulan kitab-kitab hadis yang disusun oleh para pengumpul hadis awal atau kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Islam Muhammad (hadis).
Kitab yang termasuk dalam Kutubus Sittah adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasa'i, dan Sunan Ibnu Majah. Keenam kitab yang termasuk dalam Kutubus Sittah adalah yang paling banyak dijadikan pedoman di kalangan umat Islam dari banyaknya kitab hadits yang ada.
Kutubus Sittah dinamakan kitab induk karena hadis yang dikarang oleh para imam tersebut merupakan kitab yang biasa dijadikan rujukan apabila kaum Muslimin ingin mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, syariat, maupun akhlak.
Hal yang sama juga dijelaskan dalam buku berjudul Iman (2015) karya Agus Nizami, Kutubus Sittah berarti kitab yang enam yaitu kitab-kitab hadis yang menjadi standar rujukan para ulama dan kaum Muslimin untuk menjadi hujjah bagi persoalan-persoalan agama. Perlu diketahui, lebih dari 90% hadis mengenai masalah hukum tercantum dalam Kutubus Sittah.
Sementara itu, dalam buku yang berjudul Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII (2021) karya H. Fida’ Abdilah, Kutubus Sittah adalah penyatuan dua kitab sahih dan empat kitab sunan. Kutubus sittah menjadi pertanda kemajuan ilmu agama Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.
Advertisement
Keenam Kitab Kutubus Sittah dan Penyusunnya
1. Shahih BukhariÂ
Shahih Mukhari dihimpun oleh Imam Bukhari yang sering sebagai amir al-mukminin atau penghulunya Umat Islam dalam perkara hadis. Bahkan, di kalangan para ahli hadis sendiri, beliau didaku sebagai imam atau pemimpin para ahli hadis dan maha guru dari segenap penghapal hadis di masanya.
Imam Bukhari mempunyai nama lengkap, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fiy. Beliau dilahirkan apada hari Jum’at pada tanggal 13, bulan Syawwal, tahun 194 H, di Bukhara.
Kitab yang disusun oleh Imam Bukhari memuat hadits-hadits tentang hukum, keutamaan amal, etika pergaulan, sejarah, dan berita tentang kejadian-kejadian di masa mendatang. Imam Bukhari melahirkan banyak sekali karya, namun yang paling masyhur ialah: al-Jami’ al-Shahih.
2. Shahih MuslimÂ
Shahih Mukhari dihimpun oleh Muslim bin Hajjaj. Imam Muslim merupakan salah satu imam hadis yang punya reputasi tinggi sepanjang jaman. Beliau mempunyai nama lengkap yakni Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaaj bin Muslim bin Ward ibn Kuusyaadz al-Qusyairiy an-Naisaabuuriy. Lahir di Naisabur pada tahun 206 (ada pula yang mengatakan pada tahun 204), Imam Muslim sudah sejak kecil mulai belajar hadis. Kesempatan untuk kali pertama mendengar (sima’) hadis dialami beliau di usia masih belia pada tahun 218 H, atau ketika beliau berumur 12 tahun.
Imam Muslim menghabiskan hampir sepanjang hidupnya untuk mencari hadis ke berbagai kota yang menjadi kantung-kantung keilmuan di dunia Muslim, di masanya. Imam Muslim dikenal sebagai figur intelektual hadis besar setelah Imam Bukhari, dimana kitab shahih-nya banyak dipuji sebagai yang paling mempunyai susunan terbaik dan sanad-nya tercatat sebagaimana adanya, tanpa penambahan juga pengurangan. Imam Muslim banyak melahirkan karya, seperti yang paling terkenal adalah al-Jami’ al-Shahih.
3. Sunan an-Nasa'i
Sunan an-Nasa'i atau disebut juga dengan As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh an-Nasa'i. Imam an-Nasaa`i dilahirkan di Nasaa`, sebuah kampung di Khurasan, pada tahun 215 H (ada yang mengatakan tahun 214 H). Sebelum dewasa, beliau sempat menghapal al-Qur’an dan mempelajari dasar-dasar ilmu di madrasah kepada beberapa guru di kampungnya. Barulah setelah beranjak dewasa, beliau melakukan perjalanan intelektual dengan misi mencari periwayatan hadis. Pada usia 15 tahun, beliau mengunjungi Hijaz, Irak, Syam, Mesir, Jazirah, sehingga amat menguasai ilmu hadis dan seluk-beluk sanad.
Kitab hadits ini disusun berdasarkan bab-bab fikih. Imam An-Nasa'i hanya mencantumkan hadits-hadits ymarfu' atau yang bersumber dari Nabi SAW. Hanya sedikit hadits yang bersumber dari para sahabat.
4. Sunan Abu Dawud
Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Abu Dawud. Imam Abu Dawud as-Sijistaaniy, atau lengkapnya Sulaimaan bin al-Asy’ab bin Ishaaq ibn Basyiir bin Syadaad bin ‘Amr al-Azdiy as-Sijistaaniy, lahir pada 202 H. Sejak kecil, Imam Abu Dawud dikenal sebagai anak yang amat mencintai ilmu dan senang bergaul dengan para ulama. Sehingga belum sampai dewasa dari usianya, beliau banyak melakukan pengembaraan intelektual, khususnya di kampung halamannya sendiri, yakni Sijistan (sebuah kampung di Bashrah). Beliau dikenal sebagai ulama yang mengamalkan ilmunya (ulama al-‘amilin), yang sering disebandingkan dengan Imam Ahmad bin Hanbal, yang juga merupakan gurunya.
Kitab hadits ini disusun berdasarkan bab-bab fikih. Sebab, Abu Dawud memang hanya fokus pada hadits-hadits yang berkaitan dengan fikih dan masalah hukum saja. Pengetahuan Abu Dawud dalam bidang hadits semakin diakui ketika ia bermukim ke Basrah.
5. Jami at-TirmidziÂ
Jami at-Tirmidzi dihimpun oleh  at-Tirmidzi. Imam Tirmidzi, yang mempunyai nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Sawrah bin Musa ibn ad-Dhahhaak as-Salmiy at-Tirmidzi dilahirkan pada tahun 209 H. Sebagaimana para imam hadis lainnya, beliau sejak kecil memang diketahui amat mencintai ilmu dan mencari hadis (menerima dan meriwayatkan). Pengembaraannya mencari hadis dilakukannya hingga ke Hijaz, Irak, Khurasan, dan daerah-daerah lainnya. Dalam perjalanan inilah, beliau mencatat segala apa yang berhasil didengarnya dari riwayat-riwayat hadis yang ada.
Kitab hadits karya Imam At-Tirmidzi disusun pada masa keemasan dalam sejarah perkembangan hadits, yakni pada abad ke-3 H. Pada masa ini para ulama termasuk Imam Tirmidzi melakukan penyempurnaan hadits. Beberapa gurunya antara lain Qutaibah ibn Sa'id, Ishaq ibn Rahawaih, Abu Mus'ab az-Zuhri, Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Muhammad ibn Amr as-Sawwaq, Ismail ibn Musa al-Fazari, Bisyr ibn Mu'az al-'Aqadi, Qutaibah ibn Sa'id dan lainnya.
6. Sunan ibnu Majah
Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Ibnu Majah. Imam Ibn Majah mempunyai nama lengkap Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rab’iy al-Qazwiniy. Beliau dilahirkan pada tahun 209 H, dan meninggal pada bulan Ramadhan, tahun 273 H. Sebagaiman para imam hadis diatas, Imam Ibn Majah amat tertarik dengan ilmu hadis (ilmu dirayah) dan ilmu riwayat hadis (ilmu riwayah), sehingga ia banyak mengelana mencari hadis ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Bashrah, dan daerah lainnya.
Hadits yang terdapat dalam kitab ini merupakan hadits yang maqbul (dapat diterima). Ibnu Majah memanfaatkan muqaddimah dalam kitabnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan hadits Nabi SAW dan ilmu hadits. Ia menyusun kitab hadits dengan berorientasi pada pokok bahasan fikih, seperti lima ulama lainnya.
Guru-guru beliau, antara lain yakni Abi Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair, Hisyaam bin ‘Ammaar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al-Azhar, Bisyir Ibn Adam, dan para ulama besar lainnya. Ibn Majah dikenal sebagai orang yang terpercaya (tsiqah), punya kemampuan hapalan yang baik, juga seorang mufasir.