Liputan6.com, Jakarta Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) berhasil diluncurkan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada 19 Juni 2023. Satelit milik Indonesia ini digadang-gadang menjadi satelit dengan kapasitas terbesar di Asia. SATRIA-1 diluncurkan menuju slot orbitnya di 146 derajat BT (Bujur Timur) atau tepat berada di atas wilayah Papua.
Baca Juga
Advertisement
Satelit yang diproduksi oleh Thales Alenia Space, Prancis, pada 2020 ini memiliki tinggi 6,5 meter, berat 4,5 ton dan dapat beroperasi di orbit hingga 15 tahun. Meski diproduksi di luar negeri, salah satu enginernya adalah orang Indonesia.
Plt. Menkominfo Mahfud MD mengatakan, "Teknologi satelit memungkinkan akselerasi penyediaan internet di desa-desa yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optik, dalam 10 tahun kedepan.” Akses internet yang disediakan satelit SATRIA-1 akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat di lokasi yang belum memiliki akses internet atau kualitasnya belum memadai.
Berikut fakta-fakta menarik Satelit SATRIA-1 lainnya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (4/7/2023).
1. Salah Satu Engineernya Seorang Perempuan Asal Indonesia
Dibalik peluncuran satelit SATRIA-1, terdapat fakta menarik tentang pembuatnya. Ternyata, pembuat satelit ini adalah seorang wanita yang bernama Adipratnia Satwika Asmady, atau akrab dipanggil Nia. PSN telah mempercayakan Nia untuk mengelola proyek SATRIA-1 dari tahap perancangan, pembuatan, hingga pengoperasian di masa depan.
Selama menjabat sebagai Project Manager SATRIA-1, Nia sering melakukan perjalanan antara Indonesia dan Prancis. Hal ini wajar mengingat SATRIA-1 diproduksi oleh Thales Alenia Space (TAS), perusahaan asal Prancis. Produksi satelit ini dimulai pada tahun 2020 sebelum akhirnya dikirim ke Florida, Amerika Serikat pada bulan Juni 2023.
Nia sendiri lahir di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 1993. Ia adalah anak kedua dari pasangan Asmady Parman dan Adiyatwati Adiwoso. Latar belakang pendidikan Nia meliputi gelar sarjana (S1) dan magister (S2) di bidang Teknik Dirgantara dari California Polytechnic State University.
PSN merupakan tempat Nia memulai karirnya di dunia kerja. Ia bergabung pada tahun 2017 dan langsung terlibat dalam proyek-proyek satelit yang ditangani oleh PSN. Pada tahun 2019, Nia juga terlibat dalam pengerjaan satelit Nusantara-1 (N1). Namun, karena kendala keuangan proyek tersebut, Nia dipindahkan untuk fokus pada pembuatan SATRIA-1.
Advertisement
2. Berkapasitas Besar untuk Mendukung Akses Internet Layanan Publik
Satelit SATRIA-1, yang merupakan satelit multifungsi pertama yang diinisiasi oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), memiliki peran penting dalam menyediakan akses internet di titik-titik layanan publik. Terutama di wilayah-wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan fiber optik.
Ketika mulai beroperasi, SATRIA-1 akan memulai dengan kapasitas awal sebesar 10Gbps. Sri Sanggrama Aradea, Kepala Divisi Satelit Bakti Kominfo dan Juru Bicara BAKTI untuk SATRIA, menjelaskan bahwa BAKTI Kominfo berkomitmen untuk menyediakan akses internet pada 50 ribu titik layanan publik pada tahap awal pengoperasian satelit ini.
Selanjutnya, penyediaan akses internet akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Kementerian Kominfo juga akan memantau penyediaan akses internet oleh pihak swasta untuk mengetahui kebutuhan kapasitas yang terus berkembang.
Dengan total kapasitas transmisi sebesar 150Gbps, satelit SATRIA-1 menjadi satelit dengan kapasitas terbesar di Asia dan menempati peringkat kelima di dunia. Kapasitas satelit ini bahkan melebihi gabungan dari sembilan satelit aktif yang saat ini digunakan oleh Indonesia.
Pemanfaatan satelit SATRIA-1 akan dioptimalkan untuk mendukung pelayanan publik di sektor kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Kementerian Kominfo akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan penggunaan satelit ini.
Menurut Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, pihaknya akan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian Dalam Negeri, TNI, Polri, serta pemerintah daerah dalam hal ini.
3. Inovasi KPBU untuk Masa Depan Internet Indonesia
Proyek Satelit Satria-1, yang menjadi proyek terobosan dalam meningkatkan konektivitas internet di Indonesia, menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Dalam skema ini, Bakti Kominfo bertindak sebagai penanggung jawab proyek, sedangkan PT Satelit Nusantara Tiga sebagai penyelenggara.
Melalui mekanisme build, operation, and transfer (BOT), satelit ini akan dikelola oleh PT Nusantara Tiga. Setelah 15 tahun, asetnya akan dialihkan ke pemerintah.
Untuk mendukung operasional satelit ini, tersedia 11 stasiun Bumi (gateway) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Cikarang, Batam, Banjarmasin, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
Pusat kontrol utama dan pusat jaringan satelit berada di Cikarang, Jawa Barat, sementara stasiun kontrol cadangan terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam pembangunan antena di 11 gateway, PSN bekerja sama dengan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE).
Satelit Satria-1 merupakan satelit multifungsi yang menggunakan teknologi high-throughput satellite (HTS), yang dapat memberikan akses internet berkecepatan tinggi. Hal ini akan membawa dampak signifikan dalam meningkatkan kualitas konektivitas di Indonesia.
Selain itu, Kementerian Kominfo sedang mempersiapkan satelit cadangan untuk memenuhi kebutuhan satelit internet nasional. Proses konstruksi satelit cadangan tersebut saat ini berlangsung di Los Angeles dan telah mencapai 85 persen. Rencananya, peluncuran satelit cadangan ini akan dilakukan pada Oktober 2023, sebagai langkah proaktif dalam menjaga kelancaran konektivitas internet di Indonesia.
Advertisement