Liputan6.com, Jakarta Analgesik adalah istilah yang merujuk pada kelompok obat pereda nyeri. Istilah analgesik adalah istilah yang berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni "an-" yang berarti "tanpa" dan "algesis" yang berarti "sensasi nyeri".
Analgesik adalah jenis obat yang bertindak dengan cara mengganggu atau mengubah transmisi sinyal nyeri dalam sistem saraf, sehingga mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan oleh individu. Karena itu, analgesik dapat digunakan untuk meredakan berbagai rasa nyeri.
Analgesik adalah jenis obat yang dapat diberikan melalui berbagai cara. Adapun cara penggunaan obat analgesik antara lain adalah termasuk melalui pemberian oral yang diminum dalam bentuk tablet, larutan, atau kapsul; topikal dalam bentuk salep atau gel yang dioleskan pada kulit; atau rektal dalam bentuk supositoria yang dimasukkan melalui anus.
Advertisement
Meski memiliki manfaat yang luar biasa dalam meredakan berbagai macam rasa nyeri, analgesik adalah jenis obat yang penggunaannya mesti diperhatikan. Sebab, analgesik dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh dalam jangka panjang.
Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu analgesik beserta fungsi dan dampaknya, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (5/7/2023).
Jenis-Jenis Obat Analgesik dan cara Kerjanya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, analgesik adalah istilah yang merujuk pada kelompok obat pereda nyeri atau pain killer. Sebagai obat pereda nyeri, analgesik bekerja dengan cara mengganggu atau mengubah transmisi sinyal nyeri dalam sistem saraf, sehingga mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan.
Akan tetapi, cara kerja analgesik bisa saja berbeda, tergantung jenis obatnya. Berikut adalah jenis-jenis obat analgesik dan cara kerjanya dalam meredakan nyeri:
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs/NSAID)
Analgesik NSAID adalah jenis obat pereda nyeri yang bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang bertanggung jawab untuk produksi prostaglandin. Prostaglandin sendiri merupakan senyawa yang terlibat dalam respons peradangan dan rasa nyeri.
Dengan menghambat produksi prostaglandin, NSAID membantu mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Contoh obat analgesik jenis ini antara lain adalah aspirin, ibuprofen, naproxen.
2. Analgesik Opioid
Analgesik opioid adalah jenis obat pereda nyeri yang bekerja dengan cara menghambat transmisi sinyal nyeri pada reseptor opioid di sistem saraf pusat, yakni otak dan sumsum tulang belakang. Setelah itu, analgesik jenis ini mengubah persepsi nyeri dan memberikan efek analgesik yang kuat. Contoh analgesik jenis ini antara lain adalah morfin, kodein, dan oksikodon.
3. Parasetamol (Acetaminophen)
Parasetamol adalah jenis analgesik yang bekerja dengan mempengaruhi reseptor nyeri di sistem saraf pusat. Parasetamol juga memiliki sedikit efek antiinflamasi.
4. Analgesik Topikal
Analgesik topikal adalah jenis pereda nyeri yang berkerja dengan cara menghambat sinyal nyeri di permukaan kulit. Analgesik jenis ini dapat mengurangi sensasi nyeri dan menghasilkan efek pendinginan atau penghangatan pada area yang diolesi obat ini. Contoh obat analgesik jenis ini antara lain adalah krim, salep, dan gel yang mengandung zat seperti lidokain atau mentol.
Selain itu, beberapa analgesik juga dapat memiliki efek tambahan, seperti mengurangi peradangan atau menekan demam.
Advertisement
Aturan Penggunaan dan Efek Samping Analgesik
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, analgesik adalah jenis obat pereda rasa nyeri yang bermanfaat untuk meredakan rasa nyeri baik yang bersifat baik akut maupun kronis. Analgesik adalah obat yang dapat dikonsumsi untuk meredakan nyeri akibat sakit kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri pasca operasi, nyeri gigi, nyeri menstruasi, dan nyeri kronis seperti arthritis.
Dengan kata lain, analgesik adalah obat pereda nyeri yang memiliki banyak manfaat untuk meredakan berbagai macam nyeri yang diakibatkan berbagai penyakit atau luka. meski demikian, penggunaan analgesik harus memperhatikan aturan pakainya. Sebab, sama seperti jenis obat lainnya, analgesik adalah obat pereda nyeri yang dapat menimbulkan efek samping.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan analgesik, antara lain sebagai berikut:
- Usia: Jika pasien berusia di bawah 16 tahun atau lansia di atas 65 tahun, penggunaan analgesik perlu diperhatikan dengan lebih hati-hati karena rentan terhadap efek samping.
- Kondisi kehamilan dan menyusui: Wanita yang sedang hamil atau menyusui perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan analgesik, karena beberapa jenis obat dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
- Penyakit ginjal atau hati: Jika pasien memiliki masalah pada ginjal atau hati, dosis dan pilihan analgesik perlu disesuaikan agar tidak menyebabkan komplikasi.
- Riwayat penyakit: Jika pasien memiliki riwayat penyakit seperti stroke, epilepsi, tukak lambung, atau alergi terhadap obat tertentu, dokter perlu menyesuaikan jenis dan dosis analgesik yang aman bagi pasien.
Efek Samping Analgesik
Selain itu, penggunaan analgesik juga dapat menimbulkan efek samping tertentu. Efek samping analgesik adalah sebagai berikut:
Gangguan saluran pencernaan: Sembelit atau diare, mual atau muntah, mulut kering, sakit perut, dan perut kembung dapat terjadi sebagai efek samping analgesik.
- Efek psikomotor: Beberapa analgesik dapat menyebabkan rasa kantuk dan sulit berkonsentrasi.
- Reaksi alergi kronis: Munculnya ruam merah dan gatal-gatal pada berbagai bagian tubuh.
- Gangguan berat badan: Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
- Gangguan pendengaran atau penglihatan: Beberapa analgesik dapat mempengaruhi fungsi pendengaran atau penglihatan.
- Gejala yang mengkhawatirkan: Termasuk sakit kepala parah, feses berwarna hitam, kulit atau mata yang menguning (jaundice), kesulitan buang air kecil, dan urine yang berwarna keruh.
Penggunaan analgesik dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit, di antaranya kerusakan hati, gagal ginjal, dan iritasi lambung.
Jenis obat analgesik terutama parasetamol dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Peroksida yang terbentuk oleh metabolisme parasetamol dalam tubuh dapat menjadi racun bagi hati. Batasi penggunaan parasetamol agar tidak menyebabkan kerusakan hati akut.
Ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan gagal ginjal pada penderita diabetes dan tekanan darah tinggi. Orang dengan riwayat penyakit ginjal juga berisiko tinggi. Penggunaan analgesik dapat menyebabkan iritasi lambung, terutama saat perut kosong.
Advertisement