Sukses

Bed Rest adalah Tirah Baring, Berikut Kondisi Pasien yang Membutuhkannya

Bed rest adalah istilah yang lebih sering merujuk pada proses pemulihan di rumah, namun sebetulnya metode ini juga dapat dilakukan di rumah sakit apabila perawatan yang lebih intens diperlukan.

Liputan6.com, Jakarta Tirah Baring atau bed rest adalah salah satu metode pemulihan pasien yang sudah diterapkan sejak lama. Bed rest biasanya dilakukan oleh pasien dengan kondisi sakit yang parah sehingga memerlukan intensitas istirahat yang lebih banyak dari pasien dengan keluhan yang lebih ringan.

Bed rest adalah istilah yang lebih sering merujuk pada proses pemulihan di rumah, namun sebetulnya metode ini juga dapat dilakukan di rumah sakit apabila perawatan yang lebih intens diperlukan. Bed rest harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter maupun tenaga medis profesional agar proses penyembuhan berjalan maksimal.

Selain itu, meski memiliki manfaat terhadap pemulihan kondisi kesehatan, bed rest yang berkepanjangan dapat menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan. Mengikuti arahan dari tenaga medis dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat bed rest dengan jangka waktu lama. Berikut ulasan tentang bed rest adalah metode pemulihan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (7/7/2023).

2 dari 5 halaman

Mengenal Metode Pemulihan Bed Rest

Bed rest adalah perawatan kedokteran dengan membaringkan pasien di tempat tidur untuk jangka waktu yang berkesinambungan dan tidak melakukan tindakan diluar dari berbaring. Pasien yang menjalani pemulihan dengan metode ini disarankan untuk menjaga kegiatan fisik minimal dan tetap beristirahat di tempat tidur. Praktik bed rest biasanya direkomendasikan oleh tenaga medis sebagai bagian dari perawatan atau pengobatan untuk kondisi sakit berat.

Tujuan utama dari bed rest adalah untuk memberikan istirahat fisik total atau untuk memfasilitasi pemulihan tubuh. Dalam beberapa kasus, bed rest diterapkan untuk mengurangi stres pada sistem kardiovaskular, mengurangi tekanan pada tulang belakang atau persendian, atau meminimalkan risiko cedera lebih lanjut.

Bed rest adalah metode pemulihan yang tidak selalu direkomendasikan untuk semua pasien dan tidak boleh dilakukan tanpa saran medis. Terlalu lama atau terlalu sering berbaring di tempat tidur juga dapat memiliki efek negatif seperti penurunan massa otot, penurunan kepadatan tulang, atau penurunan kebugaran fisik secara keseluruhan. Jadi, penting untuk mengikuti arahan dokter atau tenaga medis dalam melakukan bed rest.

3 dari 5 halaman

Kondisi Pasien yang Memerlukan Bed Rest

Berikut adalah beberapa kondisi medis atau situasi tertentu di mana bed rest  direkomendasikan sebagai bagian dari perawatan atau pengobatan.

1. Cedera Serius

Setelah mengalami cedera yang signifikan, bed rest dapat membantu memfasilitasi penyembuhan bagian tubuh yang terluka dengan mengurangi tekanan maupun gerakan yang dapat merusak kondisi luka yang sedang dalam proses penyembuhan.

2. Kehamilan dengan Komplikasi

Dalam beberapa kasus kehamilan dengan komplikasi seperti preeklampsia (tekanan darah tinggi yang muncul selama kehamilan), ancaman kelahiran prematur, perdarahan plasenta, atau masalah plasenta lainnya, dokter dapat merekomendasikan bed rest untuk meminimalkan risiko komplikasi lebih lanjut.

3. Penyakit Jantung

Pasien dengan penyakit jantung serius, seperti gagal jantung, serangan jantung, atau angina (nyeri dada akibat penyakit jantung), mungkin membutuhkan periode bed rest untuk mengurangi beban kerja pada jantung dan mempercepat pemulihan.

4. Penyakit Paru-paru

Dalam beberapa kasus penyakit paru-paru yang parah, seperti pneumonia berat atau gangguan pernapasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bed rest dapat membantu mengurangi kelelahan dan memperbaiki fungsi pernapasan.

5. Kelainan Tulang Belakang

Beberapa kondisi tulang belakang, seperti herniasi diskus, penyakit degeneratif tulang belakang, atau skoliosis yang parah, dapat memerlukan bed rest untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang dan meredakan nyeri.

6. Infeksi Serius

Saat menghadapi penyakit infeksi yang serius, seperti infeksi bakteri berat atau infeksi sistemik, dokter mungkin merekomendasikan bed rest agar tubuh dapat fokus pada melawan infeksi dan memulihkan diri.

4 dari 5 halaman

Komplikasi Akibat Bed Rest Berkepanjangan

Penerapan bed rest yang tidak tepat atau berkepanjangan dapat menyebabkan beberapa komplikasi dan efek negatif pada tubuh. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat bed rest yang berlebihan atau tidak sesuai dengan arahan dokter.

1. Pembekuan Darah

Dalam keadaan bed rest yang berkepanjangan, aliran darah melambat dan risiko terbentuknya gumpalan darah atau trombosis meningkat. Gumpalan darah ini dapat menjadi bahaya jika terlepas dan menyumbat pembuluh darah, menyebabkan kondisi yang disebut emboli.

2. Ulkus Dekubitus

Tekanan yang berlangsung lama pada area tertentu saat berbaring di tempat tidur dapat menyebabkan luka kulit yang disebut ulkus dekubitus atau "bedsores". Tekanan yang terus-menerus menghambat aliran darah ke area tersebut, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi.

3. Sembelit

Aktivitas fisik yang minim dan perubahan dalam pola makan saat bed rest dapat menyebabkan sembelit atau konstipasi. Penurunan pergerakan usus dan peningkatan penyerapan air dalam kolon dapat membuat tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan.

4. Depresi

Isolasi sosial, kurangnya interaksi dengan lingkungan sekitar, dan ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang diinginkan dapat menyebabkan stres emosional dan risiko mengalami depresi. Pasien yang mengalami kondisi serius atau kronis dan menghadapi periode yang panjang dalam bed rest mungkin lebih rentan terhadap depresi.

5. Penurunan Massa Otot dan Kekuatan

Ketidakaktifan fisik yang berkepanjangan dapat menyebabkan kehilangan massa otot dan penurunan kekuatan otot. Ini dapat mengakibatkan kelemahan, kehilangan kemampuan fungsional, dan memperlambat pemulihan fisik setelah bed rest selesai.

5 dari 5 halaman

Cara Mengurangi Dampak Negatif Bed Rest

Untuk mengurangi risiko dan dampak negatif bed rest yang terlalu lama, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Ubah Posisi Secara Teratur

Mengubah posisi pasien setiap 2 jam dapat membantu mengurangi tekanan yang terjadi pada satu titik tertentu dalam waktu yang lama. Miringkan pasien ke kanan dan kiri, atau posisikan pada posisi semi-fowler atau fowler, tergantung pada kondisi medis dan rekomendasi dokter.

2. Gerakkan Lengan dan Kaki Secara Berkala

Melakukan gerakan pasif pada lengan dan kaki pasien dapat membantu menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot. Gerakan sederhana seperti membengkokkan dan meluruskan sendi, menggoyangkan kaki atau tangan dapat membantu memperbaiki sirkulasi dan mencegah kekakuan otot.

3. Tingkatkan Posisi Duduk Secara Bertahap

Jika pasien mampu duduk, aturlah posisi duduk dari tidur datar menjadi posisi duduk tegak secara bertahap. Proses ini harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati untuk memberikan waktu tubuh beradaptasi dengan perubahan posisi. Ini dapat membantu mengurangi risiko pusing atau penurunan tekanan darah yang tiba-tiba.

4. Latihan Pernapasan

Latihan pernapasan yang disarankan oleh tenaga medis atau fisioterapis dapat membantu menjaga elastisitas otot pernapasan, mengurangi kekakuan, dan menjaga kapasitas paru-paru. Latihan pernapasan dalam dan perlahan dapat dilakukan secara teratur sesuai instruksi medis.

Selain langkah-langkah tersebut, penting untuk menjaga kualitas tidur dan nutrisi yang baik selama bed rest. Dalam beberapa kasus, terapi fisik atau rehabilitasi mungkin juga direkomendasikan setelah masa bed rest untuk membantu memulihkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan fungsi fisik secara keseluruhan. Konsultasikan dengan tenaga medis yang merawat untuk petunjuk dan rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi individu.