Sukses

Imalah Artinya Condong atau Miring, Perhatikan Jenis dan Contoh Bacaannya

Imalah adalah pada perubahan bacaan harakat fathah menjadi harakat kasrah sekitar dua pertiga dari panjang aslinya.

Liputan6.com, Jakarta - Imalah adalah salah satu konsep penting dalam ilmu tajwid Al-Qur'an. Dalam arti bahasa, imalah berarti condong atau miring. Secara istilah, imalah merujuk pada perubahan bacaan harakat fathah menjadi harakat kasrah sekitar dua pertiga dari panjang aslinya.

Imalah ada dua jenis, yaitu imalah shughra dan imalah kubra. Imalah shughra terjadi ketika bacaan imalah masih diwashalkan pada lafazh lain, sehingga tidak berhenti di situ saja. Sementara, imalah kubra merujuk pada pengucapan fathah yang lebih dekat dengan kasrah atau alif yang lebih dekat dengan ya.

Imalah juga merupakan salah satu bacaan Gharib, yang termasuk dalam kategori bacaan yang tidak biasa dalam Al-Qur'an. Hal ini dikarenakan imalah dapat membuat pengucapan bacaan menjadi sedikit berbeda dan membutuhkan pemahaman lebih dalam dalam membaca Al-Qur'an.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang imalah secara bahasa dan istilah, lengkap jenis-jenis dan contoh bacaannya, Kamis (13/7/2023).

2 dari 3 halaman

Artinya Condong atau Miring

Imalah (الْإِِمَالَةُ) adalah salah satu konsep penting dalam ilmu tajwid Al-Qur'an. Secara bahasa, imalah artinya condong atau miring. Secara istilah, imalah merujuk pada perubahan bacaan harakat fathah menjadi harakat kasrah sekitar dua pertiga dari panjang aslinya.

Bacaan imalah dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia ditandai dengan adanya tulisan (إِمَالَةٌ) kecil di atas lafazh yang mengalami imalah.

Memahami imalah adalah dapat dilihat sebagai salah satu bentuk variasi dalam membaca Al-Qur'an yang melibatkan perubahan harakat fathah menjadi kasrah, sebagaimana dijelaskan Ahmad Sayuti Anshari Nasution dalam bukunya berjudul "Fonetik dan Fonologi Alquran."

Dalam buku "Al-Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah Kelas IX" oleh H. Aminudin dan Harjan Syuhada, imalah dikategorikan sebagai salah satu bacaan Gharib. Gharib, yang berasal dari kata "garaba" yang berarti asing, berupa bacaan yang tidak biasa dalam Al-Qur'an karena keasliannya yang samar, baik dari segi huruf, lafal, maupun makna.

Imalah sebagai salah satu bacaan Gharib, menjadikannya perhatian bagi para pembaca Al-Qur'an yang ingin mempelajari variasi-variasi bacaan yang ada.

Ada dua jenis imalah yang perlu diketahui sebagaimana dijelaskan Sayuti Anshari Nasution, yaitu imalah shughra (الْإِِمَالَةُ الصُّغْرٰى) dan imalah kubra (الْإِِمَالَةُ الكُبْرٰى). Imalah kubra merujuk pada pengucapan fathah yang lebih dekat dengan kasrah atau alif yang lebih dekat dengan ya. Sementara itu, imalah shughra terjadi ketika bacaan imalah masih diwashalkan pada lafazh lain, sehingga tidak berhenti di situ saja. 

 

 

 

3 dari 3 halaman

1. Imalah Kubra

Imalah kubra merujuk pada pengucapan fathah yang lebih dekat dengan kasrah atau alif yang lebih dekat dengan ya. Namun, dalam imalah kubra, alif tidak diganti menjadi ya secara penuh atau ditebalkan berlebihan. Ini menunjukkan adanya perubahan subtil dalam pengucapan yang memberikan nuansa berbeda pada bacaan tersebut.

Dalam buku berjudul "5 Langkah Lancar Membaca Al-Qur'an" yang disusun oleh H. Amirulloh Syarbini MAg dan Ustaz Abu Mufidah Al-Kautsar, dinyatakan bahwa imalah kubra hanya terdapat dalam surat Hud ayat 41.

Ayat tersebut menyampaikan perintah Nuh kepada umatnya untuk naik ke dalam bahtera dengan menyebut nama Allah saat bahtera berlayar dan berlabuh. Ayat ini menegaskan bahwa Tuhannya adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

۞ وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Wa qālarkabụ fīhā bismillāhi majrehā wa mursāhā, inna rabbī lagafụrur raḥīm

Artinya:

"Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya". Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

2. Imalah Shughra

Sementara itu, imalah shughra terjadi ketika bacaan imalah masih diwashalkan pada lafazh lain, sehingga tidak berhenti di situ saja. Dalam hal ini, imalah shughra masih terkait dengan konteks bacaan sebelum atau sesudahnya.

Ini menunjukkan adanya kelanjutan dan hubungan antara bacaan imalah dengan bacaan-bacaan yang ada di sekitarnya.

Salah satu contoh imalah shughra adalah pada bacaan-bacaan yang mengandung alif maqsurah di akhirannya. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Warasy. Beberapa contoh lafal yang mengalami imalah shughra adalah sebagai berikut:

  1. Ahwe (اَحْوٰى): Pada lafal ini, terjadi imalah shughra pada kata “Ahwe.” Harakat fathah pada huruf ‘a’ condong atau miring menjadi kasrah ‘i.’ Dalam bacaan ini, fathah pada huruf ‘a’ diubah menjadi kasrah ‘i’ sehingga dibaca “Ahwi.”
  2. Wattaqe (وَاتَّقٰى): Dalam kata “Wattaqe”, terjadi imalah shughra pada kata kerja “taqe.” Harakat fathah pada huruf ‘a’ condong atau miring menjadi kasrah ‘i.’ Oleh karena itu, kata “taqe” dibaca “tiqi.”
  3. Istaghne (اِسْتَغْنٰى): Lafal “Istaghne” mengalami imalah shughra pada akhir kata “ghne.” Fathah pada huruf ‘a’ condong atau miring menjadi kasrah ‘i.’ Oleh karena itu, kata “ghne” dibaca “ghni.”
  4. Fatardhe (فَتَرْضٰى): Dalam kata “Fatardhe”, terjadi imalah shughra pada kata kerja “tardhe.” Harakat fathah pada huruf ‘a’ condong atau miring menjadi kasrah ‘i.’ Dalam bacaan ini, kata “tardhe” dibaca “tardi.”

Namun, terdapat pengecualian dalam imalah shughra, yaitu khusus bagi nama-nama manusia yang akhirannya terdapat alif maqsurah. Dalam hal ini, nama-nama seperti عِيْسٰى (Isa), مُوْسٰى (Musa), يَحْيٰى (Yahya), dan مُصْطَفٰى (Mustafa) tetap dibaca apa adanya tanpa mengalami imalah. Ini menunjukkan bahwa terdapat aturan khusus untuk nama-nama tertentu dalam penggunaan imalah shughra.