Sukses

Doa Tawasul Hajat Bahasa Arab yang Mustajab bagi Umat Islam

Doa tawasul hajat bisa kamu lafalkan saat menginginkan sesuatu.

Liputan6.com, Jakarta Doa tawasul hajat perlu dikenali oleh setiap muslim. Tawasul sendiri merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taat kepada-Nya, mengerjakan ibadah, mengikuti petunjuk Rasul, serta mengamalkan segala amalan yang disukai oleh Allah SWT.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  tawasul adalah memohon atau berdoa kepada Allah SWT dengan perantara nama seseorang yang dianggap suci dan dekat kepada Tuhan. Salah satu tujuan tawasul adalah agar segala hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT.

Doa tawasul hajat bisa kamu lafalkan saat menginginkan sesuatu. Tawasul dilakukan melalui berdoa dengan perantara orang-orang pilihan Allah SWT, seperti Rasulullah SAW, para wali, dan ulama. Para ulama yang menganjurkan budaya tawasul adalah dari mazhab Imam Syafi'i.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/7/2023) tentang doa tawasul hajat.

2 dari 5 halaman

Doa Tawasul Hajat

Doa tawasul hajat bisa dilafalkan oleh setiap muslim. Tawasul berasal dari kata wasilah yang artinya segala sesuatu yang bisa menyampaikan dan mendekatkan ke suatu hal. Bertawasul dilakukan dengan menyebut asma Allah SWT, bertawasul kepada Rasulullah SAW, bertawasul dengan amal, dan bertawasul dengan doa. Inti dari tawasul adalah berdoa serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang Muslim yang dekat dengan Allah SWT, maka doanya akan mudah dikabulkan.

Melansir Dream, berikut bacaan doa tawasul hajat yang mustajab:

Astaghfirullahal’adziim (3 x)

Asy-hadu allaa-ilaaha illallah wa asy-hadu anna Muhammadar-rosulullah.

'Ala hadzihin niyati wa’ala kulli niyatin sholihah, ilaa hadrotin nabiyil-Musthofa Muhammadin shollallahu alaihi wasalam, wa ‘alaa aalihi wa azwajihi wadzurriyyatihi wa ahli baitihil-kirom ajma ‘iin, Syai-u lillahi lahumul-faatihah, (baca surat al-Fatihah)

Tsumma ila hadroti jami-‘i ash-habi rosulillahi shollallahu alaihi wasalam, khusushon sayyidina Abu Bakar Shidiq wa ‘Umarobnil-Khothob, wa ‘Utsmanabni ‘Affan, wa ‘Ali bin Abi Tholib wa ‘ala baqiyati min shohabatihi ajma’iin, wa ila jami’il-anbiya-i, wal mursalin, was Syuhadaa-i, was-Sholihin, wal-‘ulamaa-il-‘aamilin, wal-Malaa-ikatil-Muqorrobin, wal-Karubiyyin, war-Ruhaniyyin, wal-Karomal-Kaatibin wa li sayyidina Malaa-ikati: Jibril, Mika-il, Isrofil, ‘Izro-il, wa hamalatil-‘arsyi ‘alaihimussalam ajma’iin. Syai-u lillahi lahumul Faatihah, (baca surat al-Fatihah).

Tsumma ila hadroti jami’i Awliya-illahi mingkulli waliyyin wa waliyatin, mimmasyaariqil-ardhi ila maghoribiha, fi barriha wa bahriha wa jami’i Awliya-i tis’ah Qoddasallohu sirrohum, wa Khushushon ila Hadroti Sulthon Awliya-i, Sayidina Syekh ‘Abdul-Qodir Al-Jailani, Shohibil-Karromah wal-Ijazah, Qoddasa llohu sirrohu, Tsumma Ila Arwahi jami’i Aba-ina, wa ummahatina, wa jaddina, wa jaddatina, wa kholina wa kholatina, wa ‘ammina wa ‘ammatina, wa jami’i ustadzina wa asatidzatina, wa masyayikhina wa masyayikhi masyayikhina, wa lijami’i jama’atina, wa zaujina wa zaujatina wa auladina wa banatina wa dzurriyatina wa ikhwanina minal-muslimina wal-muslimat wal-mukminina wal-mukminat, wa liman hadhoro fi hadzal-majlisi minal-mukminin, Rohmatullahi ta’ala ‘alaina wa ‘alaihim ajma’in. Syai-ul lillahi lana wa lahum ajma’in Al-faatihah, (baca surat al-Fatihah).

3 dari 5 halaman

Tawasul dengan Menyebut Nama-Nama Allah atau Asmaul Husna

Doa tawasul hajat yang diperbolehkan adalah yang ditetapkan oleh syariat. Seperti doa tawasul hajat dengan nama-nama Allah atau asmaul husna. Bertawasul dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah ini diperkuat dengan adanya dalil, yang artinya:

“Hanya milik Allah asmaul husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu…” (Q.S Al A’raf: 180)

Doa tawasul hajat dengan asmaul husna dan sifat-sifat Allah ini juga dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana hadis berikut:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam doa beliau: “ …Aku memohon dengan setiap nama-Mu, yang Engkau memberi nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau sembunyikan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…” (HR. Ahmad)

4 dari 5 halaman

Bertawasul kepada Rasulullah SAW

Umat Islam meyakini barangsiapa mencintai Rasulullah, maka akan dicintai oleh Allah Swt. Sebab Rasulullah adalah kekasih Allah SWT, inilah yang menjadi dasar diperbolehkannya doa tawasul hajat kepada Rasulullah SAW. Bertawasul kepada Rasulullah SAW dilakukan agar segala hajatnya terkabul.

Terdapat doa tawasul hajat kepada Nabi Muhammad SAW dan para nabi seperti yang dijelaskan Imam Nawawi dalam Kitab Al Kawakib Al Durriyah fi Tarajum Al Sadah Al Shufiyah:

Allahumma inni atawajjahu ilaika bijaahi nabiyyika muhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama wa bi abawaina adama wa hawwa-a ‘alaihimas salaam wa ma bainahuma minal anbiyaa-i wal mursaliina. Iqdhi haajati... (sebutkan hajatnya)

Arti doa tawasul hajat:

“Ya Allah, aku menghadapkan diriku kepada-Mu dengan kedudukan Nabi-Mu, Muhammad SAW, dan dengan kedua orang tua kami, Adam dan Hawa, dan dengan para nabi dan rasul di antara keduanya. Penuhi hajatku... (sebutkan hajatnya).”

5 dari 5 halaman

Tawasul dalam Islam

Penjelasan tawasul dalam Islam bisa dilihat dalam Al-Quran pada surat Al-Maidah ayat 35, yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."

Para ulama bersepakat tawasul diperbolehkan dengan perantaranya adalah amal sholeh. Contohnya, ketika umat Islam mengerjakan sholat dan membaca Al-Quran. Tawasul yang dimaksud pada ayat tersebut yaitu melakukan amalan sholeh agar setiap doa tawasul hajat yang dipanjatkan bisa terkabul.

Para ulama membagi tawasul menjadi dua jenis utama. Pertama, tawasul yang sesuai dengan syariat, di mana didasarkan pada dalil-dalil Al Qur'an atau Hadist yang sahih. Kedua, tawasul yang tidak dibenarkan, yaitu bertawassul kepada Allah SWT dengan sesuatu yang tidak sesuai syariat.

Tawasul yang disepakati oleh ulama Islam bertujuan untuk mencapai sesuatu dengan cara yang benar, tidak mendekatkan seorang muslim untuk melakukan hal sirik kepada Allah SWT. Sementara itu, tawasul yang tidak dibenarkan biasanya akan menjurus kepada hal sirik, misalnya dengan tawasul dengan menyembah dewa, lau, batu-batuan, ataupun hewan.