Liputan6.com, Jakarta Kiswah Ka'bah mungkin istilah yang belum begitu familier bagi sebagian orang. Memang tidak sedikit umat Islam yang belum mengenali apa itu kiswah. Padahal, kiswah merupakan bagian tak terpisahkan dari Ka’bah, tempat seluruh muslim melaksanakan ibadah haji.
Baca Juga
Advertisement
Kiswah Ka'bah adalah kain penutup berwarna hitam yang menyelimuti Ka’bah. Sekarang ini kiswah Ka’bah terbuat dari kain sutra berwarna hitam, yang dihias dengan tulisan Arab yang dijahit menggunakan benang emas.
Kiswah Ka'bah mengalami berbagai macam perubahan seiring perkembangan zaman. Perubahan ini mungkin masih belum banyak yang mengetahuinya, di mana kiswah Ka’bah pernah mengalami perubahan pada warna, jenis kain, oranemen hiasannya, hingga waktu pergantiannya.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (19/7/2023) tentang kiswah Ka'bah.
Mengenal Kiswah Ka'bah
Ka’bah adalah bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail. Ka’bah menjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia ketika menjalankan sholat. Ka’bah aslinya merupakan bangunan yang tersusun dari batu dan tertutup oleh kain berlapis emas yang disebut kiswah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kiswah adalah selubung permadani penutup Ka’bah. Nama kiswah dalam bahasa Arab berarti 'selubung' (kain yang dikenakan pada peti). Kain ini biasanya diganti setiap tahun pada tanggal 9 Zulhijah, hari ketika jamaah haji berjalan ke Bukit Arafah pada musim Haji. Namun, tahun lalu dan tahun ini kiswah Ka’bah diganti pada 1 Muharam, atau pada tahun baru Hijriah.
Kiswah adalah kain yang menutupi Ka'bah di Makkah, Saudi Arabia. Setiap tahun, kiswah lama diangkat, dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil dan dihadiahkan kepada beberapa orang, pejabat Muslim asing yang berkunjung, dan organisasi asing. Umar bin Khattab dulunya juga melakukan hal ini. Setiap kiswah lama diangkat juga akan dipotong-potong menjadi bagian kecil. Namun yang membedakan adalah potongan kecil kiswah tersebut dibagikan kepada para jemaah yang hendak menggunakannya sebagai pelindung dari panasnya suhu kota Makkah.
Kain ini memiliki luas 658 meter persegi dan terbuat dari sutera seberat 670 kilogram. Jahitannya terdiri dari benang emas. Jahitan ayat-ayat Al-Quran dilakukan secara manual, meski terkadang menggunakan komputer.
Advertisement
Sejarah Kiswah Ka’bah
Melansir NU Online, Ka’bah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan itu tidak hanya dari segi jenis kain dan warna kiswah saja, tetapi juga dari segi siapa yang ‘bertanggung jawab’ untuk menyediakannya, ornamen-ornamen yang menghiasinya, hingga waktu pergantiannya.
Ada banyak pendapat mengenai siapa yang pertama kali menutup Ka’bah dengan kiswah, mulai dari Nabi Ismail AS hingga Adnan bin Udd—buyut Nabi Muhammad. Kendati demikian, catatan sejarah yang valid menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menyelimuti Ka’bah dengan kain adalah Raja Dinasti Himyariyah Yaman, Abu Karb As’ad. Pada awalnya, As’ad menutup Ka’bah dengan kulit dan kain kasar (khasf).
Sementara itu, Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama yang menutupi Ka’bah dengan qabhati (kain putih yang dibuat di Mesir). Saat Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah), Nabi Muhammad tetap mempertahankan kiswah lama yang digunakan pada zaman Jahiliyah.
Hingga seorang wanita membakarnya ketika mencoba mengharuminya dengan dupa. Maka setelah itu Ka’bah ditutup dengan kain dari Yaman bergaris putih dan merah (burud). Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Ustaman bin Affan menyelimuti Ka’bah dengan kain putih, dan Abdullah bin Zubair menutupnya dengan brokat merah.
Kiswah Pernah Ditumpuk-tumpuk, Bukan Diganti
Pada era Dinasti Umayyah, kain kiswah yang baru diletakkan di atas kain yang lama sehingga menumpuk. Praktik semacam ini terus berlangsung hingga periode Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Abbasiyah. Karena khawatir kain-kain tersebut akan membebani bangunan Ka’bah, al-Mahdi kemudian memerintahkan untuk melepaskan kain-kain kiswah yang lama dan menggantikannya dengan yang baru setiap tahunnya.
Kebijakan perihal kiswah Ka’bah berubah lagi ketika al-Makmun dari Dinasti Abbasiyah memimpin. Berbeda dengaan sebelum-sebelumnya, dia mengganti kiswah Ka’bah tiga kali selama satu tahun dengan jenis kain dan warna yang berbeda; sutra merah pada hari tarwiyah, kain qabathi pada awal Rajab, dan sutra putih pada hari ke-27 Ramadhan.
Khalifah al-Nassir dari Dinasti Abbasiyah pernah mengubah warna kain kiswah menjadi hijau. Namun pada masa-masa akhir, khalifah Dinasti Abbasiyah memilih sutra berwarna hitam sebagai kiswah karena itu awet dan tahan lama.
Hingga akhirnya seperti saat ini, di mana kain kiswah Ka’bah adalah sutra hitam, diproduksi oleh sebuah pabrik khusus yang didirikan oleh otoritas Arab Saudi. Kain kiswah ini diganti dengan kain baru setahun sekali, setiap tanggal 9 Zulhijah, atau sekarang jadi 1 Muharam.
Advertisement