Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar orang mungkin langsung mengasosiasikan istilah "kartel" dengan kelompok kriminal yang melakukan berbagai macam aktivitas ilegal untuk mendapatkan keuntungan. Tentu ada alasan di balik asosiasi negatif terkait kartel. Lalu apa yang dimaksud kartel?
Kartel adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris "cartel." Sementara itu, jika dilansir dari Merriam-Webster, kartel adalah istilah yang memiliki beberapa arti, di antaranya:
- perjanjian tertulis antara negara-negara yang berperang;
- kombinasi perusahaan komersial atau industri independen yang dirancang untuk membatasi persaingan atau memperbaiki harga; dan
- kombinasi kelompok politik untuk tindakan bersama.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa kartel adalah organisasi dari beberapa produsen independen dengan tujuan meningkatkan profitabilitas perusahaan yang terlibat.
Advertisement
Lalu bagaimana istilah kartel bisa memiliki asosiasi negatif? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (23/7/2023).
Apa yang dimaksud dengan kartel?
Seperti dilansir dari Merriam-Webster, kartel adalah organisasi dari beberapa produsen independen dengan tujuan meningkatkan profitabilitas perusahaan yang terlibat. Kartel biasanya melibatkan beberapa pembatasan output, pengendalian harga, dan alokasi pangsa pasar.
Sementara itu menurut WallStreetMojo, Kartel adalah sekelompok produsen barang atau pemasok jasa yang dibentuk melalui kesepakatan di antara mereka sendiri, baik melalui perjanjian formal tertulis maupun tidak, untuk mengatur persediaan barang atau jasa dengan maksud dasar untuk mengendalikan harga.
Kartel tidak hanya berkontribusi pada pengendalian harga, tetapi juga membatasi persaingan sehubungan dengan barang atau jasa tersebut. Bahkan ada beberapa kartel yang dilegalkan di dunia, seperti OPEC, yang mengatur harga minyak bumi.
Kartel sering kali dimulai oleh perusahaan yang beroperasi di pasar oligopoli. Pasar oligopoli merupakan bentuk dari monopoli yang diperluas, di mana hanya beberapa kelompok perusahaan yang mendominasi (seperti sektor telekomunikasi). Pesaing di pasar oligopolistik dapat saling menurunkan harga secara agresif, sehingga dapat mengurangi keuntungan pesaing lainnya.
Dalam konteks ini, kartel memberikan kesempatan bagi pesaing lain untuk bergabung dan menciptakan dominasi pasar untuk produk tertentu. Ini berarti hanya sedikit perusahaan yang berkonsolidasi dan berkolaborasi.
Advertisement
Tujuan Kartel
Secara umum, kartel adalah kelompok produsen yang bersepakat untuk mengendalikan pasar. Dengan membentuk kartel, kelompok organisasi atau perusahaan yang terlibat akan dapat mengendalikan harga sehingga dapat memiliki keuntungan yang lebih besar.
Selain itu, tujuan dari kartel adalah sebagai berikut:
1. Melindungi Kepentingan Kelompok
Tujuan dari kartel adalah untuk melindungi kepentingan pribadi sekelompok produsen. Produsen bekerja bersama dalam kelompok untuk mengatur harga komoditas. Tujuan mereka adalah untuk memaksimalkan keuntungan anggota dengan menaikkan harga dan membatasi pasokan barang dan jasa.
2. Mengendalikan Harga
Dengan membentuk kartel, anggota di dalamnya dapat dengan mudah menaikkan harga berdasarkan rasio permintaan dan penawaran barang. Jika pasokan barang di pasar berkurang, harga secara otomatis naik karena ada permintaan lebih tinggi dari konsumen.
3. Mengendalikan Permintaan dan Penawaran
Anggota kartel dapat sepakat untuk membatasi pasokan di pasar, seringkali dengan menetapkan kuota atau batasan pada toko-toko untuk menciptakan kelangkaan dan meningkatkan harga, yang berdampak pada peningkatan keuntungan mereka.
4. Mencegah Bertambahnya Pesaing
Kartel juga dapat menghambat masuknya pesaing ke pasar mereka. Mereka mencoba untuk mengalokasikan sebagian dari pasar untuk masing-masing anggota kartel agar menghindari persaingan langsung. Dengan cara ini, anggota kartel dapat memiliki kendali monopolistik di pasar tempat mereka beroperasi.
Meskipun proses ini menguntungkan anggota kartel, namun hal ini menyebabkan banyak kerugian bagi konsumen. Penetapan harga dan pembatasan persaingan dapat membatasi pilihan konsumen dan menyebabkan kenaikan harga barang. Oleh karena itu, banyak negara telah menerapkan aturan dan regulasi khusus untuk mengontrol operasi kartel dan melindungi pasar agar tetap berjalan secara adil dan efisien.
Jenis-Jenis Kartel
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kartel adalah kelompok organisasi atau perusahaan yang bersepakat untuk mengendalikan pasar agar dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Kartel dapat beroperasi dengan berbagai macam cara. Perbedaan cara operasi kartel inilah yang membedakan jenis-jenis kartel. Adapun jenis-jenis kartel antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kartel Harga
Kartel harga adalah jenis kartel di mana beberapa produsen atau pengecer bekerja bersama untuk menetapkan harga minimum atau harga yang telah disepakati untuk produk atau jasa tertentu. Tujuannya adalah untuk menghindari persaingan harga dan memastikan keuntungan yang lebih besar bagi anggota kartel.
2. Kartel Produksi
Kartel produksi adalah jenis kartel di mana produsen atau perusahaan berkolaborasi untuk membatasi produksi produk tertentu atau membagi pasokan di antara anggota kartel. Dengan mengurangi produksi, mereka berharap dapat menciptakan kelangkaan buatan yang dapat meningkatkan harga di pasar.
3. Kartel Penugasan Pasar
Kartel penugasan pasar adalah jenis kartel di mana anggota kartel bersepakat untuk membagi pasar atau pelanggan di antara mereka. Setiap anggota kartel bertanggung jawab untuk melayani wilayah atau kelompok pelanggan tertentu, sehingga menghindari persaingan langsung antara anggota kartel.
4. Kartel Kuota
Kartel kuota adalah jenis kartel di mana anggota kartel menetapkan kuota produksi atau pasokan bagi masing-masing produsen. Setiap anggota hanya diizinkan untuk memproduksi jumlah tertentu dan tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan.
5. Kartel Biaya
Kartel biaya adalah jenis kartel di mana perusahaan atau produsen berkolaborasi untuk mengurangi biaya produksi dengan berbagi sumber daya, teknologi, atau infrastruktur. Dengan demikian, mereka dapat mencapai skala ekonomi dan meningkatkan efisiensi operasional.
6. Kartel Ekspor-Impor
Kartel ekspor-impor adalah jenis kartel di mana produsen atau eksportir di negara tertentu bekerja sama untuk mengatur ekspor dan harga produk yang diekspor. Kartel juga dapat berkolaborasi dengan importir di negara tujuan untuk menentukan harga impor dan menghindari persaingan harga.
7. Kartel Internasional
Kartel internasional adalah bentuk kerja sama antara kartel dari negara-negara berbeda untuk mengatur harga dan produksi di pasar global. Kartel internasional ini berusaha untuk mencapai dominasi pasar lintas batas dan mengendalikan harga di tingkat internasional.
Advertisement
Alasan di Balik Asosiasi Negatif Kartel
Seperti yang telah dijelaskan di awal artikel, kartel adalah istilah yang sering diasosiasikan dengan hal negatif. Ini karena kartel melibatkan praktik-praktik yang dapat merugikan konsumen dan mengganggu persaingan yang sehat di pasar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kartel dianggap negatif:
1. Harga Tidak Wajar
Salah satu tujuan utama dari kartel adalah untuk menetapkan harga minimum atau harga yang telah disepakati, yang seringkali berarti harga produk atau jasa menjadi tidak wajar tinggi. Ini menyebabkan konsumen membayar lebih dari seharusnya untuk barang atau jasa tersebut.
2. Kelangkaan Buatan
Kartel sering berusaha membatasi pasokan barang atau jasa tertentu untuk menciptakan kelangkaan buatan di pasar. Dengan mengurangi pasokan, harga produk dapat meningkat, yang dapat merugikan konsumen dan mengurangi pilihan yang tersedia bagi mereka.
3. Monopoli dan Oligopoli
Kartel dapat mengakibatkan monopoli atau oligopoli di pasar. Dalam monopoli, satu perusahaan atau kelompok perusahaan menguasai seluruh pasar untuk produk tertentu, sedangkan dalam oligopoli, hanya beberapa perusahaan yang mendominasi pasar. Keberadaan monopoli atau oligopoli dapat mengurangi persaingan dan menghilangkan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk atau menawarkan harga yang lebih kompetitif.
4. Keterbatasan Pilihan Konsumen
Dengan mengendalikan harga dan pasokan, kartel dapat membatasi pilihan konsumen dan mencegah persaingan yang sehat di pasar. Ini berarti konsumen memiliki sedikit atau bahkan tidak ada alternatif dalam memilih produk atau jasa yang mereka butuhkan.
5. Merugikan Peserta Pasar Non-Kartel
Kartel seringkali menyebabkan kerugian bagi peserta pasar non-kartel, seperti produsen independen atau perusahaan yang tidak menjadi bagian dari kartel. Mereka bisa kehilangan pangsa pasar dan kesempatan bisnis karena sulit bersaing dengan kartel yang memiliki kendali atas harga dan pasokan.
6. Melanggar Hukum dan Etika
Banyak negara menganggap praktik kartel sebagai ilegal karena melanggar undang-undang anti-monopoli dan anti-kartel yang bertujuan untuk melindungi persaingan yang adil dan kepentingan konsumen. Kartel juga dianggap sebagai praktik etis yang merugikan banyak orang demi keuntungan pribadi yang lebih besar.
Dengan alasan-alasan di atas, kartel sering diasosiasikan dengan praktik-praktik yang merugikan masyarakat secara keseluruhan dan merusak integritas pasar bebas yang sehat. Oleh karena itu, banyak negara berusaha untuk mengatasi dan menindak kartel melalui undang-undang dan regulasi yang ketat.