Liputan6.com, Jakarta - Hukum tajwid terdiri dari 16 aturan atau macam-macam yang mengatur cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar. Setiap hukum tajwid dan contohnya memiliki ketentuan khusus yang harus diikuti oleh pembaca Al-Qur'an. Misalnya, ada hukum izhar yang mengharuskan membaca nun mati atau tanwin dengan jelas tanpa suara dengung.
Selanjutnya, hukum idgham bighunnah mengharuskan menyamarkan nun mati atau tanwin dengan huruf-huruf idgham serta disertai dengan dengung di hidung. Hukum-hukum tajwid ini berfungsi untuk menjaga keaslian bacaan Al-Qur'an dan menghindari kesalahan dalam membaca serta memahami makna ayat dengan lebih baik.
Majelis Ulama Indonesia atau MUI dalam situs website resminya menjelaskan hukum mempelajari ilmu tajwid terbagi menjadi dua. Pertama, hukumnya sunnah bagi masyarakat umum. Ini berarti bahwa mempelajari ilmu tajwid sangat dianjurkan untuk semua Muslim agar bisa membaca Al-Qur'an dengan baik.
Advertisement
Kedua, hukum mempelajari ilmu tajwid menjadi fardhu ain bagi masyarakat khusus, yaitu bagi orang yang belajar mengajar Al-Qur'an. Artinya, bagi mereka yang mengajar Al-Qur'an, memahami ilmu tajwid menjadi wajib agar mereka dapat menyampaikan bacaan dengan benar kepada para siswa atau jemaah.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang 16 hukum tajwid, contohnya, dan hukum mempelajari serta mengamalkannya, Rabu (26/7/2023).
1. Idgham Mutamatsilain atau Idgham Mimi
Idgham Mutamatsilain atau juga dikenal sebagai Idgham Mimi berlaku ketika ada dua huruf bertemu dengan makhroj dan sifat yang sama, kecuali wau (و) dan ya (ي). Dalam hukum ini, cara membacanya adalah dimasukkan, diidghamkan, atau ditasydidkan kepada huruf yang kedua.
Contoh idgham mutamatsilain:
بَل لَّا تُكْرِمُ
Pada contoh di atas, lam (ل) pada kata ‘بَل’ bertemu dengan lam (ل) pada kata ‘لَّا.’ Maka lam (ل) pertama dimasukkan ke lam (ل) kedua sehingga terjadi idgham mutamatsilain.
2. Idgham Mutajanisain
Idgham Mutajanisain berlaku ketika ada dua huruf bertemu dengan makhroj yang sama, namun sifatnya berbeda. Dalam hukum ini, cara membacanya adalah dimasukkan atau diidghamkan kepada huruf yang kedua.
Contoh idgham mutajanisain:
فَلَمَّا اَثْقَلَتْ دَعَوَ اللهَ رَبَّهُمَا
Pada contoh di atas, mim (م) pada kata ‘فَلَمَّا’ bertemu dengan dal (د) pada kata ‘اَثْقَلَتْ.’ Maka mim (م) dimasukkan ke dal (د) sehingga terjadi idgham mutajanisain.
3. Idgham Mutaqaribain
Idgham Mutaqaribain berlaku ketika ada dua huruf bertemu dengan makhraj dan sifat yang hampir sama (berdekatan). Huruf yang termasuk idgham mutaqaribain adalah lam (ل) dan ra (ر), serta kaf (ك) dan qaf (ق).
Contoh idgham mutaqaribain:
فَقُل رَّبُّكُمْ
Pada contoh di atas, qaf (ق) pada kata ‘فَقُل’ bertemu dengan ra (ر) pada kata ‘رَّبُّكُمْ.’ Maka qaf (ق) dimasukkan ke ra (ر) sehingga terjadi idgham mutaqaribain.
4. Qalqalah Sugra
Qalqalah Sugra adalah hukum tajwid yang berlaku jika huruf qalqalah yakni ba (ب), jim (ج), dal (د), ta (ط), dan qaf (ق) berada di tengah ayat, dengan suara dipantulkan tidak terlalu kuat.
Contoh qalqalah sugra:
رَزَقْنَٰهُمْ
Pada contoh di atas, qalqalah sugra terjadi pada huruf qaf (ق) pada kata ‘رَزَقْنَٰهُمْ.’
5. Qalqalah Kubra
Qalqalah Kubra adalah hukum tajwid yang berlaku jika huruf qalqalah yakni ba (ب), jim (ج), dal (د), ta (ط), dan qaf (ق) berada di akhir ayat, dengan suara dipantulkan cukup kuat.
Contohnya qalqalah kubra:
وَٱلْيَوْمِ ٱلْمَوْعُودِ
Pada contoh di atas, qalqalah kubra terjadi pada huruf dal (د) pada kata ‘مَوْعُودِ.’
6. Izhar Halqi
Izhar Halqi adalah salah satu hukum tajwid yang berarti membaca nun mati (نْ) atau tanwin (ـَــًـ , ـِــٍـ , ـُــٌـ ) dengan jelas tanpa suara dengung atau disamarkan. Secara bahasa, izhar berarti bayan atau jelas. Ada enam huruf yang termasuk dalam hukum izhar, yaitu hamzah (ء), kha (ح), ha (خ), ain (ع), ghain (غ), dan ha' (هـ).
Contoh bacaan izhar:
مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ
Dalam bacaan ini, kita dapat melihat bahwa nun mati (نْ) pada kata ‘مَآ’ dibaca dengan jelas tanpa ada dengung atau perubahan suara pada huruf nun tersebut.
7. Idgham Bighunnah
Idgham Bighunnah adalah hukum tajwid yang berlaku ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ya (ي), nun (ن), mim (م), dan wau (و). Dalam hukum ini, nun mati atau tanwin disamarkan atau meleburkan dengan huruf-huruf idgham sehingga seolah-olah menjadi satu huruf yang bertasydid. Selain itu, idgham bighunnah juga disertai dengan dengung di hidung (ghunnah).
Contoh bacaan idgham bighunnah:
أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ
Pada contoh di atas, nun mati (نْ) pada kata ‘أَبِى’ bertemu dengan huruf ba (ب) pada kata ‘لَهَبٍ.’ Maka nun mati tersebut disamarkan dengan huruf ba sehingga terjadi idgham bighunnah.
8. Iqlab
Iqlab adalah hukum tajwid yang berlaku ketika nun mati bertemu dengan huruf ba (ب). Dalam hukum iqlab, nun mati tersebut diubah atau diganti menjadi huruf mim (م) disertai dengan dengungan jika bertemu dengan huruf ba.
Contoh bacaan iqlab:
مِنْۢ بَعْدِ
Pada contoh di atas, nun mati (نْ) pada kata ‘مِنْ’ bertemu dengan huruf ba (ب) pada kata ‘بَعْدِ.’ Maka nun mati tersebut diubah menjadi huruf mim sehingga terjadi iqlab.
Advertisement
9. Idgham Mitslain
Idgham Mitslain atau juga dikenal sebagai Idgham Mimi terjadi ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf mim yang berharakat (مَ مِ , مُ). Dalam hukum ini, mim sukun harus digunnahkan atau ditekan selama 2 harakat.
Contoh idgham mitslain:
لَهُمْ مَايَتَقُوْنَ
Pada contoh di atas, mim sukun (مْ) pada kata ‘لَهُمْ’ bertemu dengan huruf mim berharakat (مَ). Maka mim sukun tersebut digunnahkan selama 2 harakat.
10. Izhar Syafawi
Izhar Syafawi berlaku ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf hijaiyyah selain huruf mim (م) dan ba (ب). Dalam hukum ini, mim sukun dibaca dengan jelas tanpa ghunnah.
Contoh izhar syafawi:
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Pada contoh di atas, mim sukun (مْ) pada kata ‘أَنْعَمْتَ’ bertemu dengan huruf ain (ع). Maka mim sukun tersebut dibaca dengan jelas tanpa ghunnah.
11. Idgham Bilaghunnah
Idgham Bilaghunnah berlaku ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf lam (ل) dan ra (ر). Namun, berbeda dengan idgham bighunnah, dalam idgham bilaghunnah, nun mati atau tanwin disamarkan tanpa disertai dengung di hidung (ghunnah).
Contoh bacaan idgham bilaghunnah:
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
Pada contoh di atas, nun mati (نْ) pada kata ‘وَلَمْ’ bertemu dengan huruf lam (ل) pada kata ‘لَهُ.’ Maka nun mati tersebut disamarkan dengan huruf lam sehingga terjadi idgham bilaghunnah.
12. Ikhfa Hakiki
Ikhfa Hakiki adalah hukum tajwid yang berlaku ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan 15 huruf yang termasuk dalam ikhfa. Ikhfa berarti menyamarkan atau menutupi karena muncul suara dengungan (ghunnah) ketika huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tersebut.
Contoh bacaan ikhfa hakiki:
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ
Pada contoh di atas, nun mati (نْ) pada kata ‘لَقَدْ’ bertemu dengan huruf kaf (ك). Maka nun mati tersebut disamarkan dengan huruf kaf sehingga terjadi ikhfa hakiki.
13. Ikhfa Syafawi
Ikhfa Syafawi berlaku ketika mim sukun (مْ) bertemu dengan huruf ba (ب). Dalam hukum ini, mim sukun dibaca tampak samar disertai dengan ghunnah.
Contoh ikhfa syafawi:
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ
Pada contoh di atas, mim sukun (مْ) pada kata ‘تَرْمِيهِم’ bertemu dengan huruf ba (ب) pada kata ‘بِحِجَارَةٍ.’ Maka mim sukun tersebut dibaca tampak samar disertai ghunnah.
14. Mim Bertasydid dan Nun Bertasydid
Mim bertasydid (مّ) dan nun bertasydid (نّ) juga dikenal dengan ghunnah musyaddah. Apabila bertemu, maka harus digunnahkan sepanjang 2 harakat.
Contoh mim bertasydid:
وَمِمَّا
Pada contoh di atas, mim bertasydid (مّ) pada kata ‘وَمِمَّا’ harus digunnahkan selama 2 harakat.
Contoh nun bertasydid:
إِنَّهُمْ
Pada contoh di atas, nun bertasydid (نّ) pada kata ‘إِنَّهُمْ’ harus digunnahkan selama 2 harakat.
15. Mad Ashli/Thabi'i
Mad Ashli atau Mad Thabi'i adalah hukum tajwid yang mengharuskan membaca alif (ا) sesudah fathah, ya (ي) sukun sesudah kasrah, dan wau (و) sukun sesudah dhammah lebih panjang dari mad asli. Mad asli berarti panjang yang biasa, sedangkan mad ashli atau mad thabi'i berarti panjang yang mengikuti aturan tertentu. Mad ashli terjadi karena adanya hamzah (ء) atau sukun (ه) dalam ayat.
Contoh mad ashli:
بِّ ٱلنَّاسِ
Pada contoh di atas, alif (ا) sesudah fathah pada kata ‘بِّ’ dibaca lebih panjang dari mad asli.
16. Mad Far'i
Mad Far'i adalah hukum tajwid yang mengharuskan ayat dibaca lebih panjang dari mad asli dikarenakan adanya hamzah (ء) atau sukun (ه) dalam ayat. Dalam hukum ini, bacaan harus panjang dan mengikuti aturan tertentu.
Contoh mad far'i:
ءَآللَّهُ خَيْرٌ
Pada contoh di atas, alif (ء) pada kata ‘ءَآللَّهُ’ mengakibatkan bacaan lebih panjang dari mad asli.
Hukum Mempelajari dan Mengamalkannya
Hukum belajar ilmu tajwid merupakan bagian penting dalam memahami dan mengamalkan bacaan Al-Qur'an dengan baik dan benar. Istilah "tajwid" sendiri memiliki arti memperbaiki, memperindah, dan memperbagus. Menurut Samsul Amin dalam bukunya berjudul "Ilmu Tajwid Lengkap," istilah tajwid adalah berasal dari bentuk masdar جوّد – يجوّد – تجويدا (jawwada- yujawwidu-tajwid).
Secara terminologis, ilmu tajwid, seperti yang dijelaskan oleh 'Athiyyah Qabil Nashar, membahas kata-kata atau ayat-ayat Al-Qur'an dari segi pemberian huruf pada haknya yang berupa sifat-sifat yang lazim yang diperlukan. Sifat-sifat ini mencakup isti'la' dan istifal, serta hukum-hukum bacaan seperti tafkhim, tarqiq, idgham, izhar, dan lain sebagainya.
Dalam buku "Belajar Cepat Ilmu Tajwid" oleh Khalillurrahman El-Mahfani, disampaikan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah kewajiban fardu kifayah atau wajib dilakukan. Artinya, jika sudah ada umat Muslim di suatu tempat atau wilayah yang telah mempelajarinya, maka kewajiban bagi Muslim lain menjadi gugur karena sudah terpenuhi. Namun, meskipun demikian, mengamalkan ilmu tajwid merupakan fardu 'ain bagi setiap Muslim, sehingga setiap Muslim wajib mempraktikkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur'an.
Ibnu Al Jazari dalam karyanya "Manzhumah Al-Jazariyyah" menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an dengan bertajwid adalah hukumnya wajib. Jika seseorang membacanya tanpa memperhatikan tajwid, maka dia berdosa, karena Allah SWT menurunkan Al-Qur'an dengan tajwid, dan melalui tajwid pula Al-Qur'an sampai dari-Nya kepada umat manusia. Oleh karena itu, belajar ilmu tajwid menjadi suatu keharusan bagi umat Muslim agar dapat membaca Al-Qur'an dengan tepat dan benar.
Majelis Ulama Indonesia atau MUI dalam situs website resminya menjelaskan hukum mempelajari ilmu tajwid terbagi menjadi dua. Pertama, hukumnya sunnah bagi masyarakat umum. Ini berarti bahwa mempelajari ilmu tajwid sangat dianjurkan untuk semua Muslim agar bisa membaca Al-Qur'an dengan baik.
Kedua, hukum mempelajari ilmu tajwid menjadi fardhu ain bagi masyarakat khusus, yaitu bagi orang yang belajar mengajar Al-Qur'an. Artinya, bagi mereka yang mengajar Al-Qur'an, memahami ilmu tajwid menjadi wajib agar mereka dapat menyampaikan bacaan dengan benar kepada para siswa atau jemaah.
Dalam ilmu qiraah, tajwid adalah praktik yang melibatkan pengeluaran huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat yang dimiliki oleh huruf tersebut. Tempat keluarnya huruf hijaiyah ini dapat menentukan jenis dan hukum tajwid yang berlaku. Maka dengan memahami tempat dan sifat huruf dengan benar, seorang Muslim dapat menghindari kesalahan dalam membaca Al-Qur'an dan menjaga keaslian bacaan sesuai dengan ketentuan tajwid.
Advertisement