Liputan6.com, Jakarta - Asbabun nuzul atau penyebab turunnya surat al-Maidah ayat 48 berhubungan dengan penyelewengan tindakan yang dilakukan oleh para ulama-ulama Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW. Mereka melakukan penghilangan dan pergantian beberapa ayat dalam Taurat sesuai dengan kepentingan mereka, termasuk dalam hal hukuman bagi pelaku zina.
Baca Juga
Advertisement
Surat al-Maidah ayat 48 menyampaikan pesan yang sangat penting tentang ketauhidan dan pentingnya mengikuti Al-Qur'an sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup. al-Maidah 48 menekankan bahwa Islam adalah agama yang menyempurnakan ajaran agama-agama sebelumnya, dan Al-Qur'an menjadi penentu kebenaran bagi kitab-kitab terdahulu.
Ketika membaca surat al-Maidah ayat 48, penting untuk memahami hukum tajwidnya yang terdiri dari 42 macam. Tajwid al-Maidah 48 terdiri dari ikhfa haqiqi, mad layin, al qomariyah, idgham bilaghunnah, idhar halqi, ikhfa safawi, dan masih banyak lagi lainnya. Simak penjelasan lengkapnya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang hukum tajwid dan tafsir surat al-Maidah ayat 48 yang dimaksudkan, Rabu (26/7/2023).
Surat al-Maidah Ayat 48
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ
"Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,"
Advertisement
1. أَنْزَ:
Terdapat ikhfa haqiqi, yaitu huruf nun mati/sukun bertemu dengan huruf za. Untuk membacanya, suara harus disamarkan sehingga terbentuk huruf za dengan samar-samar.
2. إِلَيْكَ:
Mengandung mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
3. الْكِتَابَ:
Termasuk dalam al qomariah, karena huruf ال bertemu dengan huruf kaf. Membacanya harus jelas dan terang.
4. قًا لِمَا:
Merupakan idgham bilaghunnah, karena ada fatkhah tain bertemu dengan huruf lam. Cara membacanya yaitu dengan menggabungkan kedua huruf tersebut tanpa mendengung.
5. بَيْنَ:
Juga merupakan mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
6. يَدَيْهِ:
Termasuk mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
7. مِنَ الْكِتَابِ:
Kembali sebagai al qomariah, karena huruf ال bertemu dengan huruf kaf. Membacanya harus jelas dan terang.
8. وَمُهَيْمِنًا:
Juga mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang lembut dan lemas.
9. نًا عَلَيْه:
Merupakan idhar halqi, karena ada tanda fatkah tein bertemu dengan huruf alif. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang jelas di mulut.
10. حْكُمْ بَيْ:
Mengandung ikhfa safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf ba. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf mim.
11. بَيْنَهُمْ:
Kembali sebagai mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
12. أَنْزَلَ:
Terdapat ikhfa haqiqi, yaitu huruf nun mati/sukun bertemu dengan huruf za. Untuk membacanya, suara harus disamarkan sehingga terbentuk huruf za dengan samar-samar.
13. لَ اللَّهُ:
Merupakan lam tafkhim, sebab ada fatkhah sebelum lafal اللَّهُ. Cara membacanya yaitu ditebalkan.
14. هُمْ عَمَّا:
Termasuk dalam idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf ain. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
15. مِنَ الْحَقِّ:
Kembali sebagai al qomariah, karena huruf ال bertemu dengan huruf kaf. Membacanya harus jelas dan terang.
16. لِكُلٍّ جَعَلْنَا:
Terdapat ikhfa haqiqi, yaitu ada dhommah tain bertemu dengan huruf jim. Cara membacanya adalah dengan membentuk huruf jim secara samar-samar.
17. مِنْكُمْ:
Merupakan ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf kaf. Cara membacanya adalah dengan membentuk huruf kaf secara samar-samar.
18. مْ شِرْ:
Termasuk dalam idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf syin. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
19. شِرْعَةً وَ:
Merupakan idgham bighunnah, karena ada fatkhantain bertemu dengan huruf wawu. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf wawu.
20. وَمِنْهَا:
Kembali sebagai idhar halqi, karena ada tanda fatkah tein bertemu dengan huruf alif. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang jelas di mulut.
21. جًا وَلَو:
Merupakan idgham bighunnah, karena ada fatkhantain bertemu dengan huruf wawu. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf wawu.
22. وَلَوْ:
Kembali sebagai mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf wawu mati. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
23. شَاءَ:
Termasuk mad wajib, sebab ada huruf mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kalimat. Cara membacanya adalah dengan panjang dua harakat.
24. ءَ اللَّهُ:
Merupakan lam tafkhim, sebab ada fatkhah sebelum lafal اللَّهُ. Cara membacanya yaitu ditebalkan.
25. لَجَعَلَكُمْ أُ:
Termasuk dalam idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf alif. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
26. أُمَّةً:
Merupakan ghunnah musyaddah, sebab ada huruf mim yang bertasydid. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf mim.
27. أُمَّةً وَاحِدَةً:
Merupakan idgham bighunnah, karena ada fatkhahtain bertemu dengan huruf wawu. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf wawu.
28. ةً وَلَكِنْ:
Kembali sebagai idgham bighunnah, karena ada fatkhahtain bertemu dengan huruf wawu. Cara membacanya adalah dengan mendengungkan huruf wawu.
29. وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ:
Merupakan idgham bilaghunnah, karena ada fatkhah tain bertemu dengan huruf lam. Cara membacanya adalah dengan masuk tanpa mendengung.
30. لِيَبْلُوَكُمْ:
Termasuk qolqolah sughro, karena ada huruf ba mati di dalam kalimat. Cara membacanya adalah dengan membalik membentuk huruf ba.
31. كُمْ فِي:
Merupakan idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf fa. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
32. مَا آتَا:
Merupakan mad jaiz, sebab ada huruf mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah di lain kalimat. Cara membacanya adalah dengan panjang seperti mad thabi’i 2 harakat atau 4 harakat.
33. كُمْ فَا:
Kembali sebagai idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf fa. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
34. الْخَيْرَ:
Termasuk al qomariah, karena huruf ال bertemu dengan huruf kho. Membacanya harus jelas dan terang.
35. الْخَيْرَاتِ:
Juga mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ya mati. Cara membacanya yaitu dengan pelafalan yang lunak dan lemas.
36. إِلَى اللَّهِ:
Merupakan lam tafkhim, sebab ada fatkhah sebelum lafal اللَّهُ. Cara membacanya yaitu ditebalkan.
37. مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا:
Termasuk idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf jim. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
38. جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ:
Mengandung ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf fa. Cara membacanya adalah dengan membentuk huruf fa secara samar-samar.
39. فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا:
Termasuk ikhfa safawi, karena ada huruf mim mati bertemu dengan huruf ba. Cara membacanya adalah dengan mendengung dengan mulut tertutup.
40. كُنْتُمْ:
Merupakan ikhfa haqiqi, karena ada nun mati/tanwin bertemu dengan huruf ta. Cara membacanya adalah dengan membentuk huruf ta secara samar-samar.
41. كُنْتُمْ فِيهِ:
Kembali sebagai idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf jim. Cara membacanya adalah dengan pelafalan yang terang di bibir dengan mulut tertutup.
42. تَخْتَلِفُونَ:
Mengandung mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya adalah boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat.
Advertisement
Tafsirnya
Kandungan atau tafsir surat al-Maidah ayat 48 dirangkum dari buku berjudul Multikulturalisme dalam Pendidikan Agama Islam oleh Abdullah Wal dan buku berjudul Hubungan Antar Umat Beragama: Tafsir Tematik Terhadap Persoalan-persoalan Sosial Lintas Iman oleh Kusnadi, sebagai berikut:
1. Al-Qur'an penyempuran kitab-kitab sebelumnya
Kandungan surat Al-Maidah ayat 48 juga menyatakan bahwa Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Al-Qur'an menjadi penyempurna kitab-kitab agama sebelumnya, dan ajaran-ajaran yang sejalan dengan Al-Qur'an tetap otentik.
Namun, jika ada ajaran yang bertentangan dengan Al-Qur'an, maka itu menunjukkan bahwa kitab tersebut telah mengalami perubahan oleh tangan manusia.
Berdasarkan jurnal ilmiah berjudul "Konsep Taat Kepada Pemimpin (Ulil Amri) Di Dalam Surah An-Nisa: 59, Al-Anfal: 46 Dan Al-Maidah: 48-49 (Analisis Tafsir Al-Qurthubi, Al-Misbah, Dan Ibnu Katsir)" karya Sulaiman Kurdi, dkk, surat al-Maidah ayat 48 turun sebagai respons terhadap penyelewengan tindakan yang dilakukan oleh sejumlah ulama-ulama Yahudi pada masa itu.
Mereka melakukan penghilangan dan penggantian beberapa ayat dalam kitab Taurat demi kepentingan mereka, termasuk mengenai hukuman bagi pelaku zina.
2. Membahas kesamaan ajaran tauhid
Surat Al-Maidah ayat 48 menyampaikan pesan tentang kesamaan ajaran tauhid yang dibawa oleh para Nabi sebelum Rasulullah SAW. Meskipun ajaran tentang tauhid sama, terdapat perbedaan dalam masalah syariat karena setiap umat memiliki syariatnya sendiri.
Ayat ini juga menegaskan bahwa dengan turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, aturan yang berlaku dalam kitab-kitab terdahulu menjadi tertolak.
3. Al-Qur'an menjadi saksi kebenaran kitab sebelumnya
Dalam ayat tersebut, terdapat kata 'al-Muhaimin' yang menunjukkan bahwa Al-Quran berfungsi sebagai ukuran untuk menilai kebenaran ayat-ayat yang diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur'an menjadi saksi bahwa kitab-kitab sebelumnya datang dari Allah dan membawa misi tauhid.
Namun, isi kitab-kitab tersebut telah mengalami banyak perubahan sehingga ada ajaran yang tidak sejalan dengan Al-Qur'an.
4. Islam menjadi satu-satunya agama yang diakui oleh Allah
Sebuah hadits mengenai Umar bin Khattab membawa lembar-lembar Taurat dan Rasulullah SAW menyatakan bahwa Al-Quran adalah kitab yang jelas dan jernih. Jika Musa masih hidup pada masa Nabi Muhammad, dia akan mengikuti ajaran Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang diakui oleh Allah, dan setiap umat manusia diwajibkan untuk beriman dan mengikuti Al-Quran.
Dikisahkan Umar bin Khattab membawa beberapa lembar Taurat, kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Apa yang kamu bawa ini? Bukankah aku telah membawa al-kitab yang jelas dan jernih? Jika saudaraku Musa as hidup pada zaman ku, maka tentu ia tidak akan susah kecuali mengikutiku." (HR. Imam Ahmad)
5. Al-Quran sebagai pedoman hidup umat manusia
Ayat ini menekankan bahwa bagi setiap umat yang mendengar tentang Rasulullah SAW, namun mati tanpa beriman kepada risalahnya, termasuk Yahudi dan Nasrani, mereka akan menjadi penghuni neraka. Ini menegaskan pentingnya beriman dan mengikuti Al-Quran sebagai pedoman hidup yang diutus oleh Allah.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda:
"Demi dzat yang Muhammad dalam genggamanNya, tidaklah salah seorang diantara umat ini baik Yahudi maupun Nasrani mendengar tentang (keRasulan) ku, lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku diutus dengannya, melainkan dia termasuk penghuni neraka." (HR. Imam Muslim)