Sukses

Ilmuwan Mampu Ganti Sel Otak Lama dengan Baru, Solusi Cegah Penuaan

Ilmuwan berhasil transplantasi sel otak.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini dunia medis dikejutkan dengan para ilmuwan yang  telah berhasil mentransplantasikan sel-sel pendukung otak khusus yang mampu menggantikan sel-sel yang sakit dan tua ke dalam otak tikus. Sel-sel ini, yang dikenal sebagai "sel glial", merupakan sistem pendukung sel saraf atau neuron. 

Dalam percobaan dengan tikus model penyakit Huntington, sel glial manusia yang sehat mampu menggantikan sel glial tikus yang sakit, membantu memulihkan fungsi otak. Sel glial manusia yang sehat juga menunjukkan kemampuan untuk menggantikan sel glial manusia yang sakit dan tua. 

"Kami mentransplantasikan sel manusia yang sehat ke dalam tikus yang 'dimanusiakan' dengan glia pengekspres Huntington mutan, dan sel glial yang sehat mengalahkan dan menggantikan glia yang sakit, benar-benar membasmi populasi glial yang sakit," kata Steven Goldman dari Universitas Kopenhagen.

Penemuan ini menarik karena membuka peluang untuk mengembangkan pengobatan efektif untuk berbagai kondisi neurodegeneratif dan neuropsikiatri termasuk penyakit alzheimer, autisme, dan skizofrenia.

Berikut Liputan6.com merangkum penemuan teknik ilmuwan mengganti sel tua dengan sel baru melansir dari New Atlas, Jumat (28/7/2023).

2 dari 3 halaman

Baru-baru ini dunia medis dikejutkan dengan para ilmuwan yang telah berhasil mentransplantasikan sel-sel pendukung otak khusus yang mampu menggantikan sel-sel yang sakit dan tua ke dalam otak tikus. Sel-sel ini, yang dikenal sebagai

Astrosit dan oligodendrosit adalah dua subtipe sel glial yang penting. Astrosit menyediakan dukungan dan perlindungan bagi neuron, mengangkut nutrisi, dan membuang limbah. Sementara itu, oligodendrosit bertanggung jawab untuk mempertahankan pembungkus isolasi lipid yang disebut myelin di sekitar beberapa akson neuron, yang memungkinkan transmisi impuls saraf.

Disfungsi astrosit dan oligodendrosit telah dikaitkan dengan beberapa kondisi neurodegeneratif (penurunan fungsi otak) dan neuropsikiatri (gangguan saraf kejiwaan). Oleh karena itu, transplantasi sel progenitor glial manusia (hGPC) yang sehat menjadi pilihan menarik untuk menggantikan sel-sel glial yang sakit dan tua.

Peneliti menemukan bahwa transplantasi sel glial manusia yang sehat pada tikus "chimeric" yang mengalami penyakit Huntington dari sel punca manusia menghasilkan penggantian sel-sel glial yang sakit dengan sel-sel glial sehat. Bahkan, ketika sel hGPC yang lebih muda digunakan sebagai donor, mereka juga berhasil menggantikan sel-sel glial tua yang tidak sakit.

3 dari 3 halaman

Jadi Solusi Cegah Penuaan

Temuan ini menyoroti potensi pengobatan untuk berbagai kondisi yang melibatkan sel glial yang disfungsi, seperti ALS, epilepsi, MS, Parkinson, penyakit Alzheimer, autisme, bipolar, skizofrenia, dan gangguan neurologis lainnya. Transplantasi hGPC dapat menjadi cara untuk memulihkan fungsi normal dalam kasus penyakit degeneratif ini.

Para peneliti berencana untuk melakukan uji klinis untuk menguji efektivitas transplantasi hGPC pada penyakit Huntington, multiple sclerosis progresif primer (PPMS), dan penyakit Pelizaeus-Merzbacher (PMD). Jika berhasil, pengujian ini dapat membuka jalan bagi pengobatan yang lebih efektif dan inovatif untuk berbagai penyakit neurologis.

Namun, sebelumnya, peneliti masih perlu memastikan keamanan dan efektivitas jangka panjang dari transplantasi sel glial ini. Jika semuanya berjalan lancar, para peneliti berharap dapat memulai uji klinis pada manusia dalam dua tahun mendatang, membawa kita satu langkah lebih dekat untuk mengatasi berbagai kondisi neurologis yang kompleks.