Liputan6.com, Jakarta Manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus. Fosil rahang bawah dan rahang atas manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh G.H.R von Koenigswald, pada penelitian tahun 1936 sampai 1941 di Situs Sangiran.Â
Baca Juga
Advertisement
Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata Mega yang berarti besar dan Anthropus berarti manusia, dan Paleo berarti tertua, serta Javanicus berarti Jawa.
Jadi kalau digabungkan, arti dari Meganthropus paleojavanicus adalah fosil manusia bertubuh besar paling tua di Pulau Jawa. Mereka diperkirakan hidup pada 1-2 juta tahun yang lalu pada masa Paleolithikum atau zaman batu tua.Â
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (29/7/2023) tentang manusia purba tertua di Indonesia.
Manusia Purba Tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus. Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Karakteristik fosil manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus berbeda dengan Pithecanthropus erectus (homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.
Fosil rahang bawah dan rahang atas manusia purba tertua di Indonesia adalah ini ditemukan pertama kali oleh G.H.R von Koenigswald, pada penelitian tahun 1936 sampai 1941 di Situs Sangiran. Meganthropus Paleojavanicus dikenal juga sebagai manusia raksasa dari Jawa yang diperkirakan hidup pada masa 1-2 juta tahun yang lalu pada masa Paleolithikum atau zaman batu tua.Â
Manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus berasal dari kata Mega yang berarti besar dan Anthropus berarti manusia, dan Paleo berarti tertua, serta Javanicus berarti Jawa. Jadi kalau digabungkan, arti dari Meganthropus paleojavanicus adalah fosil manusia bertubuh besar paling tua di Pulau Jawa.
Advertisement
Ciri-Ciri Fisik Meganthropus Paleojavanicus
Setiap fosil yang ditemukan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula dengan ciri-ciri manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus. Berikut ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus:
- Memiliki rahang bawah yang tebal dan kuat.
- Tubuhnya sangat tegap.
- Keningnya tebal dan menonjol.
- Tulang pipi juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.
- Punya otot yang sangat kuat.
- Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.
- Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.
- Bentuk hidungnya melebar.
- Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.
- Bentuk geraham menyerupai manusia.
- Volume otaknya sebesar 900 cc.
- Tingginya sekitar 2,5 meter.
- Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.
Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus Lainnya
Selain ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus dari segi fisik, kamu juga bisa mengenali ciri-ciri manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus lainnya, yaitu:
- Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk dengan tangan yang menyangga tubuh.
- Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan memasak.
- Meganthropus paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil alam, sehingga kehidupannya tergantung pada alam.
- Cara hidup meganthropus paleojavanicus selalu berpindah tempat karena bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi lainnya.
Advertisement
Fosil Meganthropus Paleojavanicus
1. Meganthropus A / Sangiran 6
Meganthropus A / Sangiran 6 merupakan fragmen rahang yang snagat besar. Pertama kali fragmen rahang ini ditemukan pada tahun 1942 oleh Von Koenigswald. Koenigswald ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, namun dirinya berhasil mengirim cast rahang untuk Franz Weidenreich.
Weidenreich kemudian melanjutkan penelitian dan menamakan spesimen tersebut di tahun 1945. Ia menyatakan spesimen tersebut memiliki rahang terbesar yang pernah ia lihat. Rahang tersebut dikatakan sama besarnya dengan gorila tetapi bentuknya berbeda. Setelah dilakukan berbagai rekonstruksi dan penelitian, ditemukan adanya kemungkinan bahwa meganthropus berukuran lebih besar daripada gorila manapun yang kita ketahui.
2. Meganthropus B / Sangiran 8
Penemuan fosil ini berupa potongan tulang rahang lain yang dideskripsikan oleh Marks pada 1953. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki ukuran dan bentuknya hampir sama dengan penemuan rahang bawah yang asli yang sudah mengalami kerusakan parah.
Fosil ini diketahui bahwa itu adalah tulang rahang dewasa, yang berukuran lebih kecil daripada homo erectus. Tetapi yang membingungkan, spesimen tersebut memiliki beberapa ciri unik yang sama dengan penemuan awal, dan ciri tersebut tidak ada pada homo erectus.
3. Meganthropus C / Sangiran 33 / BK 7905
Penemuan fosil berupa potongan tulang rahang ini ditemukan pada 1979. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki beberapa kesamaan umum dengan temuan rahang bawah yang telah dikatakan sebelumnya. Hubungan fosil ini dengan Meganthropus Paleojavanicus  tampaknya menjadi hubungan yang paling lemah dari penemuan-penemuan tulang rahang sebelumnya.
4. Meganthropus D
Fosil ini berupa tulang rahang dan ramus yang ditemukan oleh Sartono pada 1993. Usia fosil tersebut telah ditentukan antara sekitar 1,4 hingga 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramusnya telah mengalami kerusakan yang buruk. Akan tetapi bagian tulang rahang bawahnya relatif tampak tidak mengalami kerusakan walaupun detail giginya telah hilang. Fosil ini berukuran agak lebih kecil tetapi bentuknya sangat mirip daripada Meganthropus A. Sartono, Tyler dan Krantz akhirnya menyepakati bahwa Meganthropus A dan D tampaknya merupakan contoh dari spesies yang sama.
Â
5. Meganthropus I / Sangiran 27
Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap, tapi hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas (diasumsikan) H. Homo. Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.
6. Meganthropus II / Sangiran 31
Meganthropus II ini merupakan fragmen tengkorak yang pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada 1982. Analisis yang dilakukan Tyler menghasilkan kesimpulan bahwa ukurannya ternyata berada di luar batas normal Homo Erectus. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki bentuk tengkorak lebih dalam, berkubah lebih rendah dan jauh lebih lebar dari spesimen manapun yang pernah ditemukan.
Bagian sagittal crest dobel dengan kapasitas tengkorak sekitar 800 – 1000 cc. Rekonstruksi Sangiran 31 sejak dipresentasikan pada AAPA meeting di tahun 1993, telah diterima oleh banyak kalangan otoritas. Sejauh ini tidak ada homo erectus lain yang menunjukkan ciri – ciri ini.
7. Meganthropus III
Meganthropus III merupakan penemuan fosil lain yang memiliki sedikit kaitan yang lemah dengan manusia purba tertua di Indonesia adalah Meganthropus Paleojavanicus. Penemuan ini diperkirakan adalah bagian posterior dari tengkorak hominid, yang memiliki ukuran 7 hingga 10 cm.
Tyler pada 1996 menggambarkan penemuan sudut oksipital dari keseluruhan tengkorak yang diperkirakan sejauh 120 derajat. Menurut Tyler itu adalah rentang ukuran yang dimiliki homo erectus. Akan tetapi interpretasi Tyler masih dipertanyakan oleh para pihak berwenang yang ragu akan adanya hubungan tersebut.
Advertisement