Sukses

Oogenesis Adalah Proses Pembentukan Sel Telur, Ini Tahapannya

Pengertian oogenesis dan tahapannya, beserta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

Liputan6.com, Jakarta Reproduksi seksual pada manusia melibatkan dua proses kunci yang berbeda di antara pria dan wanita, yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Oogenesis adalah proses yang sangat penting dalam reproduksi seksual wanita, di mana sel telur (ovum) yang matang diproduksi dalam ovarium

Oogenesis adalah proses yang ini memiliki peran krusial dalam menghasilkan sel telur yang siap untuk dibuahi oleh sperma, sehingga memungkinkan pembentukan embrio dan kelangsungan hidup spesies. Namun, oogenesis bukan hanya tentang biologi, tetapi juga mempengaruhi aspek sosial dan emosional.

Oogenesis adalah fenomena menakjubkan dalam dunia reproduksi wanita. Proses kompleks ini membentuk sel telur (ovum) yang menjadi landasan penting bagi kelangsungan hidup dan perpecahan spesies manusia, dan mengetahui prosesnya bisa menjadi ilmu yang berguna untuk menjaganya.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (3/8/2023). Pengertian oogenesis dan tahapannya, beserta faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Oogenesis?

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) pada organ reproduksi wanita yang disebut ovarium. Proses ini merupakan bagian dari reproduksi seksual pada wanita, yang dimulai pada masa pubertas dan berlangsung selama hidup wanita dalam siklus menstruasi.

Ovarium mengandung banyak folikel ovarium, yang masing-masing mengandung sel telur primer (oosit). Saat siklus menstruasi dimulai, beberapa folikel akan tumbuh dan berkembang. Hanya satu folikel yang akan menjadi dominan dan terus berkembang hingga mencapai tahap ovulasi, di mana sel telur yang matang akan dilepaskan dari ovarium dan siap untuk dibuahi oleh sperma jika fertilisasi terjadi.

Proses oogenesis melibatkan beberapa tahap, yaitu:

  1. Oosit primer: Pada tahap ini, sel telur yang belum matang disebut oosit primer diproduksi dan dikelilingi oleh sel-sel pendukung yang disebut sel granulosa.
  2. Oogenesis meiosis I: Di dalam folikel ovarium, oosit primer memulai tahap meiosis I, yaitu pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak dengan setengah jumlah kromosom normal. Salah satu sel anak akan mengandung sebagian besar sitoplasma dan menjadi oosit sekunder, sementara sel anak yang lain lebih kecil dan disebut badan polar pertama.

  3. Ovulasi: Setelah meiosis I selesai, oosit sekunder yang belum matang dilepaskan dari ovarium selama ovulasi dan masuk ke dalam tuba falopi, tempat dimana fertilisasi dapat terjadi jika bertemu dengan sperma.

  4. Oogenesis meiosis II: Jika fertilisasi terjadi, oosit sekunder akan melanjutkan meiosis II setelah berinteraksi dengan sperma. Meiosis II akan menghasilkan satu sel telur matang dan satu badan polar kedua.

Hasil akhir dari oogenesis adalah terbentuknya satu sel telur matang yang dapat dibuahi, serta beberapa badan polar yang tidak berkembang lebih lanjut dan akhirnya akan terdegradasi. Sel telur yang matang ini akan bertahan dalam tuba falopi selama beberapa waktu, menunggu kemungkinan terjadinya pertemuan dengan sperma. Jika tidak ada fertilisasi yang terjadi, sel telur akan terurai, dan siklus menstruasi akan dimulai lagi dengan pembentukan oosit primer baru pada siklus berikutnya.

3 dari 3 halaman

Faktor yang mempengaruhi oogenesis 

Oogenesis dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses pembentukan sel telur (ovum) pada wanita. Berikut adalah beberapa faktor yang berperan dalam mengatur oogenesis:

  1. Usia: Oogenesis dipengaruhi oleh usia wanita. Ketika seorang wanita mencapai usia pubertas, ovariumnya mulai memproduksi hormon-hormon reproduksi yang merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan memulai proses oogenesis. Selama bertambahnya usia, jumlah dan kualitas oosit dapat menurun, yang dapat mempengaruhi kesuburan dan meningkatkan risiko kelainan kromosom pada janin jika terjadi kehamilan pada usia yang lebih lanjut.
  2. Faktor hormonal: Hormon-hormon reproduksi, seperti hormon folikel stimulasi (FSH) dan hormon luteinisasi (LH), berperan penting dalam mengatur oogenesis. FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium dan inisiasi oogenesis, sedangkan LH membantu menginduksi ovulasi. Gangguan hormonal atau ketidakseimbangan hormon dapat mempengaruhi kualitas dan frekuensi ovulasi.

  3. Kesehatan reproduksi secara keseluruhan: Kesehatan tubuh secara keseluruhan memainkan peran penting dalam oogenesis. Gaya hidup yang sehat, seperti makanan bergizi, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok serta alkohol, dapat mempengaruhi kualitas oosit. Selain itu, gangguan kesehatan tertentu atau penyakit kronis juga dapat mempengaruhi oogenesis.

  4. Faktor lingkungan: Paparan terhadap zat-zat berbahaya, polutan lingkungan, radiasi, dan bahan kimia tertentu dapat mempengaruhi proses oogenesis dan kualitas oosit. Paparan yang berkepanjangan atau tingkat paparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sel telur dan mempengaruhi kesuburan.

  5. Gangguan genetik dan kromosom: Beberapa wanita mungkin memiliki kelainan genetik atau gangguan kromosom yang dapat mempengaruhi proses oogenesis. Kelainan genetik ini dapat mempengaruhi jumlah, kualitas, atau fungsi oosit, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan untuk hamil atau risiko tinggi kelainan genetik pada keturunan.

  6. Pengaruh hormonal eksternal: Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil kontrasepsi atau suntikan hormonal, juga dapat mempengaruhi regulasi hormonal dan menghambat proses oogenesis.

  7. Faktor sosial dan psikologis: Stres kronis atau tekanan emosional dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tubuh dan akhirnya mempengaruhi oogenesis.

Perlu diingat bahwa oogenesis adalah proses yang kompleks dan sangat tergantung pada interaksi yang rumit antara berbagai faktor di atas. Pemahaman tentang faktor-faktor ini dapat membantu wanita menjaga kesehatan reproduksi mereka dan memahami lebih baik mengenai kesuburan serta proses pembentukan sel telur dalam tubuh.