Liputan6.com, Jakarta - Sholat istisqa adalah ibadah sunnah dalam Islam yang dilakukan sebagai doa dan permohonan kepada Allah untuk mengirimkan hujan pada masa kekeringan atau bencana kekeringan. Ibadah ini melibatkan sholat sunnah dua rakaat dengan niat yang dilaksanakan secara berjamaah. Jaemaah berdiri bersama tanpa adzan atau iqamah sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Niat sholat istisqa diucapkan dengan bacaan khusus yang menunjukkan niat untuk memohon hujan dari Allah. Bacaan niat sholat istisqa berbeda dengan niat sholat pada lima waktu dan sholat sunnah hari raya lainnya. Lafal niat latinnya, "Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini (imaaman/ma’mūman) lillāhi ta‘ālā."
Selama sholat istisqa, terdapat perbedaan dalam jumlah takbir yang dilakukan. Pada rakaat pertama, dilakukan tujuh kali takbir, dan pada rakaat kedua, dilakukan lima kali takbir. Selama sholat, imam dianjurkan untuk membaca surat yang agak panjang dari Al-Qur'an dalam setiap rakaatnya, dan bacaan sholat dilakukan dengan keras (jahar), agar jamaah dapat mendengarnya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang niat sholat istisqa lengkap tata cara melaksanakannya, Kamis (3/8/2023).
Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini (imaaman/ma’mūman) lillāhi ta‘ālā
Berdasarkan buku berjudul Panduan Lengkap Shalat Sunah Rekomendasi Rasulullah karya Zezen Zainal Alim, sholat sunnah istisqa memiliki tata cara yang mirip dengan shalat Id. Apa perbedaan dari keduanya? Perbedaannya ada pada bacaan niat sholat istisqa.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini (imaaman/ma’mūman) lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku menyengaja salat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah.”
Melaksanakan sholat sunnah istisqa, para jamaah berdiri bersama sebagai makmum dan berjamaah dengan imam yang memimpin. Khusus untuk niat sholat istisqa ini, mereka berniat melakukan dua rakaat sebagai bentuk permohonan atas turunnya hujan yang ditujukan hanya untuk Allah Ta'ala.
Sholat istisqa dianggap sebagai cara yang dianjurkan untuk memohon hujan dari Allah, terutama dalam situasi kekeringan atau bencana kekeringan.
"Dari Abbad bin Tamim dari pamannya, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah keluar bersama orang-orang untuk minta hujan. Lalu beliau shalat istisqa 2 rakaat dengan mengeraskan bacaan. Beliau merubah posisi selendangnya, dan mengangkat kedua tagannya untuk berdoa dengan menghadap kiblat." (Hadist Riwayat Al bukhari Musli, Abu Dawud & At-Timidzi)
Merangkum dari buku berjudul Panduan Lengkap Sholat Sunah Rekomendasi Rasulullah karya Zezen Zainal Alim, mayoritas ahli fikih sepakat sholat istisqa memiliki hukum sunnah muakkadah. Artinya, sholat ini termasuk dalam kategori amalan sunnah yang sangat dianjurkan dan memiliki tingkatan hampir mendekati ibadah wajib.
Sunnah muakkadah adalah amalan sunnah yang dilakukan sebagai pelengkap dari ibadah wajib, dan menjalankannya memberikan nilai tambah yang besar dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Sholat istisqa dilakukan sebagai upaya untuk memohon hujan dari Allah Ta'ala dalam situasi kekeringan atau bencana kekeringan. Meskipun sholat ini memiliki status sunnah, namun penting untuk diingat bahwa pelaksanaannya sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan besar dalam agama Islam.
Advertisement
Tata cara melaksanakan sholat sunnah Istisqa
Dalam buku berjudul Tata Cara Sholat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah oleh Yoli Hemdi, dijelaskan tata cara sholat istisqa dengan lengkap. Sholat istisqa dilakukan secara berjamaah tanpa didahului oleh adzan atau iqamah, yang berarti pelaksanaannya tidak diawali dengan panggilan adzan atau iqamah seperti sholat lainnya.
1. Takbiratul ihram dan niat
Sholat dimulai dengan takbiratul ihram yang dilakukan bersamaan dengan membaca niat sholat istisqa.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini (imaaman/ma’mūman) lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku menyengaja salat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah.”
2. Takbir sebanyak 7 kali
Dalam sholat istisqa, terdapat tujuh kali takbir pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua, mirip dengan tata cara sholat hari raya.
3. Membaca surat panjang dan dibaca keras
Kemudian, pada rakaat pertama dan kedua, imam dianjurkan membaca surat yang agak panjang dalam Al-Qur'an. Bacaan sholat pada kedua rakaat dibaca dengan keras (jahar), sehingga seluruh jamaah dapat mendengarnya.
4. Membaca istighfar
Setelah selesai melaksanakan sholat dua rakaat, imam menghadap ke makmum dan membaca istighfar sebagai bentuk permohonan ampun kepada Allah.
Astaghfirullah hal'adzim, aladzi laailaha illahuwal khayyul qoyyuumu wa atuubu ilaiih
Artinya:
"Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya."
5. Melakukan dua kali khutbah
Setelah berdoa, dilanjutkan dengan dua kali khutbah. Pada khutbah pertama, khatib membaca istighfar sebanyak sembilan kali, sedangkan pada khutbah kedua sebanyak tujuh kali. Saat berdoa, khatib disarankan untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil mengangkat kedua tangannya setinggi mungkin, menunjukkan kehambaan dan ketergantungan kepada Allah.
6. Merubah posisi selendang
Selain itu, ada juga perubahan posisi selendang (rida') setelah sholat. Setelah selesai berdoa, hendaknya memindahkan letak rida' yang semula diletakkan di kanan menjadi di kiri atau sebaliknya.
Tata cara pelaksanaan sholat istisqa tersebut berlandaskan pada hadis Al-Bukhari No. 1025 dan Muslim No. 894, yang menjadi acuan utama bagi umat Muslim dalam melaksanakan sholat istisqa sebagai bentuk permohonan hujan dan berdoa kepada Allah dalam menghadapi situasi kekeringan atau bencana kekeringan.
Doa setelah melaksanakan sholat Istisqa
Doa ketika selesai menunaikan sholat istisqa menurut hadis riwayat Imam As-Syafi'i, Abu Dawud, dan lainnya:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ
اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ
اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا
Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī'an marī'an (lan riwayat murī'an) ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā'iman. Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā taj'alnā minal qānithīn. Allāhumma inna bil 'ibādi wal bilādi wal bahā'imi wal khalqi minal balā'i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika. Allāhumma anbit lanaz zar'a, wa adirra lanad dhar'a, wasqinā min barakātis samā'i, wa anbit lanā min barakātil ardhi. Allāhummarfa' 'annal jahda wal jū'a wal 'urā, waksyif 'annal balā'a mā lā yaksyifuhū ghairuka. Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa arsilis samā'a 'alainā midrārā.
Artinya:
"Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.
Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.
Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu."
Advertisement