Sukses

Paranoid adalah Penyakit Mental yang Ditandai dengan Takut Berlebihan, Kenali Penyebabnya

Paranoid adalah gangguan mental yang ditandai dengan timbulnya rasa takut berlebihan.

Liputan6.com, Jakarta Paranoid adalah istilah yang mungkin belum begitu familier di telinga sebagian orang. Paranoid berhubungan dengan perasaan takut atau curiga. Bagi sebagian orang rasa takut terhadap sesuatu mungkin adalah hal yang biasa, namun tidak begitu pada penderita gangguan paranoid.

Paranoid adalah perasaan terancam dengan cara tertentu, seperti merasa bahwa ada orang-orang yang mengawasi atau ingin melawan, meskipun tidak ada bukti bahwa itu benar. Tetapi kondisi ini dapat terjadi pada banyak orang.

Paranoid adalah gangguan mental yang ditandai dengan timbulnya rasa takut berlebihan. Orang yang mengalami paranoid ini biasanya sulit mempercayai orang lain dan memiliki pola pikir yang berbeda dari kebanyakan orang.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (4/8/2023) tentang paranoid.

2 dari 5 halaman

Paranoid adalah

Paranoid adalah gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Paranoid adalah gangguan mental bila kondisi ini sifatnya irasional, menetap, mengganggu, dan membuat stres. Perilaku ini tidak disebut paranoid bila kemunculan perilaku tersebut disebabkan oleh skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan psikotik lainnya (faktor neurologi), atau sebab-sebab yang diakibatkan oleh kondisi medis.

Gangguan kepribadian paranoid adalah kondisi yang umumnya muncul akibat trauma psikologis pada masa lalu. Paranoid adalah gangguan yang lebih sering dialami oleh laki-laki dan biasanya muncul pada usia remaja atau dewasa. Akan tetapi, paranoid terkadang juga bisa muncul sejak masa kanak-kanak.

Paranoid adalah penyakit mental  yang ditandai dengan rasa curiga dan tidak percaya pada orang lain tanpa alasan yang jelas. Penderita paranoid cenderung menganggap orang lain akan berbuat jahat, menyakiti, atau menipu dirinya kelak. Jika dibiarkan, kondisi paranoid ini dapat mengganggu kehidupan dan aktivitas sehari-hari penderitanya. Paranoid adalah penyakit yang juga berisiko mengakibatkan depresi, hingga menjerumuskan penderitanya pada penggunaan narkoba, atau tindakan kriminal lainnya.

3 dari 5 halaman

Penyebab Paranoid

Penyebab paranoid sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diketahui dapat membuat seseorang lebih berisiko untuk menjadi paranoid. Penyebab paranoid adalah sebagai berikut:

1. Kurang Tidur

Jika mengalami waktu tidur yang kurang, dapat menyebabkan pikiran paranoid. Seseorang dengan penderita paranoid mungkin tidak berpikir jernih, dan kemungkinan besar akan bertengkar dengan orang lain atau salah paham dengan mereka.

Bisa saja terlihat seperti orang-orang menentangnya, meskipun sebenarnya mereka hanya bertindak seperti yang selalu mereka lakukan. Selain itu, ini juga berakibat pada halusinasi, seperti melihat dan mendengar hal-hal yang terbukti tidak ada. Sebaiknya bagi orang dewasa tidur selama 7 hingga 9 jam agar tetap sehat secara mental.

2. Stres

Ketika merasa tegang atau stres, penderita paranoid akan mulai merasa lebih curiga terhadap orang lain. Stres juga tidak harus menjadi sesuatu yang negatif seperti kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Bahkan acara bahagia, seperti pernikahan, dapat menciptakan semacam stres yang memunculkan pikiran paranoid bersamaan dengan kegembiraan.

3. Gangguan Psikiatri

Satu kondisi, gangguan kepribadian paranoid, dapat membuat sulit untuk mempercayai orang lain. Ini dapat menyebabkan pikiran negatif tentang orang-orang yang tidak benar. Dalam beberapa kasus, tidak ada bukti yang dapat meyakinkan, sehingga hal ini dapat menyebabkan paranoia klinis yang sebenarnya.

4. Skizofrenia

Skizofrenia atau gangguan serius lainnya, dapat membuat penderitanya sulit untuk mengatakan apa yang nyata dan apa yang hanya menjadi halusinasi. Oleh karena itu, seringn kali mereka tidak tahu kapan pikirannya menjadi paranoid.

5. Penggunaan Narkoba

Obat-obatan seperti ganja, halusinogen (LSD, jamur psikotropika), dan stimulan (kokain, metamfetamin) memiliki bahan kimia yang membuat beberapa orang paranoid untuk waktu yang singkat. Penyalahgunaan alkohol yang intens selama berhari-hari atau berminggu-minggu juga dapat menyebabkan paranoid jangka pendek, dan dalam jangka panjang, hal itu dapat menyebabkan paranoid yang berkelanjutan dan bahkan halusinasi.

6. Hilang Ingatan

Penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya, yang lebih mungkin terjadi seiring bertambahnya usia, dapat mengubah otak , sehingga menjadi lebih curiga terhadap orang lain. Jika diperhatikan, orang-orang dengan demensia mulai menyembunyikan hal-hal seperti perhiasan atau uang, atau menjadi yakin bahwa orang-orang memiliki niat buruk terhadap mereka.

Namun, hanya karena merasa paranoid atau khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kamu, bukan berarti kamu mengalami gangguan kejiwaan. Fakta ketika kamu tahu pikiran tersebut tidak masuk akal, merupakan tanda kesehatan mental yang baik.

4 dari 5 halaman

Gejala Paranoid

Gejala khas paranoid adalah sulit atau bahkan tidak dapat memercayai orang lain. Orang yang memiliki pikiran paranoid biasanya akan berpikir bahwa orang lain memiliki niat jahat terhadap mereka. Gejala paranoid adalah sebagai berikut:

  1. Bersikap defensif dan agresif
  2. Selalu curiga bahwa orang lain memiliki motif tersembunyi atau ingin menyakitinya
  3. Mudah tersinggung
  4. Sulit untuk bekerja sama dengan orang lain
  5. Merasa selalu benar dan mengalami kesulitan bersantai
  6. Mudah terpisah atau terisolasi secara sosial
  7. Tidak bisa berkompromi, memaafkan, atau menerima kritik
  8. Ragu terhadap kesetiaan orang lain
  9. Tidak bisa percaya atau curhat pada orang lain
  10. Cepat marah dan cenderung bersifat memusuhi orang lain
  11. Membaca makna tersembunyi terhadap perilaku orang norma
5 dari 5 halaman

Cara Mengatasi Paranoid

Cara mengatasi paranoid adalah dengan psikoterapi dan obat-obatan.

1. Psikoterapi

Cara mengatasi paranoid yang pertama adalah dengan psikoterapi, yaitu dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini dinilai sebagai metode yang paling efektif untuk membantu penderita paranoid menyesuaikan pola pikir dan perilaku yang menyimpang. Dalam terapi perilaku kognitif, penderita paranoid akan diajari cara untuk mengidentifikasi suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Setelah itu, penderita paranoid akan belajar untuk mengubah pola pikirnya sehingga dapat menilai bahwa tindakan yang dilakukan orang lain tidak selalu menjadi ancaman.

2. Obat-obatan

Dokter akan meresepkan obat-obatan untuk meredakan gejala atau mengurangi depresi, kecemasan, dan gejala paranoia. Obat yang digunakan antara lain Antidepresan, Anticemas, seperti diazepam, hingga Antipsikotik, seperti thioridazine atau haloperidol.