Sukses

Gejala Penyakit Sifilis, Penyebab, Cara Penularan, dan Pengobatan yang Harus Diketahui

Penyakit sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Liputan6.com, Jakarta Gejala penyakit silifis perlu dikenali oleh masyarakat. Penyakit sifilis atau yang dikenal dengan istilah penyakit rasa singa merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Bakteri Treponema pallidum dapat masuk pada tubuh manusia melalui kontak kulit yang terluka atau selaput lendir seseorang yang terinfeksi penyakit ini. Penyakit sifilis juga umum menjangkiti orang-orang yang memiliki kebiasaan dalam berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Selain itu, bisanya penyakit ini juga menjangkiti orang-orang yang berhubungan sesama jenis, terutama homoseksual.

Untuk dapat mengobatinya, anda perlu mengenali gejala penyakit sifilis. Gejala umum yang ditimbulkan oleh penyakit sifilis berbeda-beda sesuai dengan tingkatan atau waktunya. Tingkatan sifilis yakni sifilis primer, sekunder, dan tersier, serta periode laten di antara stadium sekunder dan tersier. 

Berikut Liputan6.com ulas mengenai gejala penyakit sifilis, penyebab, cara penularan, dan langkah pengobatannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (4//8/2023).

2 dari 5 halaman

Penyebab Penyakit Sifilis

Penyakit sifilis atau yang dikenal dengan istilah penyakit rasa singa merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini tidak dapat bertahan lama di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui toilet, kolam renang, kamar mandi, serta berbagi peralatan makan atau pakaian.

Penyakit sifilis ini berawal sebagai luka yang tidak nyeri. Luka tersebut biasanya muncul pada alat kelamin, rektum, ataupun mulut penderitanya dan kondisi tersebut bisa menular dari orang ke orang melalui kontak kulit ataupun selaput lendir dari luka tersebut.

Penyakit sifilis yang tanpa pengobatan justru dapat merusak jantung, otak, hingga organ-organ dalam tubuh lainnya. Sehingga bisa mengancam jiwa dan dapat ditularkan dari ibu ke calon anak yang belum lahir.

Penyakit sifilis ini jika menginfeksi ibu hamil, maka akan sagat berisiko besar bagi ibu dan bayinya. Sifilis pada ibu hamil dapat menular kepada bayi, dan sifilis bawaan pada bayi baru lahir ini disebut dengan istilah sifilis kongenital. Apabila tidak diobati, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir.

Sementara itu, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi pada bayi yang telah lahir, seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak. 

3 dari 5 halaman

Gejala Penyakit Sifilis

Gejala penyakit sifilis ini berbeda setiap tingkatan atau waktunya. Tingkatan penyakit sifilis diklasifikasikan menjadi sifilis primer, sekunder, dan tersier, serta periode laten di antara stadium sekunder dan tersier. Berikut ini penjelasan gejala dari masing-masing tingkatan, yakni:

1. Sifilis Primer

Gejala sifilis ini dapat muncul setelah 2-4 minggu terinfeksi. Gejala yang ditemukan seperti timbulnya luka kecil di alat kelamin, mulut, atau anus, tempat bakteri masuk. Luka ini tidak sakit sehingga kadang tidak disadari, namun tetap rentan menulari pasangan, dikenal dengan istilah chancre. Luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan.

2. Sifilis Sekunder

Gejala sifilis ini dapat ditemukan dalam 2-10 minggu setelah terinfeksi antara lain demam, ruam merah di telapak tangan dan kaki atau di bagian tubuh lainnya seperti penis, vagina, atau mulut, serta bercak di sekitar genital yang membasah. Keluhan lain yang dapat dijumpai seperti kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rambut rontok, sakit kepala, kelelahan serta pembengkakan kelenjar limpa. Tahap ini berlangsung selama 1-3 bulan, atau dapat berlanjut hingga 1 tahun.

3. Sifilis Laten

Sifilis laten akan terjadi apabila sifilis sekunder tidak diobati, maka gejala akan hilang sementara namun dapat muncul kembali dan berkembang menjadi sifilis tersier dalam 2-3 tahun karena bakteri tidak hilang dari tubuh (laten).

4. Sifilis Tersier

Gejala sifilis pada tahap ini muncul bertahun-tahun setelah tubuh terinfeksi pertama kali. Tahapan ini dinilai paling berbahaya karena dapat menginfeksi berbagai organ vital dan menyebabkan kerusakan otak, peradangan di selaput otak dan tulang belakang, kebutaan, pembengkakan pembuluh darah, kelumpuhan hingga kematian.

4 dari 5 halaman

Cara Penularan Penyakit Sifilis

Perlu diketahui terkait cara penularan penyakit sifilis, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. Bakteri Treponema Pallidum mempunyai bentuk spiral. Orang yang terkena penyakit sifilis bisa jadi disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum yang masuk ke tubuh melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, ataupun selaput lendir yaitu jaringan dalam mulut ataupun kelamin.

Penyebaran yang paling umum terjadi adalah adanya kontak luka dengan orang yang terinfeksi selama aktivitas seksual. Sehingga bakteri yang ada pada luka kecil, lecet pada kulit, atau selaput lendir tersebut masuk ke tubuh.

Adapun kasus penyebaran yang jarang terjadi ketika adanya kontak langsung dengan lesi aktif seperti saat berciuman. Ada juga ditularkan dari ibu kepada bayinya selama kehamilan ataupun persalinan. Selain itu, penularan penyakit sifilis juga dapat terjadi pada penggunakan jarum suntik yang bergantian dan melaukan tindakan tato yang tidak aman.

Meski begitu, Anda tidak dapat tertular sifilis dengan cara berbagi toilet, mengenakan pakaian orang lain, hingga menggunakan peralatan makan orang lain. Hal ini dikarenakan bakteri penyebab sifilis tidak dapat hidup lama di luar tubuh manusia.

5 dari 5 halaman

Langkah Pengobatan Penyakit Sifilis

Langkah pengobatan penyakit sifilis ini tergantung pada tingkatan atau klasifikasi penyebaran bakteri Treponema Pallidum pada tubuh. Pada sifilis stadium primer, sekunder, dan laten biasanya diobati dengan antibiotik Benzhatine Penicillin yang disuntikkan ke dalam otot. 

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin. Apabila penyakit tersebut semakin parah maka penyuntikan akan sering dilakukan. Para penderita sifilis juga tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual sama sekali hingga tahap pengobatan selesai dan dinyatakan sembuh oleh dokter.

Sedangkan bagi sifilis tersier akan mendapatkan antibiotik melalui jalur intravena (infus). Untuk ibu hamil penderita penyakit ini juga akan mendapatkan penanganan yang sama dengan pengidap sifilis tersier. Setelah mendapatkan pengobatan, penderita sifilis akan melakukan pemeriksaan darah kembali untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh total.