Liputan6.com, Jakarta Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai hal yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia. Materi ini sering dijumpai dalam pelajaran ilmu sejarah di sekolah.
Baca Juga
Advertisement
Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.
Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai hal yang terjadi sebelum Indonesia mengalami kemerdekaan. Dikarenakan peristiwa ini memegang peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai apa yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (7/8/2023).
Peristiwa Rengasdengklok Terjadi Karena Adanya Perbedaan Pendapat
Perlu diketahui bahwa Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bahkan sampai adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua.
Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilakukan berdasarkan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sedangkan golongan muda merasa kemerdekaan Indonesia harus diproklamirkan sesegera mungkin saat ada kekosongan kekuasaan karena Jepang menyerah terhadap Sekutu waktu itu. Tujuan peculikan terjadi karena golongan muda menganggap posisi Sukarno-Hatta sangat mudah dipengaruhi dan terpengaruh oleh Jepang yang ada di Jakarta.
Akhirnya, proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Ada dua lokasi pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara penduduk dan tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di Lapangan IKADA setelah mendapat informasi ada sebuah acara yang akan diselenggarakan di lokasi tersebut.
Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok. Awalnya, Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di sebuah gubuk tua, pinggir kali dekat sawah yang tak layak kondisinya. Atas usulan KH. Darip pejuang dari Klender kepada Soekarni dan kawan-kawan, agar Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di tempat yang layak, maka dipilih lah rumah saudagar Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Subardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.
Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada tanggal 16 Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik.
Advertisement
Latar Belakag Peristiwa Rengasdengklok
Seperti yang telah dijelaskan di atas, peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi. Peristiwa Rengasdengklok ada kaitannya dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II setelah dibom atom oleh Sekutu.
Sebelum terjadinya peristiwa Rengasdengklok,  Soekarno dan Moh. Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Perbedaan pendapat ini membuat golongan muda merencanakan penculikan terhadap Soekarno dan Moh. Hatta.
Soekarno dan Hatta diculik pada pukul 03.00 dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Dan kemudian dibawa ke Rengasdengklok, yang dianggap sebagai tempat ideal untuk Mengasingkan dua tokoh penting kemerdekaan Indonesia ini.
Dipilihlah di rumah milik Djiaw Kie Song, seorang petani keturunan Tionghoa. Rumah pengasingan tersebut berdekatan dengan markas PETA Purwakarta yang memiliki hubungan yang dekat dengan PETA Jakarta.Â
Rengasdengklok dipilih sebagai tempat pengasingan karena jaraknya yang cukup jauh dari ibu kota Jakarta. Dengan memilih lokasi yang terpencil, golongan tua diharapkan dapat terlepas dari pengaruh pemerintah Jepang dan menerima saran dari para pemuda untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan.
Dengan kata lain, latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok adalah upaya golongan muda untuk membujuk golongan tua agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Sebab para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Manfaat Peristiwa Rengasdengklok
Dengan terjadinya peristiwa Rengasdengklok tentu memiliki manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Dari peristiwa tersebut dan adanya penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok oleh golongan muda membawa pengaruh besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia.
Meskipun adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua terhadap pelaksanaan proklamasi, namun hal ini juga tidak bisa lepas dari kebijakan golongan tua yang setuju dengan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Apabila pada masa itu tidak ada peristiwa Rengasdengklok, maka belum tentu proklamasi kemerdekaan dapat terwujud.Â
Advertisement