Liputan6.com, Jakarta - Pada masa Walid Bin Abdul Malik dibangun sebuah masjid Damaskus. Ini sebuah masjid agung yang menjadi simbol kebesaran arsitektur Islam. Khalifah Walid memiliki kecintaan yang besar terhadap dunia arsitektur, dan proyek pembangunan masjid ini menjadi salah satu manifestasi nyata dari kegemarannya tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Masjid Damaskus dijadikan sebagai wujud keagungan Islam dan mencerminkan dedikasi Dinasti Umayyah dalam mengenalkan keindahan dan megahnya arsitektur Islam. Proses pembangunan Masjid Damaskus memakan waktu cukup lama dan menghabiskan dana dari 7 tujuh tahun hasil pajak negara.
Namun, ketekunan dan komitmen Walid Bin Abdul Malik menghasilkan sebuah struktur megah yang memukau, mengundang kritik dari masyarakat sekitar, namun juga mendapat pujian dari banyak orang karena keindahan dan kebesarannya. Masjid ini menjadi salah satu simbol penting yang memperkuat posisi Dinasti Umayyah dan Islam sebagai kekuatan berpengaruh pada masa itu.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang pada masa Walid Bin Abdul Malik dibangun sebuah masjid Damaskus, Selasa (8/8/2023).
Masjid Damaskus di Masa Umayyah
Pada masa Walid Bin Abdul Malik dibangun sebuah masjid Damaskus, ini sebuah masjid agung yang menjadi ciri khas arsitektur Islam dibangun dengan megah di kota Damaskus. Di masa kepemimpinan Walid ibn Abdul Malik ada serangkaian kebijakan penting, termasuk pembangunan masjid ini yang tercermin dari cintanya terhadap dunia arsitektur.
Dalam sebuah jurnal penelitian berjudul "Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus, Perluasan Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi pada Masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Walid Bin Abdul Malik (2017)" yang ditulis oleh Itsnawati Nurrohmah Saputri, dikemukakan bahwa Walid ibn Abdul Malik memiliki kecintaan dan kesenangan terhadap dunia arsitektur. Ini mengapa pada masa Walid Bin Abdul Malik dibangun sebuah masjid Damaskus.
Walid Bin Abdul Malik adalah putra dari Abdul Malik ibn Marwan dan merupakan tokoh penting di Dinasti Umayyah. Dalam buku "Sejarah Kesenian Islam jilid 1 (1978)" oleh C. Israr, tercatat bahwa ketika Khalid Bin Walid merebut kota Damaskus dari tangan bangsa Romawi, sebagian gereja yang ada di wilayah tersebut diubah menjadi masjid, sementara sebagian lainnya tetap berfungsi sebagai gereja Nasrani.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah umat Islam semakin bertambah sedangkan jumlah orang Nasrani berkurang. Akibatnya, gedung gereja tersebut akhirnya diubah menjadi masjid, sementara orang Kristen beralih ke tempat ibadah lain.
Berasal dari sinilah pada masa Walid Bin Abdul Malik dibangun sebuah masjid Damaskus yang kemudian dijadikan oleh Walid I sebagai simbol kebesaran arsitektur Islam. Ia memerintahkan penghiasan masjid ini dengan sebaik-baiknya untuk mencerminkan keagungan agama Islam. Proyek pembangunan masjid ini tidak hanya mencakup aspek arsitektur semata, tetapi juga menggunakan dana 7 tahun hasil dari pajak negara yang mengundang kritik dari masyarakat sekitar.
Faktanya, pembangunan Masjid Damaskus menjadi fokus utama selama masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik dan bahkan masih menyisakan beberapa bagian yang belum terselesaikan hingga akhir pemerintahannya. Bagian yang belum selesai akhirnya diselesaikan oleh adiknya, Khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik.
Menara adalah salah satu elemen penting dalam arsitektur masjid Damaskus ini. Dalam buku "History of The Arabs (2013)" oleh Philip K. Hitti, ditegaskan bahwa masjid Damaskus memiliki dua menara yang memiliki sejarah unik. Menara di sebelah selatan pada awalnya adalah menara dari gereja Romawi kuno, sementara menara di sebelah utara, yang sebelumnya adalah menara pendeta, dibangun oleh al-Walid I dan menjadi model menara di berbagai wilayah seperti Suriah, Afrika Utara, dan Spanyol. Menara ini menjadi yang tertua yang dibangun oleh umat Islam.
Â
Â
Advertisement
Gaya Arsitekstur di Setiap Sudutnya
Arsitektur Masjid Damaskus memiliki berbagai elemen yang menarik dan bersejarah. Berikut gambaran dari setiap sudut arsitektur Masjid Damaskus sebagaimana dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan Itsnawati Nurrohmah Saputri pada 2017:
1. Menara-Menara Masjid:
- Terdapat dua menara di Masjid Damaskus. Menara di sebelah selatan pada awalnya adalah bagian dari menara gereja Romawi kuno. Sementara menara di sebelah utara, awalnya merupakan menara pendeta, dan dibangun oleh al-Walid I.
- Menara sebelah utara menjadi model untuk menara di berbagai wilayah, termasuk Suriah, Afrika Utara, dan Spanyol. Ini menjadi menara tertua yang dibangun oleh orang Islam.
2. Pola Hypostyle:
- Tembok keliling Masjid Damaskus dirombak sehingga membentuk pola hypostyle yang mirip dengan Masjid Nabi dan Masjid Agung Kufa. Pola hypostyle ini terdiri dari halaman dalam berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh bangunan beratap.
- Unit utama masjid ditutup oleh konstruksi tiga atap berjejer melintang, masing-masing berbentuk pelana dan bersambung langsung satu sama lain.
- Unit utama simetris terdiri dari sayap barat, sayap timur, dan bagian tengah tempat pintu utama berada. Sayap barat dan timur memiliki pilaster berjajar dengan pelengkung dan pintu di antara pilaster.
3. Pengaruh Arsitektur Romawi:
- Konstruksi, bentuk, dan ornamentasi bagian depan Masjid Damaskus jelas mendapat pengaruh dari arsitektur Romawi.
- Terdapat mihrab berbentuk setengah lingkaran yang muncul untuk pertama kalinya dalam masjid ini.
- Terdapat pintu berbentuk tapal kuda, dan mihrab dihiasi dengan permata, lampu emas dan perak, serta mozai dengan hiasan berantaian emas.
- Pelengkung besar di atas pintu utama dan tiga jendela melengkung dihiasi dengan mozaik motif pohon dan bangunan.
4. Uniknya Ornamen:
- Terdapat ornamen yang unik dan tidak umum ditemukan pada masjid atau bangunan lainnya, yaitu mozaik yang menggambarkan kesejukan sungai yang mengalir di kota dan kehijauan pohon.
- Riwaq (galeri) menyatu dengan dinding dan memiliki pintu masuk serta bertiang membentuk deretan pelengkung bergaya Romawi.
5. Halaman atau Pelataran Dalam:
- Halaman dalam Masjid Damaskus diperkeras dengan lanatai dari batu licin dan terdapat dua air mancur, satu di tengah dan lainnya di kiri dan kanan untuk wudhu (bersuci).
- Unsur-unsur lengkap dalam masjid termasuk orientasi ke arah kiblat, ruang ibadah berjamaah, mihrab, mimbar, minaret, air mancur untuk berwudhu, dan juga kubah.
Masjid Damaskus memiliki keunikan dan kompleksitas dalam arsitektur yang mencerminkan sejarah dan perkembangan seni Islam pada masa tersebut. Keberagaman pengaruh arsitektur dan ornamen yang digunakan dalam pembangunan masjid ini menjadi bukti penting tentang kebesaran dan keindahan arsitektur Islam pada era pemerintahan Walid Bin Abdul Malik.