Sukses

Pengertian Futur Iman dan Kiat Mengatasi Penurunan Semangat dalam Beribadah

Kondisi di mana seseorang mengalami penurunan iman sehingga menjadi lebih malas beribadah adalah kondisi yang disebut sebagai futur iman.

Liputan6.com, Jakarta Iman manusia bersifat fluktuatif. Artinya iman seseorang akan mengalami kenaikan dan penurunan. Misalnya di masa tertentu seseorang akan begitu rajin beribadah, namun di situasi tertentu dia akan merasa malas untuk beribadah. Kondisi di mana seseorang mengalami penurunan iman sehingga menjadi lebih malas beribadah adalah kondisi yang disebut sebagai futur iman.

Futur sendiri sebenarnya tidak hanya berhubungan dengan ibadah atau iman. Futur merupakan kemalasan yang muncul setelah sebelumnya kita tekun dalam menjalankan ibadah. Fenomena ini dapat berhubungan dengan berbagai situasi, termasuk perasaan malas setelah sebelumnya bersemangat dalam mengejar ilmu atau merasakan kelalaian setelah sebelumnya aktif dalam beribadah.

Futus bisa terjadi pada siapa saja. Meski demikian, bukan berarti futur tidak bisa diatasi. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi futur ini.

Untuk memahami apa itu futur dan bagaimana cara mengatasinya sehingga kita bisa menjadi lebih istiqomah dalam beribadah, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (9/8/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Apa yang dimaksud dengan futur?

Futur adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dari akar kata Fatara – Yafturu – Futurun, yang artinya menjadi lemah dan menjadi lunak, atau diam setelah giat dan lemah setelah semangat. Secara bahasa, arti futur adalah terputus setelah bersambung, terdiam setelah bergerak terus. Makna lainnya futur adalah malas, lamban atau kendur setelah rajin bekerja.

Secara istilah, futur merujuk pada sebuah penyakit spiritual yang dapat menyerang individu yang berjuang di jalan Allah SWT. Orang yang mengalami futur mengalami penurunan baik dalam kuantitas maupun kualitas amal dan ibadah. Futur juga mencirikan kelemahan iman atau keislaman seseorang. Ini adalah kondisi di mana semangat dalam beribadah, berdakwah, atau menuntut ilmu melemah, mengakibatkan penurunan produktivitas dalam amal baik.

Futur dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Adapun jenis-jenis futur antara lain adalah sebagai berikut:

1. Futur Ringan

Futur ringan adalah bentuk futur yang paling ringan. Dalam situasi ini, seseorang yang sebelumnya aktif dalam menjalankan ibadah atau melakukan tugas-tugas kebaikan mengalami berhenti atau terhenti dalam aktivitas tersebut. Meskipun ini adalah bentuk futur yang ringan, namun jika tidak diatasi, bisa berkembang menjadi bentuk yang lebih parah.

2. Futur dalam Dakwah

Futur dalam konteks dakwah merujuk pada kondisi di mana seorang aktivis dakwah mengalami penurunan semangat, rasa malas, dan penundaan dalam menjalankan tugas-tugas dakwah. Aktivitas dakwah yang melibatkan penyampaian pesan agama dan pengaruh positif kepada orang lain dapat terpengaruh, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, jika seseorang mengalami futur dalam dakwah.

3. Futur pada Penuntut Ilmu

Penuntut ilmu, yang berusaha memperoleh dan mengamalkan ilmu pengetahuan, juga bisa mengalami futur. Dalam hal ini, futur dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang rajin dalam belajar, mengikuti pelajaran, atau mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. Ini bisa berdampak pada kemampuan individu untuk memahami dan mengamalkan ilmu dengan sebaik-baiknya.

4. Golongan yang Mengalami Futur

Terdapat tiga jenis golongan yang mengalami futur. Pertama, golongan yang sepenuhnya berhenti dari aktivitasnya karena futur. Ini berarti mereka menyerah pada rasa malas dan kelemahan yang mereka rasakan, sehingga aktivitas yang sebelumnya mereka tekuni tidak lagi mereka jalankan. Kedua, golongan yang masih melanjutkan aktivitas namun dengan kemalasan dan semangat yang patah. Ini bisa mengakibatkan produktivitas dan kualitas kerja menurun. Ketiga, golongan yang mampu kembali ke keadaan semula, tetapi jumlah mereka sangat sedikit. Mereka adalah yang berhasil mengatasi futur dan kembali kepada semangat dan produktivitas yang lebih baik.

3 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Orang yang Sedang dalam Kondisi Futur

Orang yang sedang dalam kondisi futur biasanya menunjukkan ciri-ciri yang menandai kemalasan, kelemahan, dan kelemasan dalam ibadah serta ketaatan. Adapun ciri-ciri futur yang terjadi pada seseorang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bermalas-malasan dalam Ibadah

Seseorang yang mengalami futur cenderung enggan untuk menjalankan ibadah dengan semangat dan kualitas yang sama seperti sebelumnya. Meskipun tidak meninggalkan ibadah fardu (wajib), semangat dalam menjalankan ibadah tambahan dan sunnah bisa melemah. Hal ini mencerminkan penurunan semangat dan kecenderungan untuk menunda atau melalaikan ibadah-ibadah tersebut.

2. Kekerasan dan Kekasaran Hati

Kemalasan dalam ibadah sering kali disertai dengan perasaan hati yang kaku dan keras. Seseorang mungkin merasa tidak lagi merasakan kebahagiaan dan ketenangan seperti sebelumnya saat beribadah. Kehadiran perasaan ini dapat menghalangi kedekatan dengan Allah dan merusak hubungan spiritual.

3. Tidak Bertanggung Jawab terhadap Beban Dakwah

Orang yang mengalami futur cenderung merasa tidak berkewajiban untuk berkontribusi dalam dakwah atau kegiatan kebaikan. Mereka dapat mengabaikan peran penting mereka dalam membantu masyarakat atau umat Islam dalam kesulitan. Hal ini mencerminkan sikap masa bodoh terhadap keadaan sekitar dan pengabaian terhadap panggilan untuk melakukan kebaikan.

4. Perhatian yang Besar terhadap Dunia

Seseorang yang mengalami futur cenderung lebih fokus pada urusan dunia dan material. Mereka sibuk dengan hal-hal duniawi yang bisa merusak akhirat, seperti kecenderungan untuk mengejar kesenangan duniawi tanpa memperhatikan akibatnya di akhirat. Ini dapat mengganggu persiapan diri untuk akhirat.

5. Pembicaraan yang Tidak Bermakna

Orang yang mengalami futur seringkali terlibat dalam percakapan yang tidak bermanfaat dan menghabiskan waktu dengan sia-sia. Majlis atau pertemuan yang dihadiri oleh mereka yang mengalami futur sering diisi dengan percakapan yang tidak memberikan manfaat rohaniah atau ilmu. Hal ini mencerminkan ketidakmampuan untuk memanfaatkan waktu secara produktif dan berarti.

6. Meremehkan Dosa-dosa Kecil

Individu yang mengalami futur mungkin meremehkan dosa-dosa kecil atau tindakan yang dianggap sepele. Padahal, dalam agama Islam, dosa-dosa kecil yang terus-menerus dilakukan dapat berkumpul dan memiliki dampak yang serius. Sikap meremehkan dosa-dosa kecil ini mencerminkan kurangnya kesadaran spiritual.

7. Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan

Seseorang yang mengalami futur cenderung suka menunda-nunda pekerjaan atau kewajiban. Hal ini tercermin dalam ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas dengan segera dan dengan semangat. Ayat yang disebutkan dalam keterangan menggambarkan konsekuensi dari penundaan dan mengingatkan tentang pentingnya tidak menunda-nunda.

4 dari 5 halaman

Faktor-Faktor Penyebab Futur

Futur pada seseorang tidak terjadi begitu saja. Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang tadinya begitu rajin dan tekun sehingga menjadi futur. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi futur antara lain adalah sebagai berikut:

1. Berlebihan dalam Agama

Terlalu keras pada diri sendiri dalam beragama dan beribadah dapat menyebabkan futur. Jika seseorang menuntut dari dirinya ibadah yang berat dan tidak realistis, hal ini bisa mengakibatkan kelelahan, rasa malas, dan akhirnya kehilangan semangat.

2. Hilangnya Keikhlasan

Ketika niat dan tujuan ibadah bukan lagi semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, melainkan untuk pencitraan atau pujian dari orang lain, keikhlasan hilang. Ini dapat memicu futur karena ibadah yang dilakukan tidak lagi bersumber dari niat yang tulus.

3. Berlebih-lebihan dalam Hal yang Mubah

Berlebihan dalam mengejar kesenangan dunia yang halal atau mubah, seperti makan, minum, atau bersenang-senang, bisa memunculkan rasa malas dan kurang semangat dalam beribadah. Terlalu fokus pada kenikmatan duniawi dapat menghalangi motivasi untuk beribadah.

4. Lemahnya Ilmu Agama

Kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip agama dan hukum syar'i dapat memunculkan futur. Tanpa pemahaman yang memadai, seseorang mungkin merasa bingung atau merasa tidak mampu untuk melaksanakan ibadah dengan benar, yang berkontribusi pada rasa malas.

5. Memisahkan Diri dari Jamaah

Menjauh dari kelompok atau jamaah yang berfokus pada ibadah dan ketaatan bisa memicu futur. Kebersamaan dengan mereka yang memiliki semangat spiritual dapat memotivasi seseorang untuk tetap aktif dalam beribadah.

6. Ketergantungan Hati pada Dunia

Keterikatan yang kuat pada dunia dan mengabaikan akhirat dapat mengakibatkan futur. Saat hati terlalu dipenuhi oleh urusan duniawi, kecenderungan untuk menjalankan ibadah dan ketaatan bisa merosot.

7. Masuknya Barang Haram ke dalam Perut

Mengonsumsi makanan atau minuman yang haram atau syubhat dapat mempengaruhi kondisi spiritual seseorang. Hal ini dapat menyebabkan hati menjadi terkontaminasi dan kurang mampu untuk merespons ibadah dengan semangat.

8. Hidup di Tengah Masyarakat yang Rusak

Lingkungan sosial yang kurang mendukung praktik agama dan moral yang baik dapat mempengaruhi futur. Tekanan dari lingkungan yang negatif bisa membuat seseorang kehilangan semangat untuk beribadah.

9. Tidak Ada Perencanaan dalam Beramal

Tanpa perencanaan dalam menjalankan ibadah dan tidak memiliki rencana yang teratur bisa memunculkan futur. Tanpa perencanaan yang jelas, seseorang mungkin merasa bingung dan cenderung menunda-nunda atau melalaikan ibadah.

10. Berteman dengan Orang-orang yang Bermotivasi Duniawi

Lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan duniawi bisa merusak semangat dan motivasi spiritual. Berteman dengan mereka yang kurang peduli terhadap nilai-nilai keagamaan bisa mempengaruhi futur.

11. Melakukan Maksiat dan Dosa

Berbuat maksiat dan dosa secara terus-menerus dapat mengaburkan kesadaran dan kepekaan spiritual. Dosa-dosa tersebut dapat menghambat semangat dalam beribadah.

12. Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas

Ketika seseorang tidak memiliki tujuan jelas dalam beribadah dan ketaatan, mereka mungkin merasa kehilangan arah dan semangat. Tujuan yang tegas dapat memberikan fokus dan motivasi.

13. Lemahnya Iman dan Pendidikan

Lemahnya iman dan kurangnya pemahaman tentang ajaran agama dapat menyebabkan futur. Iman yang lemah dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya ibadah dapat mengurangi semangat dalam menjalankan ketaatan.

Faktor-faktor ini saling terkait dan dapat mengakibatkan futur dalam berbagai bentuk dan tingkat. Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengidentifikasi akar penyebab futur dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dan mencegahnya.

5 dari 5 halaman

Kiat-Kiat agar Dapat Bangkit dari Futur

Lalu bagaimana jika mendapati bahwa diri kita sudah jatuh dalam sifat futur? Kondisi ini tentu harus diatasi dengan segera. Ada sejumlah cara yang bisa kita lakukan agar dapat segera bangkit dari futur. Adapun kiat-kiat atau cara untuk bangkit dari futur adalah sebagai berikut:

1. Memperbarui Keimanan

Memperkuat iman dan menghidupkan kembali semangat spiritual adalah kunci dalam mengatasi futur. Mengingat kembali nilai-nilai agama, akhirat, dan pentingnya beribadah dengan tulus kepada Allah dapat menginspirasi untuk bergerak lebih aktif dalam ketaatan.

Allah Ta'ala berfirman,

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (QS. Al-Baqarah: 152)

2. Ikhlas dan Takwa

Mengembangkan sikap ikhlas dalam beribadah, yaitu melakukannya semata-mata karena Allah, dan meningkatkan tingkat takwa, yaitu ketakutan untuk tidak mematuhi perintah Allah, akan membantu mengatasi futur. Ikhlas dan takwa menjadi motivasi internal yang kuat untuk menjalankan ibadah.

3. Mensucikan Hati

Membersihkan hati dari perasaan iri, dengki, dan kebencian serta mengisi hati dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dapat membantu mengatasi futur. Hati yang bersih dan positif dapat menjadi sumber energi dalam menjalankan ibadah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اتَّقِ اللَّهَ حيثُ ما كنتَ ، وأتبعِ السَّيِّئةَ الحسنةَ تمحُها ، وخالقِ النَّاسَ بخلقٍ حسنٍ

Artinya: ”Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di mana pun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu)

Menuntut ilmu adalah cara untuk memperluas pemahaman tentang ajaran agama dan kebenaran. Dengan memperdalam ilmu agama dan memperoleh pengetahuan yang lebih baik, seseorang akan memiliki landasan yang kuat untuk beribadah dengan semangat.

5. Mengatur Waktu dan Introspeksi Diri

Mengatur waktu dengan baik, membuat jadwal untuk ibadah, dan mengalokasikan waktu untuk refleksi dan introspeksi diri bisa membantu mengatasi futur. Merenungkan kehidupan, tujuan spiritual, dan pencapaian yang telah dicapai dapat membangkitkan semangat kembali.

6. Sabar dan Belajar Sabar

Sabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan adalah sikap yang penting dalam mengatasi futur. Ketika merasa lesu atau kurang semangat dalam beribadah, mempraktikkan kesabaran akan membantu menjaga tekad dan semangat.

7. Berdoa dan Memohon Pertolongan Allah

Berdoa adalah cara yang efektif untuk meminta pertolongan dan bimbingan dari Allah. Merasa lemah dan kurang semangat dalam ibadah adalah momen yang tepat untuk memohon kepada Allah agar diberi kekuatan dan semangat yang baru.

Untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT, kita dapat membaca doa zikir pagi yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fatimah radhiyallahu ‘anha berikut,

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Artinya: “Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. Ibnu As-Sunni no. 46)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.