Liputan6.com, Jakarta Pahlawan Indonesia atau Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tertinggi di Indonesia yang diberikan sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi dan jasa luar biasa yang telah dilakukan oleh seseorang dalam rangka memajukan kepentingan bangsa dan negara. Pahlawan Indonesia atau Gelar pahlawan Nasional diberikan oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengakuan terhadap tindakan yang memiliki dampak nyata dan inspiratif bagi masyarakat Indonesia.
Untuk dapat disebut sebagai Pahlawan Indonesia atau memperoleh gelar Pahlawan Nasional, seseorang harus memenuhi sejumlah kriteria yang telah ditetapkan. Pertama, mereka harus memiliki peran aktif dalam perjuangan bersenjata atau politik yang berkaitan dengan kemerdekaan dan persatuan bangsa. Selain itu, mereka juga harus mampu menghasilkan gagasan atau pemikiran yang mendukung pembangunan bangsa dan negara. Pahlawan Indonesia juga harus memiliki karya besar yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat atau meningkatkan martabat bangsa juga menjadi syarat penting dalam penilaian ini.
Baca Juga
Pahlawan indonesia juga harus memiliki pengabdian dan perjuangan yang berlangsung sepanjang hidup, melebihi tugas yang diembannya, juga menjadi pertimbangan dalam penilaian. Selain itu, dampak nasional dan jangkauan yang luas dari perjuangan yang telah dilakukan juga menjadi faktor penting. Individu yang diangkat sebagai Pahlawan Indonesia juga diharapkan memiliki semangat kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi, serta akhlak dan moral yang baik.
Advertisement
Proses pemilihan Pahlawan Nasional melibatkan beberapa tahapan. Mulai dari proposal yang diajukan oleh masyarakat di tingkat kota atau kabupaten, kemudian diproses oleh berbagai tingkatan pemerintah hingga mendapatkan persetujuan akhir dari Presiden. Penganugerahan gelar ini biasanya dilaksanakan pada setiap Hari Pahlawan, yang jatuh pada tanggal 10 November.
Sejarah penghargaan ini dimulai pada tahun 1959 dengan gelar awal "Pahlawan Kemerdekaan Nasional," yang kemudian berganti nama menjadi "Pahlawan Nasional" saat pemerintahan Suharto. Selain gelar umum Pahlawan Nasional, terdapat juga gelar khusus seperti "Pahlawan Revolusi" dan "Pahlawan Proklamator" yang diberikan kepada individu yang memiliki peran khusus dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Hingga saat ini, terdapat 185 pria dan 15 wanita yang telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Para Pahlawan Indonesia ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, latar belakang etnis yang beragam, serta memiliki berbagai profesi dan peran dalam sejarah Indonesia, seperti perdana menteri, prajurit, tokoh agama, pendidik, dan banyak lagi. Gelar ini tidak hanya merupakan pengakuan atas jasa mereka, tetapi juga menjadi simbol inspiratif bagi generasi muda Indonesia dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Berikut adalah sejumlah profil Pahlawan Indonesia, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari Berbagai sumber, Senin (14/8/2023).
Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Pahlawan Kemerdekaan Nasional adalah gelar penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada seseorang yang telah berperan penting dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan dan persatuan bangsa Indonesia.
Gelar ini diberikan sebagai bentuk penghormatan atas tindakan heroik dan pengorbanan mereka dalam upaya mencapai kemerdekaan serta memajukan kepentingan nasional. Gelar ini merupakan awal dari penghargaan Pahlawan Nasional yang dikenal saat ini dan telah berperan penting dalam mengabadikan jasa-jasa para pejuang kemerdekaan Indonesia. Adapun Pahlawan Indonesia yang termasuk Pahlawan Kemerdekaan Nasional antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ir. Sukarno
Sukarno lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar. Anak seorang guru dan seorang wanita bangsawan Bali, dia lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Ia mendapat pendidikan tinggi dan lulus dari Institut Teknologi Bandung dengan jurusan teknik sipil. Soekarno menjadi tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah pendiri dan pemimpin Partai Nasional Indonesia (PNI) serta terlibat dalam perjuangan melalui tindakan politik dan tulisan. Pada 1945, ia menjadi Presiden pertama Indonesia dan memainkan peran penting dalam proklamasi kemerdekaan.
2. K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta. Dia adalah tokoh reformis Islam yang mendirikan Muhammadiyah, organisasi yang berfokus pada pendidikan, sosial, dan keagamaan. Ahmad Dahlan berusaha memodernisasi pendidikan Islam dan mengajarkan Islam yang lebih moderat serta toleran. Ia berperan dalam memajukan pendidikan bagi kaum perempuan dan memberdayakan masyarakat Islam. Dia adalah pionir dalam gerakan pendidikan modern di Indonesia.
3. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat) lahir pada 2 Mei 1889. Ia adalah pendidik dan pelopor pendidikan nasional yang mendirikan Taman Siswa, sebuah sekolah berbasis pendidikan non-formal yang memberikan akses pendidikan kepada masyarakat luas. Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan kuat terhadap pentingnya pendidikan dalam memajukan bangsa dan mendorong kesadaran nasional. Ia juga memiliki peran dalam politik dan sastra Indonesia.
4. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka. Ia adalah pelopor pendidikan perempuan dan pendukung emansipasi perempuan. Melalui pendirian sekolah "Sakola Istri," Dewi Sartika berusaha memberikan akses pendidikan kepada perempuan dari berbagai lapisan masyarakat. Ia memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan dalam masyarakat. Keterlibatannya dalam pergerakan sosial juga menunjukkan peran aktifnya dalam menciptakan perubahan positif bagi perempuan.
5. R.A. Kartini
R.A. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Ia adalah ikon perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Melalui surat-suratnya yang terkenal, Kartini mengungkapkan pemikirannya tentang hak-hak perempuan, pendidikan, dan pemberdayaan. Dia berjuang melawan tradisi yang membatasi peran perempuan dalam masyarakat. Walaupun meninggal pada usia muda, Kartini telah meninggalkan warisan berupa inspirasi bagi gerakan perempuan dan pendidikan di Indonesia.
6. Mgr. Albertus Soegijapranata
Mgr. Albertus Soegijapranata lahir pada 25 November 1896 di Surakarta. Ia adalah tokoh gereja Katolik yang berperan dalam memadukan ajaran agama Katolik dengan budaya dan adat lokal Indonesia. Soegijapranata adalah Uskup Agung pertama Indonesia dan pendiri Majalah Sinar Surya. Ia memainkan peran penting dalam memperkuat identitas Katolik di Indonesia dan mendukung perjuangan kemerdekaan. Pemikirannya yang inklusif menghubungkan agama dengan nasionalisme.
Advertisement
Pahlawan Revolusi
Pahlawan Revolusi adalah gelar penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada perwira militer yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September. Peristiwa ini merupakan kudeta militer yang terjadi pada tahun 1965 di Indonesia. Para perwira militer yang gugur dalam peristiwa ini diakui oleh pemerintah sebagai pahlawan revolusi karena korban tersebut merupakan bagian dari angkatan bersenjata yang memberikan nyawa mereka dalam upaya menjaga stabilitas negara dan melawan upaya kudeta.
Selain penghargaan moral, mereka yang gugur dalam tugas juga diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa dan pengorbanan mereka. Contohnya adalah Ahmad Yani, yang sebelumnya berpangkat Letnan Jenderal TNI, diberikan kenaikan pangkat secara luar biasa menjadi Jenderal TNI. Hal ini menjadi simbol penghargaan atas kepahlawanan dan pengorbanan para perwira militer dalam upaya menjaga kestabilan negara dan menghadapi ancaman kudeta pada masa tersebut.
Adapu Pahlawan Indonesia yang menerima gelar Pahlawan Revolusi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani
Ahmad Yani, lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah, adalah sosok pahlawan revolusi yang berjuang dengan gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang Jenderal TNI, ia terlibat dalam berbagai pertempuran penting dan memiliki peran yang tak tergantikan dalam memimpin pasukan. Namun, perjuangannya yang gagah berani terhenti secara tragis saat ia menjadi korban dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya, Jakarta.
2. Letjen (Anumerta) Suprapto
Lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto, Jawa Tengah, Suprapto adalah seorang pahlawan revolusi yang berdedikasi dalam memperkuat Angkatan Darat Indonesia. Ia memimpin pasukan dengan keberanian dalam pertempuran melawan Inggris. Suprapto juga dikenal sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dan menjunjung tinggi nilai-nilai patriotisme. Namun, perjalanan perjuangannya berakhir dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
3. Letjen (Anumerta) S. Parman
S. Parman, lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah, adalah salah satu pahlawan revolusi yang berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia memiliki pengalaman yang luas di bidang militer, bahkan aktif dalam melawan pemberontakan Darul Islam. Kepemimpinannya di bidang militer tak tergantikan, namun nasib tragisnya menghampiri saat peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono
M.T. Haryono, lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur, adalah pahlawan revolusi yang dengan tekad dan semangat tinggi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dari perjuangan merebut kemerdekaan hingga kiprahnya sebagai Letnan Jenderal, Haryono menunjukkan keteguhan dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Sayangnya, perjalanan panjangnya terhenti secara tragis dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan
D.I. Panjaitan, lahir pada 19 Juni 1925 di Balige, Sumatera Utara, adalah pahlawan revolusi yang penuh semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berjuang sejak awal perjuangan merebut kemerdekaan, Panjaitan memiliki kontribusi besar dalam menjaga integritas negara. Namun, nasib tragisnya datang dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 karena perannya dalam mengungkap rahasia PKI.
6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah, Sutoyo Siswomiharjo adalah pahlawan revolusi yang menempatkan pendidikan dan perjuangan kemerdekaan sebagai fokus utamanya. Mendirikan Taman Siswa, ia memberikan akses pendidikan kepada masyarakat. Dengan semangatnya, Sutoyo turut berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Meski berjuang dengan penuh semangat, ia pun menjadi korban dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
7. Brigjen (Anumerta) Katamso
Katamso, lahir pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah, adalah sosok pahlawan revolusi yang berani dalam pertempuran melawan penjajah dan pemberontakan. Ia adalah komandan batalyon yang memiliki peran penting dalam pertempuran melawan PRRI/Permesta. Namun, nasib tragisnya menghampiri dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Kentungan, Yogyakarta.
8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Pierre Tendean, lahir pada 21 Februari 1939 di Batavia (Jakarta), adalah pahlawan revolusi yang memiliki semangat tinggi dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan keterlibatannya dalam pendidikan dan politik, ia adalah contoh inspiratif bagi generasi muda. Namun, usianya yang masih muda tak menghalanginya untuk berani melindungi tokoh penting saat peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya.
9. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun
K.S. Tubun, lahir pada 14 Oktober 1928 di Tual, Maluku, adalah pahlawan revolusi yang berdedikasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia terlibat dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, serta berjuang melawan penjajah dengan penuh semangat. Namun, nasib tragisnya datang dalam peristiwa G30S pada 1 Oktober 1965 di Jakarta.
10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono
Sugiyono, lahir pada 12 Agustus 1926 di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, adalah pahlawan revolusi yang memiliki peran dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan keterlibatannya dalam pendidikan dan perjuangan kemerdekaan, Sugiyono meninggalkan jejak positif dalam memajukan bangsa. Sayangnya, nasib tragisnya menghampiri dalam peristiwa G30S pada 2 Oktober 1965 di Kentungan, Yogyakarta.
Pahlawan Indonesia Pasca Kemerdekaan
Pahlawan Indonesia Pasca Kemerdekaan merujuk kepada individu-individu yang telah memberikan kontribusi dan jasa-jasa istimewa dalam membangun, mengembangkan, dan memperkuat Indonesia setelah mencapai kemerdekaan pada tahun 1945. Mereka adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam berbagai bidang, seperti politik, sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, dan lain-lain, untuk memajukan negara dan masyarakat setelah periode perjuangan merebut kemerdekaan.
Pahlawan Indonesia Pasca Kemerdekaan memiliki peran penting dalam mengarahkan arah pembangunan dan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negara baru ini. Mereka tidak hanya berkontribusi dalam merumuskan dasar-dasar negara dan pemerintahan yang baru, tetapi juga dalam memajukan perekonomian, membangun infrastruktur, mengedepankan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, serta mempromosikan keragaman budaya dan identitas nasional.
Contoh Pahlawan Indonesia Pasca Kemerdekaan termasuk tokoh-tokoh seperti:
1. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir adalah mantan Perdana Menteri pertama Indonesia yang aktif dalam membangun fondasi politik, ekonomi, dan sosial negara setelah kemerdekaan pada 1945. Sebagai intelektual yang terlibat dalam gerakan pergerakan, Sutan Sjahrir memiliki visi yang kuat untuk membentuk negara Indonesia yang demokratis, adil, dan berdaulat.
Ia memimpin pemerintahan pertama pasca-kemerdekaan dan berupaya membangun institusi-institusi yang diperlukan untuk mengatur dan mengelola negara baru ini. Selama masa kepemimpinannya, Sjahrir juga berfokus pada upaya diplomasi internasional untuk mendapatkan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.
2. Soemitro Djojohadikusumo
Soemitro Djojohadikusumo adalah seorang ekonom yang berperan penting dalam merumuskan kebijakan ekonomi awal Indonesia yang mandiri. Dia menjadi salah satu penggagas kebijakan ekonomi nasional yang menekankan pentingnya swasembada dan pembangunan ekonomi berbasis dalam negeri. Kontribusinya dalam bidang ekonomi membantu membangun landasan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kemandirian negara.
3. Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini adalah seorang aktivis perempuan yang berjuang untuk hak-hak perempuan dan pendidikan setelah kemerdekaan. Melalui tulisannya dan semangat perjuangannya, Kartini mempromosikan pendidikan dan emansipasi perempuan dalam masyarakat yang masih kental dengan tradisi patriarki. Warisannya menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan di Indonesia dan penting dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender.
4. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama Indonesia yang berperan dalam mengawasi pembentukan dasar-dasar negara dan pemerintahan. Ia turut serta dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945 dan menyumbangkan pemikiran yang mendukung ideologi negara Pancasila. Selain itu, Hatta juga aktif dalam diplomasi internasional, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di panggung dunia.
5. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara adalah seorang pendidik yang mendirikan Taman Siswa, sekolah non-formal yang bertujuan memajukan pendidikan masyarakat luas. Visinya adalah memberikan kesempatan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial. Melalui Taman Siswa, Dewantara menyebarkan pentingnya pendidikan sebagai sarana pembangunan nasional.
6. Tan Malaka
Tan Malaka adalah pemikir dan tokoh pergerakan yang berjuang untuk menjaga idealisme kemerdekaan dan memajukan keadilan sosial. Pemikirannya menggabungkan Marxisme dan nasionalisme, dan ia memainkan peran penting dalam mengkritisi pemerintahan pasca-kemerdekaan yang dinilai cenderung tidak mengutamakan kepentingan rakyat.
7. Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo adalah tokoh Papua yang gigih memperjuangkan hak-hak Papua dalam konteks nasional Indonesia. Ia mengadvokasi otonomi dan pengakuan budaya Papua, serta berupaya menjembatani kesenjangan antara Papua dan pemerintahan pusat.
8. Mochtar Lubis
Mochtar Lubis adalah seorang jurnalis dan penulis sastra yang kritis terhadap isu-isu sosial dan politik pasca kemerdekaan. Melalui tulisannya, ia menyuarakan suara rakyat dan mengkritisi ketidakadilan dalam masyarakat.
9. Idham Chalid
Idham Chalid adalah tokoh Islam yang mendukung kesatuan Indonesia dan memperjuangkan toleransi antaragama. Ia memainkan peran penting dalam menjaga kerukunan antaragama dan mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan.
10. Soedjatmoko
Soedjatmoko adalah seorang intelektual dan diplomat yang berupaya memperkuat posisi Indonesia dalam arena internasional. Melalui peran di UNESCO, ia berjuang untuk mengangkat budaya Indonesia dan menjalin kerja sama internasional dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Advertisement