Sukses

Mengenal Salahuddin Ayyubi dalam Sejarah Islam, Prestasi, dan Akhir Hayatnya

Salahuddin Ayyubi adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam.

Liputan6.com, Jakarta Salahuddin Ayyubi adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam. Dia tidak hanya dihormati oleh kawan, namun juga disegani oleh lawan-lawannya. Ia dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tegas.

Salahuddin Ayyubi atau Salahuddin Al Ayyubi merupakan salah seorang tokoh Perang Salib yang sangat disegani dan dihormati baik di kalangan para muslim maupun orang-orang Kristen. Ia merupakan sosok di balik keberhasilan tentara Islam dalam menguasai Baitul Maqdis.

Salahuddin Ayyubi merupakan sosok yang adil dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat dan masyarakat tanpa terkecuali. Dia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, 'Salah Aladin al-Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din'.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (21/8/2023) tentang Salahuddin Ayyubi.

2 dari 4 halaman

Mengenal Salahuddin Ayyubi

Salahuddin Ayyubi atau An-Nashir Salahuddin Yusuf Ibn Ayyub adalah seorang panglima perang dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Makkah-Madinah Hejza  dan Diyar Bakr Oman Palestina. Salahuddin Ayyubi lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, 'Salah Aladin al-Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din'.

Ia terkenal di dunia Islam karena menjadi pemimpin, strategi militer, dan sifatnya yang ksatria dan adil pada saat ia berperang melawan Ksatria Salib. Salahuddin Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Ia memberikan catatan kaki dan penjelasan kitab sunan hadits Abu Dawud.

Salahuddin Ayyubi lahir pada tahun 1137 M di sebuah benteng Tikrit, sebuah kota di tepian sungai Tigris, sekitar 140 KM di barat laut kota Baghdad. Nama asli Salahuddin Ayyubi adalah Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub. Ayahnya bernama Ayyub Najmuddin, yang merupakan seorang pemimpin atau penguasa di benteng Tikrit.

Salahuddin Ayyubi menjalani kehidupan masa kecilnya di Balbek 534 H/ 140 M. Sebagaimana kebiasaan anak-anak di kota itu, ia selalu mendatangi tempat- tempat kajian untuk belajar membaca, menulis, serta menghafal Al-Qur’an. Pada usia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni. Di Damaskus, ia berada di lingkungan istana Sultan Nurrudin selama sepuluh tahun lamanya.

Selama itu, Salahuddin Ayyubi belajar tata bahasa Arab, retorika, dan teologi Islam. Selain itu, ia juga mempelajari fiqih madzhab Syafi’i dan hadist dari Abu Thahir as Silafi dan ulama lainnya, sehingga dia berkembang menjadi seorang ahli fiqih. Selain belajar agama, Salahuddin Ayyubi juga mempelajari olahraga bola kaki, berburu, dan menunggang kuda.

3 dari 4 halaman

Prestasi Salahuddin Ayyubi

Ketika Salahuddin Ayyubi lahir, Baitul Maqdis masih dikuasai tentara Salib, setelah mereka memangkan Perang Salib yang pertama. Kariernya sebagai tentara dimulai ketika ditunjuk sebagai wakil dari pamannya Asadudin Syirkuh untuk menemaninya menuju Mesir. Atas keberhasilannya dalam menjalankan tugas, Salahuddin Ayyubi kemudian diberi amanah sebagai pemimpin keamanan wilayah Mesir. Kemudian, Salahuddin Ayyubi naik jabatan menjadi Perdana Menteri Mesir.

Setelah berkuasa penuh atas Mesir, Salahuddin Ayyubi berhasil menyatukan negara-negara Islam. Kemudian pada 1174, ia berhasil menguasai Damaskus kemudian Aleppo (tahun 1185) dan Mosul (pada 1186). Selain itu, Salahuddin Ayyubi juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib. Ia akhirnya juga berhasil merebut Baitul Maqdis dalam Perang Salib.

Pada 10 Feb 1144 M, Baitul Maqdis diserahkan oleh Balian of Ibelin dari pasukan Salib. Penyerahan Baitul Maqdis oleh tentara Salib dilakukan setelah Salahuddin Ayyubi berhasil mengepung kota Baitul Maqdis selama 12 hari. Dengan dikuasainya Baitul Maqdis, maka jatuhlah sebagian besar kota-kota dan wilayah yang masih dalam penguasaan kaum salib.

4 dari 4 halaman

Akhir Hayat Salahuddin Ayyubi

Salahuddin Ayyubi wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus, dengan mewariskan seluruh hartanya, berupa sepotong emas dan empat puluh keping perak, pada orang-orang miskin. Di akhir hidupnya, diketahui bahwa Salahuddin Ayyubi hidup dalam keadaan miskin. Dia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanannya dan uang senilai 66 dirham.

Penyebab kematian Salahuddin Ayyubi kala itu jadi misteri. Ia hanya dilaporkan mengalami demam. Belakangan, misteri itu terkuak. Dengan mengandalkan petunjuk catatan gejala-gejala medis yang dialami Salahuddin Ayyubi, yang ditulis lebih dari 800 tahun yang lalu, seorang dokter akhirnya menentukan penyakit apa yang menimpa sultan yang perkasa itu.

Dr. Stephen Gluckman, pengajar di Perelman School of Medicine, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa penyebab kematian Salahuddin Ayyubi adalah penyakit tifus. Gluckman juga menambahkan, diagnosis pasti mengenai kematian Salahuddin mungkin tak pernah akan didapatkan. Apalagi, sang tokoh Muslim itu hidup pada zaman ketika alat diagnostik modern belum ditemukan. Namun, tifus, penyakit yang muncul akibat seseorang mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella typhi, diduga adalah jawabannya.

Sebelumnya, Gluckman punya daftar 'kandidat' penyakit yang mungkin menyudahi hidup Salahuddin Ayyubi. Wabah atau cacar, misalnya, tak mungkin jadi penyebab wafatnya Salahuddin. Sebab, penyakit itu membunuh manusia dengan cepat.