Liputan6.com, Jakarta Artis Nikita Willy tengah menjadi sorotan publik karena mengajak putranya Issa Xander menjalani salt therapy atau terapi garam. Hal ini dilakukan guna mencegah efek polusi udara yang semakin parah di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Baca Juga
Advertisement
Melalui video yang dibagikan Nikita baru-baru ini di Instagram pribadinya, tampak Issa sedang berada dalam ruangan seperti gua yang sekelilingnya ditempel tumpukan garam berwarna putih bersih. Ditambah lagi ada berbagai macam mainan dengan warna yang menarik, agar anak bisa betah selama di gua garam tersebut.
Istri Indra Priawan itu melakukan salt therapi bukan karena Issa sakit, namun untuk menimimalisasi efek polusi udara. Menurutnya, dengan melakukan salt therapy membantu mengeluarkan racun dan partikel udara yang buruk yang ada di tubuh Issa. Lantas apa itu salt therapy?
Berikut Liputan6.com ulas mengenai apa itu salt therapy beserta sejarah dan efek sampingnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (23/8/2023).
Apa Itu Salt Therapy
Salt therapy atau terapi garam juga dikenal sebagai Halotherapy merupakan jenis terapi garam yang memiliki beberapa manfaat kesehatan untuk kondisi pernapasan. Salt therapy termasuk pengobatan alternatif untuk mengatasi permasalahan pernapasan seperti asma, bronkitis dan batuk.
Menurut Adam Loss dari Salt Therapy Association (STA) mengatakan bahwa “terapi garam (haloterapi) adalah cara alami yang bebas obat yang dapat membantu membersihkan sistem pernapasan, meningkatkan fungsi paru-paru, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh."
Metode ini umumnya dilakukan di ruangan khusus yang disebut ruang garam atau gua garam. Proses terapi garam biasanya melibatkan berbaring atau duduk dalam ruangan yang memiliki dinding, lantai, dan udara yang diisi dengan partikel garam. Partikel garam ini ditemukan dalam bentuk aerosol atau debu garam mikroskopis. Pasien menghirup udara yang mengandung partikel-partikel ini dengan harapan bahwa garam dapat membantu membersihkan lendir, meredakan peradangan, dan memfasilitasi pernapasan yang lebih baik. Selain manfaat tersebut, melakukan salt therapy juga bagus untuk membantu mengatasi masalah kulit seperti jerawat, eksim, dan psoriasis. Tak hanya itu, metode ini dapat membantu meningkatkan kesehatan mental, termasuk stres dan kecemasan.
Salt therapy ini dapat dilakukan oleh siapapun, baik orang dewasa maupun anak-anak. Satu sesi berlangsung 45 menit hingga satu jam berada dalam ruangan tersebut menghirup mikropartikel garam aerosol kering. Garam yang digunakan bukan garam meja atau garam dapur. Dalam salt therapy, garam yang digunakan kaya mineral seperti kalsium, kalium, magnesium, natrium, yodium, brom, dan tembaga.
Advertisement
Sejarah Salt Therapy
Dikutip dari Health Liputan6.com, metode salt therapy ini telah ada sejak abad ke-12 yang umumnya orang pada masa itu sering mengunjungi gua garam untuk tujuan terapeutik di Eropa Timur.
Namun, terapi garam (salt therapy) modern seperti yang dikenal sekarang, baru dikenal oleh masyarakat pada 1800-an. Berawal pada tahun 1843 seorang dokter Polandia bernama Felix Boczkowski menemukan bahwa pria yang bekerja di tambang garam mengalami lebih sedikit masalah pernapasan daripada populasi umum.
Felix Boczkowski menghubungkan hal tersebut dengan aerosol garam yang dihirup oleh para penambang di lingkungan bawah tanah. Saat para pekerja menambang garam (melalui pahat, penggilingan, dan memalu garam) membuat partikel garam berukuran mikro tersebar ke udara seperti mengutip Harper's Bazaar.Â
Kemudian, selama Perang Dunia II, gua garam Klutert di Kota Ennepetal, Jerman, digunakan sebagai tempat berlindung dari pengeboman besar-besaran seperti mengutip laman Salts of The Earth. Orang-orang tersebut kemudian tinggal di gua untuk waktu yang lama, menghirup partikel garam. Lalu, dokter Jerman Spannahel memperhatikan bahwa mereka yang berlindung di tambang garam tampaknya mengalami kelegaan dari masalah pernapasan mereka.
Lalu, penggunaan garam untuk tujuan terapeutik berkembang di banyak negara seperti Polandia, Rusia, Belarusia, Rumania, Azerbaijan, Armenia, Slovakia, dan Ukraina. Kemudian, pada tahun 1980, Institut Penelitian Sains Odessa di Ukraina mengembangkan perangkat halotherapy pertama. Mesin ini menggiling dan menghancurkan garam menjadi bentuk partikel kemudian dimasukkan ke suatu ruangan mirip tambang garam bawah tanah. Sejak saat itu, mulai marak penggunaan salt therapy di Eropa Timur kemudian menyebar ke negara-negara lainnya, seperti Indonesia.
Efek Samping Bagi Tubuh
Meskipun memiliki banyak manfaat, ada juga efek samping. Mungkin saja orang yang menjalani terapi ini jadi batuk-batuk dan hidung menghasilkan banyak lendir. Hal ini terjadi diduga karena saluran pernapasan yang dibersihkan oleh udara mengandung garam.
Dikutip dari laman Medical News Today, sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa orang dengan gangguan pernapasan mengalami batuk setelah menggunakan haloterapi atau salt therapy, sedangkan uji klinis tahun 2013 pada orang dengan bronkiektasis tidak menunjukkan efek samping. Namun, kedua studi ini masih terbilang kecil dan belum ada penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian skala besar diperlukan untuk mengkaji keamanan dan efek samping haloterapi atau salt therapy.
Mengutip dari laman WebMD, efek samping dari melakukan salt therapy yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit maupun mata merah. Namun jika anda ingin melakukan metode ini, hindari apabila:
- Punya masalah tiroid
- Tekanan darah tinggi
- Tuberkulosis
- Masalah jantung
- Gangguan pada darah seperti anemia, hemofilia, pembekuan darah
- Demam
- Luka terbuka
Bila perlu konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan salt therapy atau halotherapy.
Advertisement