Sukses

Tuna Netra Adalah Disabilitas Penglihatan, Klasifikasi dan Fasilitas yang Dibutuhkan

Tuna netra adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, bahkan jika dengan bantuan alat bantu penglihatan.

Liputan6.com, Jakarta Tuna netra adalah istilah yang mengacu pada individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Dengan hambatan dalam penglihatan, penyandang tuna netra biasanya akan merasakan dampak nyata dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Salah satu hambatan bagi penyandang tuna netra adalah kesulitan dalam melakukan mobilitas dan kesulitan bahkan tidak mampu membaca dan menulis huruf. Jika kebanyakan orang dapat mengenali lingkungannya dengan penglihatan, maka cara untuk mengenali lingkungannya bagi penyandang tuna netra adalah dengan menggunakan indra lainnya, seperti pendengaran, perabaan atau perasaan, dan penciuman.

Namun, untuk dapat melakukan orientasi dengan baik, diperlukan suatu proses melalui latihan. Proses latihan ini sangat penting bagi seorang penyandang tuna netra, agar mereka dapat menjalani kehidupannya sehari-hari, meski memiliki keterbatasan dalam penglihatan.

Untuk memahami lebih dalam mengenai apa yang dimaksud tuna netra, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (24/8/2023).

2 dari 6 halaman

Apa yang dimaksud dengan tuna netra?

Tuna netra adalah istilah yang merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, walaupun mungkin dengan bantuan alat bantu penglihatan. Definisi dan pengertian tuna netra dapat bervariasi berdasarkan berbagai referensi dan konteks hukum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tuna netra adalah tidak dapat melihat atau buta. Sementara itu, menurut UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, tuna netra adalah kategori penyandang disabilitas sensorik. Penyandang disabilitas sensorik adalah orang yang mengalami gangguan pada fungsi panca indera. Dalam hal ini, tuna netra adalah gangguan dalam panca indera penglihatan.

Sedangkan menurut Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), tuna netra adalah individu yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam kondisi cahaya normal, meskipun dibantu dengan kacamata.

Menurut Nakata (2003), tuna netra adalah mereka yang memiliki kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0.3 (60/200) atau memiliki tingkat kelainan fungsi penglihatan yang lebih tinggi. Ini mencakup orang-orang yang secara signifikan kesulitan membaca tulisan atau ilustrasi halus, meskipun menggunakan alat bantu seperti kaca pembesar.

Dari serangkaian penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tuna netra adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, bahkan jika dengan bantuan alat bantu penglihatan.

3 dari 6 halaman

Klasifikasi Tuna Netra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tuna netra adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, bahkan jika dengan bantuan alat bantu penglihatan. Tuna netra adalah ketidakmampuan untuk melihat dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama:

1. Buta Total (Blind)

Buta total mengacu pada kondisi ketidakmampuan untuk melihat sama sekali. Ini berarti individu yang tergolong buta total tidak memiliki persepsi visual sama sekali, bahkan jika menggunakan alat bantu atau memaksimalkan pencahayaan. Kriteria untuk diklasifikasikan sebagai buta total dapat bervariasi berdasarkan standar medis dan hukum di berbagai negara, tetapi biasanya berkaitan dengan ketajaman penglihatan yang sangat rendah atau hilangnya penglihatan secara menyeluruh.

Ketajaman penglihatan yang digunakan untuk mengklasifikasikan seseorang sebagai buta total adalah 20/200 atau kurang. Artinya, objek yang dapat dilihat oleh seseorang dengan penglihatan normal pada jarak 200 kaki (sekitar 60 meter), hanya dapat dilihat oleh individu buta total pada jarak 20 kaki (sekitar 6 meter). Selain itu, seseorang juga dapat dianggap buta total jika memiliki jangkauan penglihatan yang sangat sempit, dengan diameter jangkauan penglihatan tidak lebih dari 20 derajat.

2. Low Vision (Penglihatan Rendah)

Low vision merujuk pada individu yang memiliki kerusakan penglihatan tetapi masih memiliki kemampuan untuk melihat dan membaca dengan bantuan alat bantu atau pencahayaan yang memadai. Mereka dengan low vision memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 dan 20/200. Ini berarti objek yang dapat dilihat oleh seseorang dengan penglihatan normal pada jarak 70 kaki hingga 200 kaki (sekitar 21-60 meter) hanya dapat dilihat oleh individu low vision pada jarak 20 kaki (sekitar 6 meter).

Individu dengan low vision masih mampu membaca tulisan dengan menggunakan kaca pembesar atau membaca tulisan yang dicetak dalam ukuran yang lebih besar. Mereka juga mungkin memerlukan pencahayaan yang lebih baik untuk membantu dalam melihat objek dengan jelas. Pada tingkat ini, meskipun ada kerusakan penglihatan, masih ada sejumlah informasi visual yang dapat diolah oleh individu.

Klasifikasi ini membantu dalam memahami tingkat keparahan ketidakmampuan visual dan membantu dalam menyusun rencana perawatan, pengobatan, dan bantuan bagi individu dengan gangguan penglihatan. Penting untuk diingat bahwa istilah "low vision" dan "buta total" digunakan untuk menggambarkan tingkat ketajaman penglihatan dan bukan hanya keadaan fisik mata semata.

4 dari 6 halaman

Faktor Penyebab Tuna Netra

Tuna netra adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, bahkan jika dengan bantuan alat bantu penglihatan. Penyebab tunanetra dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi geografis, status sosial dan ekonomi, usia, dan penyakit tertentu yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. Dilansir dari laman Kemdikbud, faktor penyebab tuna netra adalah sebagai berikut"

1. Infeksi atau Keracunan

Infeksi atau keracunan dapat menjadi penyebab tunanetra, baik secara langsung maupun tidak langsung. Infeksi yang terjadi pada ibu selama kehamilan atau keracunan yang dialami oleh ibu dapat berdampak pada janin dan menyebabkan gangguan pada mata atau pembuluh darah mata. Selain itu, infeksi atau keracunan yang langsung menyerang mata atau pembuluh darah mata juga dapat menyebabkan kerusakan pada penglihatan.

2. Penyakit atau Kondisi Medis

Beberapa penyakit atau kondisi medis dapat menyebabkan tunanetra, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit seperti glaukoma (peningkatan tekanan dalam mata), katarak (keruhnya lensa mata), dan penyakit lain yang berdampak langsung pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Penyakit atau kondisi medis lainnya seperti diabetes juga dapat mengganggu penglihatan jika tidak diobati dengan baik.

3. Kecelakaan dan Trauma

Kecelakaan atau trauma pada mata seperti luka, terkena benda tajam, bahan kimia, atau benturan keras dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada mata dan menyebabkan kehilangan penglihatan.

4. Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan, jika tidak ditangani dengan baik. Vitamin A memiliki peran penting dalam regenerasi sel-sel mata yang rusak. Tanpa pengobatan yang tepat, kerusakan pada mata dapat menjadi permanen.

5. Faktor Keturunan (Herediter)

Beberapa kondisi tunanetra dapat bersifat herediter, artinya diturunkan dari orang tua ke anak. Misalnya, glaukoma dapat memiliki komponen genetik yang meningkatkan risiko terjadinya pada individu keturunan.

6. Kondisi Patologis yang Tidak Jelas Penyebabnya

Beberapa kasus tunanetra mungkin sulit untuk diidentifikasi penyebabnya secara pasti. Kondisi ini dapat termasuk gangguan atau kelainan mata yang tidak memiliki penyebab yang jelas dan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan.

Kesimpulannya, tunanetra dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, penyakit medis, kecelakaan, kekurangan gizi, faktor keturunan, dan kondisi patologis yang belum jelas penyebabnya. Penanganan dan pencegahan yang tepat diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya kondisi tunanetra.

5 dari 6 halaman

Hambatan yang Dihadapi Penyandang Tuna Netra

Penyandang tunanetra, terutama anak, menghadapi sejumlah hambatan dalam pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adapun hambatan yang dihadapi oleh penyandang tuna netra adalah sebagai berikut:

1. Tidak Mampu Mengenali Objek yang Berada di Depannya

Penyandang tunanetra tidak memiliki kemampuan penglihatan, sehingga mereka tidak dapat melihat atau mengenali objek yang berada di depan mereka. Ini membuat mereka mengandalkan indra peraba (sentuhan) untuk memahami lingkungan sekitar. Ketidakmampuan mengenali objek secara visual dapat menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan objek-objek dalam lingkungan pembelajaran dan sehari-hari.

2. Kesulitan dalam Mengenal dan Menulis serta Membaca

Penyandang tunanetra menghadapi kesulitan dalam mengenal huruf, menulis, dan membaca karena mereka tidak dapat menggunakan indera penglihatan. Untuk memperoleh informasi, mereka perlu menggunakan metode alternatif seperti huruf Braille. Huruf Braille adalah bentuk tulisan berbasis sentuhan yang memungkinkan anak tunanetra meraba dan mengenali huruf-huruf. Proses belajar huruf Braille memerlukan latihan yang intensif dan bantuan guru yang terlatih.

3. Keterbatasan dalam Perilaku Sosial yang Benar

Penyandang tunanetra mungkin menghadapi keterbatasan dalam memahami dan menjalankan perilaku sosial dengan tepat. Mereka mungkin mengalami kesulitan membaca bahasa tubuh atau ekspresi wajah orang lain karena tidak dapat melihatnya. Oleh karena itu, pembelajaran langsung dan bimbingan dari guru atau konselor sangat penting bagi mereka agar dapat mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjalin hubungan sosial yang sehat.

6 dari 6 halaman

Fasilitas yang Dibutuhkan Penyandang Tuna Netra

Tuna netra adalah kondisi ketidakmampuan untuk melihat, baik secara total maupun sebagian, bahkan jika dengan bantuan alat bantu penglihatan. Akibat ketidakmampuan tersebut, penyandang tuna netra menghadapi sejumlah hambatan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam akses terhadap pendidikan, informasi, dan lingkungan yang inklusif.

Oleh karena itu, mereka memerlukan sejumlah fasilitas yang dapat membantu mereka mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan menjalani kehidupan yang lebih mandiri. Berikut adalah beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh penyandang tuna netra:

1. Buku Braille dan Materi Tertulis Khusus

Penyandang tuna netra membutuhkan akses kepada buku dan materi tertulis dalam format Braille. Buku Braille adalah bentuk tulisan berbasis sentuhan yang memungkinkan mereka membaca dan mengakses informasi. Materi tertulis seperti buku teks sekolah, materi kuliah, dan bahan bacaan lainnya perlu disediakan dalam format Braille agar mereka dapat belajar dan mengakses informasi dengan lebih mudah.

2. Alat Bantu Penglihatan

Beberapa alat bantu penglihatan dapat membantu penyandang tuna netra berinteraksi dengan lingkungan mereka. Contoh alat bantu meliputi kaca mata pembesar untuk membaca, kalkulator suara untuk melakukan perhitungan, dan alat navigasi seperti tongkat berkerudung atau kucing putih (guide dog) untuk membantu berjalan.

3. Teknologi Pendidikan Khusus

Teknologi berperan penting dalam memfasilitasi pendidikan penyandang tuna netra. Komputer dengan perangkat lunak khusus untuk mengubah teks menjadi suara atau Braille, perangkat pembaca layar, dan perangkat lunak untuk pembelajaran khusus adalah contoh teknologi yang dapat membantu mereka mengakses informasi dan belajar.

4. Aksesibilitas di Lingkungan Fisik

Fasilitas fisik yang ramah penyandang tuna netra sangat penting. Ini termasuk aksesibilitas di gedung-gedung publik dan fasilitas umum, seperti trotoar yang rata, tangga dengan tanda dan tekstur yang jelas, serta pengaturan ruangan yang memudahkan navigasi.

5. Pendidikan dan Pelatihan Khusus

Fasilitas pendidikan dan pelatihan yang mengakomodasi kebutuhan penyandang tuna netra diperlukan. Guru yang terlatih dalam mengajar anak tunanetra, fasilitas kelas dengan perlengkapan Braille, dan metode pembelajaran yang sesuai adalah contoh fasilitas pendidikan yang diperlukan.

6. Lingkungan Inklusif dan Dukungan Emosional

Penyandang tuna netra memerlukan lingkungan sosial dan dukungan emosional yang inklusif. Ini mencakup dukungan dari teman sebaya, keluarga, dan masyarakat secara umum. Dukungan ini membantu mereka mengatasi tantangan dan membangun rasa percaya diri.

7. Akses ke Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan yang ramah penyandang tuna netra juga penting. Ini termasuk pelayanan mata khusus, konseling, dan akses terhadap informasi kesehatan dalam format yang dapat diakses.

Fasilitas-fasilitas ini mendukung penyandang tuna netra dalam mengatasi hambatan-hambatan yang mereka hadapi dan membantu mereka menjalani kehidupan yang lebih mandiri, inklusif, dan produktif.