Liputan6.com, Jakarta - Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah pada tahun 644 Masehi, menggantikan Khalifah Umar bin Khattab setelah wafatnya. Ia menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga dan masa pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun.
Utsman adalah seorang saudagar kaya yang terkenal akan dermawannya dan kesederhanaannya. Meskipun memiliki kekayaan yang melimpah, ia selalu murah hati dalam menyumbangkan harta untuk berdakwah dan memajukan Islam.
Advertisement
Baca Juga
Rasulullah menggambarkan Utsman sebagai sosok jujur, rendah hati, dan merupakan salah satu sahabat tercinta. Namun, masa kekhalifahannya juga diwarnai oleh tragedi ketika ia dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dan akhirnya dibunuh. Simak kisah lengkapnya.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang utsman bin affan diangkat menjadi khalifah pada tahun 644 Masehi, Jumat (25/8/2023).
Diangkat pada Tahun 644 M di Usia 70 Tahun
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah pada tahun berapa?
Pada tahun 644 M, Utsman bin Affan diangkat sebagai Khalifah. Ia menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga setelah menggantikan Umar bin Khattab yang meninggal karena dibunuh. Masa pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun, menjadikannya Khalifah dengan masa pemerintahan terpanjang di antara Khulafaur Rasyidin yang lain.
Terpilihnya Utsman bin Affan sebagai Khalifah tidak terlepas dari sikap dan perilaku mulianya dalam usaha mengembangkan Islam. Ia dikenal sebagai sosok yang ikhlas dan penuh dedikasi terhadap agamanya. Setelah menjadi Khalifah, Utsman melakukan berbagai upaya untuk memajukan Islam.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah dan yang membedakan ia dengan Khalifah sebelumnya adalah usia saat diangkat menjadi Khalifah, yaitu 70 tahun. Hal ini menjadikannya sebagai Khulafaur Rasyidin tertua.
Menurut buku berjudul Aku Cinta Islam (2016) karya A. Rofiq, Utsman bin Affan dipilih menjadi Khalifah ke-3 melalui proses musyawarah yang ketat yang dilakukan oleh umat Islam setelah wafatnya Khalifah sebelumnya, Umar bin Khattab. Keputusan ini bukanlah tindakan sepihak, tetapi hasil dari diskusi dan persetujuan bersama umat Islam pada saat itu.
Dalam buku berjudul Misteri Pembunuh 3 Khalifah: Awal dari Perpecahan Islam (2014) karya Nurhasanah Namin dan Himatu Mardiah, kepemimpinan Utsman bin Affan dimulai saat ia diangkat menjadi Khalifah berdasarkan musyawarah dan keputusan dari sidang panitia yang terdiri dari enam anggota. Panitia tersebut terdiri dari tokoh-tokoh penting seperti Ali bin Abi Thalib, Abdurahman bin Auf, Utsman bin Affan sendiri, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Zubair bin Awwam.
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan adalah masa yang paling makmur dan sejahtera dalam sejarah awal Islam. Banyak rakyatnya yang dapat menjalankan ibadah haji berkali-kali karena perluasan Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah yang berhasil dilakukan olehnya.
Ini membantu menampung lebih banyak umat Islam yang datang untuk menjalankan ibadah haji, menciptakan suasana yang penuh berkah dalam wilayah kekuasaannya. Utsman bin Affan adalah sosok Khalifah yang berjasa besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam pada masa itu.
Advertisement
Prestasi Utsman bin Affan di Masa Kepemimpinannya
Prestasi-prestasi gemilang yang diukir oleh Utsman bin Affan selama masa pemerintahannya sebagai seorang Khalifah, seperti yang diambil dari buku berjudul Sejarah Peradaban Islam (2015) karangan Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, membawa cahaya bagi perjalanan agama Islam dan peradaban umat Muslim pada masa tersebut.
Dalam masa kepemimpinannya, Khalifah Utsman secara aktif terlibat dalam mengatasi beberapa tantangan penting dan melakukan inisiatif yang berdampak luas.
1. Renovasi dan Ekspansi Masjid Nabawi
Dalam rangka memenuhi kebutuhan umat Islam yang terus bertambah, Khalifah Utsman melanjutkan upaya perluasan dan pembaruan Masjid Nabawi. Awalnya didirikan oleh Nabi Muhammad dengan ukuran sederhana, Umar bin Khattab sudah memulai perluasannya.
Namun, Utsman memperhatikan bahwa masjid ini masih memerlukan peningkatan. Ia memimpin usaha untuk merenovasi masjid tersebut agar dapat menampung lebih banyak jamaah. Renovasi ini tidak hanya berfokus pada aspek kapasitas, tetapi juga pada bentuk dan estetika masjid, membuatnya menjadi tempat ibadah yang lebih indah dan bermakna.
2. Modifikasi Mushaf Al-Qur'an
Ketika wilayah Islam semakin luas, muncul kekhawatiran akan perbedaan dalam pembacaan Al-Qur'an di berbagai pelosok wilayah. Utsman bin Affan dengan bijak mengatasi situasi ini. Seorang sahabat, Huzaifah bin Yama, mencatat perselisihan dalam cara membaca Al-Qur'an saat menaklukkan wilayah Armenia dan Azarbaijan.
Utsman merespon dengan membentuk panitia penyusunan Al-Qur'an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, dengan anggota termasuk Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Mereka menyusun kembali ayat-ayat Al-Qur'an dalam sebuah buku yang dikenal sebagai mushaf.
Salinan Al-Qur'an ini diperbanyak dan tersebar di beberapa wilayah termasuk Madinah, Suriah, Basrah, dan Kuffah. Penyalinan berikutnya mengikuti pedoman naskah yang dikirimkan, dan mushaf yang ditinggalkan di Madinah dikenal sebagai Mushaf Al-Imam atau Mushaf Usmani.
3. Perluasan Wilayah Islam
Usman bin Affan juga dikenal sebagai pemimpin yang meneruskan upaya perluasan wilayah Islam. Di bawah kepemimpinannya, wilayah Islam semakin meluas. Beberapa penaklukan penting mencakup:
- Penaklukan Khurasan di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin Yaman.
- Perluasan ke Armenia yang dipimpin oleh Salam Rabiah Al Bahly.
- Eksansi ke Afrika Utara (Tunisia) yang dipimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sa’ad bin Abi Sarah.
- Penaklukan Ray dan Azerbeijan yang dipimpin oleh Walid bin Uqbah.
4. Pembentukan Angkatan Laut
Dalam era kekhalifahan Utsman bin Affan, wilayah Islam telah merentang dari Afrika hingga Konstantinopel. Muawiyah, yang menjabat sebagai gubernur Suriah, mengusulkan pembentukan angkatan laut untuk menjaga dan memperluas wilayah Islam.
Usman bin Affan mendukung usulan ini sebagai langkah strategis. Adanya pembentukan angkatan laut, wilayah Islam dapat lebih baik terjaga dan berkomunikasi di antara perbatasan-perbatasan yang semakin meluas. Langkah ini juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya memelihara keutuhan wilayah Islam.
Prestasi-prestasi tersebut mencerminkan kepemimpinan Utsman bin Affan yang visioner dan progresif dalam memajukan Islam serta memperluas pengaruh peradaban Islam. Tindakannya dalam mengatasi tantangan dan merumuskan solusi-strategi menjadi tonggak penting dalam sejarah perjalanan umat Islam pada masa itu.
Sosok Utsman Sebagai Saudagar Kaya yang Dermawan
Bagaimana sosok Utsman itu?
Dalam buku berjudul Biografi Utsman bin Affan (2013) karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, Utsman adalah seorang saudagar kaya raya yang telah mencapai kondisi ekonomi yang sangat mapan. Namun, kekayaannya tidak pernah membuatnya lupa akan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
Sebaliknya, ia terkenal karena sifat dermawannya yang luar biasa dan kemurahan hatinya dalam menyumbangkan hartanya untuk berdakwah dan kepentingan umat Islam.
Tidak hanya sebagai seorang dermawan, Utsman bin Affan juga dikenal sebagai individu yang jujur dan rendah hati. Rasulullah sendiri menggambarkan sifatnya yang jujur dan kesederhanaan dalam berinteraksi dengan orang lain. Ia adalah salah satu sahabat Rasulullah yang sangat dicintai dan dihormati oleh Nabi Muhammad. Keberadaannya di sekitar Nabi merupakan bukti bahwa Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat kesayangan Rasulullah, dan hal ini mencerminkan kepribadian luhur yang dimilikinya.
Kisah tragis dalam kehidupan Utsman bin Affan adalah saat ia dikepung oleh pemberontak selama 40 hari di Madinah. Ia menghadapi dua ulimatum yang sulit, yakni harus dibunuh atau mengundurkan diri sebagai Khalifah. Meskipun memiliki kekuatan untuk melawan pengepungnya, Utsman memilih untuk tidak menimbulkan pertumpahan darah dalam umat Islam. Ini adalah contoh nyata dari kepribadian penuh kesabaran dan cinta damai yang dimiliki oleh Utsman bin Affan.
Pembunuhan Utsman bin Affan dimulai dengan pengepungan rumahnya yang berlangsung selama 40 hari yang mencekam. Akhirnya, ia menghembuskan napas terakhirnya ketika sedang membaca Al-Qur'an. Kematian tragis ini menjadi momen bersejarah dalam Islam dan menciptakan keguncangan di antara umat Islam.
Utsman bin Affan lahir pada tahun 574 M, berasal dari golongan Bani Umayyah, dan ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Masa pemerintahannya berlangsung selama 12 tahun dan dikenang sebagai masa penuh kebaikan, kedermawanan, dan integritas. Khalifah Utsman bin Affan tetap menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip kebaikan, kejujuran, dan rendah hati.
Advertisement