Liputan6.com, Jakarta - Menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara tidak berlebihan (boros) dan tidak kikir. Dalam Surat Al-Furqan ayat 67, konsep ini diilustrasikan dengan jelas. Hidup sederhana mengandung arti tidak terjerat dalam kerakusan dan pemborosan yang tidak memiliki batas. Ini sekaligus tidak merosot dalam sifat kikir yang menyebabkan ketidakmampuan berbagi dengan sesama.
Pada dasarnya, menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antaranya sikap bijaksana dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Tidak terjebak dalam mewah yang berlebihan, tetapi juga tidak menahan diri dengan sifat kikir yang menghalangi kedermawanan.
Mengambil sikap tengah ini, individu dapat menjalani kehidupan yang seimbang. Ada pemuasan kebutuhan diri sendiri tidak mengabaikan tanggung jawab sosial dan moral terhadap sesama. Abu Umamah Iyash bin Tsa'labah al-Anshariy al-Haritsy RA berkata:
Advertisement
"Pada suatu hari Rasulullah SAW membicarakan masalah dunia. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, 'Apakah kalian tidak mendengar? Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya kesederhanaan itu bagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan itu sebagian dari iman.'" (HR Abu Daud)
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara tidak berlebihan (boros) dan tidak kikir, Senin (28/8/2023).
Di Antara Tidak Boros dan Tidak Kikir
Menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara tidak boros dan tidak kikir. Ini sebuah keseimbangan antara tidak berlebihan dan tidak kikir, sesuai dengan yang diuraikan dalam Surat Al-Furqan ayat 67. Al-Qur'an menggambarkan bahwa individu yang mengadopsi hidup sederhana berada pada posisi tengah-tengah (moderat).
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا
Wallaziina izaaa anfaquu lam yusrifuu wa lam yaqturuu wa kaana baina zaalika qawaamaa.
"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar." (QS. Al-Furqan ayat 67)
Dalam perspektif ini, menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara tidak hanya menghindari sikap berlebihan dalam hal-hal materi. Melainkan juga menjauhkan diri dari sifat kikir yang menghambat kemurahan hati.
Sebuah penelitian berjudul Hidup Sederhana Menurut Al-Qur'an Studi Surah Al-Isra Ayat 29 Dalam Perspektif Tafsir Al-Misbah (2022) oleh Zulaekhah Latifatu, menggambarkan menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara keadaan manusia yang hidup secara moderat.
Itu artinya, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengikuti keinginannya, tetapi lebih memilih memberikan prioritas kepada hal-hal yang memiliki nilai dan manfaat lebih besar. Bisa dipahami bahwa, hidup sederhana adalah tentang memilih prioritas yang bermanfaat bagi kehidupan.
Advertisement
Bersikap Penuh Kebijaksanaan
Selain itu, menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara tidak boros dan kikir juga dibahas dalam surat Al-Isra ayat 29. Hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa hidup sederhana, menurut perspektif Tafsir Al-Misbah, melibatkan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan. Ini mengartikan tidak hanya menghindari sikap kikir, tetapi juga berusaha menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Wa lā taj'al yadaka maglụlatan ilā 'unuqika wa lā tabsuṭ-hā kullal-basṭi fa taq'uda malụmam maḥsụrā
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra ayat 29)
Menurut Al-Qur'an hidup sederhana itu adalah di antara penekanan pada penghindaran terhadap sifat kikir dan boros. Prinsip ini mengajarkan manusia untuk hidup dengan penuh kebijaksanaan, tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam pengaturan waktu dan penggunaan ilmu pengetahuan.
Sederhana, juga mampu menanamkan sifat zuhud, yakni tidak terlalu mencintai dunia secara berlebihan. Lalu, qona'ah, merasa cukup dengan apa yang dimiliki, menjadi pijakan dalam menjalani hidup sederhana.
Cara mewujudkan hidup sederhana menurut Al-Qur'an, M. Quraish Shihab memberikan beberapa panduan. Pertama, individu perlu bekerja dengan niat ibadah, menjadikan pekerjaan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan amal saleh, sehingga setiap tindakan memiliki nilai kebaikan.
Ketiga, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang memberikan manfaat, menghindari pemborosan waktu. Keempat, menjaga harta dengan baik, mengelolanya dengan bijaksana. Dan kelima, menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan iman, karena kedua hal tersebut dapat memberikan keberkahan dan kepuasan dalam hidup dunia dan akhirat.
1. Bekerja dengan Niat Ibadah
Menurut M. Quraish Shihab, bekerja bukan sekadar mencari nafkah atau keuntungan materi. Lebih dari itu, pekerjaan harus dijalani dengan niat ibadah. Ini berarti individu seharusnya tidak hanya berfokus pada hasil akhir atau gaji yang diperoleh dari pekerjaan, melainkan juga melihat pekerjaan sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam pandangan ini, setiap tindakan yang dilakukan dalam pekerjaan menjadi sebuah bentuk ibadah. Sebagai contoh, menjaga integritas dan etika dalam pekerjaan adalah bagian dari ibadah, dan demikianlah bekerja dengan niat ibadah membantu menjalani hidup sederhana dengan penuh arti.
2. Berusaha Semaksimal Mungkin dalam Amal Saleh
Panduan kedua adalah tentang berusaha maksimal dalam melakukan amal saleh. Ini berarti individu dianjurkan untuk aktif dalam melakukan kebaikan, baik dalam bentuk amal sosial, sumbangan, atau bantuan kepada sesama. M. Quraish Shihab percaya bahwa setiap tindakan kebaikan memiliki nilai tersendiri dan dapat membantu menciptakan hidup yang bermakna.
Mau berkomitmen untuk melakukan amal saleh, seseorang akan mengalami kebahagiaan dalam memberikan manfaat kepada orang lain, yang merupakan salah satu aspek dari hidup sederhana.
3. Memanfaatkan Waktu dengan Bijaksana
Penggunaan waktu yang bijaksana adalah prinsip penting dalam hidup sederhana. M. Quraish Shihab mendorong individu untuk menghindari pemborosan waktu dengan mengalokasikannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Ini tidak hanya berlaku dalam konteks pekerjaan, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari.
Merencanakan dan menggunakan waktu dengan bijaksana, seseorang dapat memaksimalkan produktivitasnya dan memiliki lebih banyak waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting, seperti beribadah dan berkumpul dengan keluarga.
4. Menjaga Harta dengan Bijaksana
Menjaga harta dengan baik adalah komponen kunci dalam hidup sederhana. Ini tidak hanya mencakup bagaimana individu menghasilkan uang, tetapi juga bagaimana mereka mengelolanya. M. Quraish Shihab menekankan pentingnya menghindari pemborosan, boros, atau menghambur-hamburkan harta.
Sebaliknya, individu dianjurkan untuk mengelola kekayaannya dengan bijaksana, menginvestasikannya dalam cara-cara yang berarti dan memberikan manfaat jangka panjang.
5. Menjaga Keseimbangan antara Ilmu Pengetahuan dan Iman
Hidup sederhana juga memerlukan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan iman. M. Quraish Shihab mengajarkan bahwa memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam adalah hal yang baik, tetapi itu harus selalu diimbangi dengan iman yang kuat. Kedua aspek ini saling melengkapi.
Ilmu pengetahuan membantu individu dalam mengembangkan dunia material mereka, sementara iman memberikan pandangan yang lebih luas tentang makna hidup dan tujuan akhir. Menjaga keseimbangan antara keduanya membantu menciptakan hidup yang penuh keberkahan dan kepuasan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Advertisement