Sukses

Kitab Hadits Bukhari, Kenali Siapa Penyusunnya dan Metode Seleksi yang Digunakan

Kitab Hadits Bukhari juga dikenal dengan sebutan "Sahih al-Bukhari" yang berarti "Kumpulan Hadits yang Sah Menurut Bukhari."

Liputan6.com, Jakarta Kitab Hadits Bukhari adalah salah satu koleksi hadits paling terkenal dan dihormati dalam Islam. Kitab Hadits Bukhari disusun oleh Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari (810-870 Masehi), seorang ulama hadits terkemuka. Kitab Hadits Bukhari juga dikenal dengan sebutan "Sahih al-Bukhari" yang berarti "Kumpulan Hadits yang Sah Menurut Bukhari."

Kitab Hadits Bukhari terdiri dari ribuan hadits yang dikumpulkan dan disusun dengan ketat berdasarkan kriteria keabsahan yang tinggi. Imam Bukhari melakukan seleksi ketat dalam memilih hadits yang akan dimasukkan dalam kitab ini, dan setiap hadits yang ada telah melewati serangkaian tahap verifikasi. Oleh karena itu, hadits-hadits yang ada dalam Kitab Hadits Bukhari dianggap sebagai salah satu sumber otoritatif dalam Islam dan dipandang sangat sahih (tepat dan valid).

Kitab Hadits Bukhari mencakup berbagai topik yang berkaitan dengan ajaran agama, praktik ibadah, etika, perilaku, sejarah, dan banyak lagi. Hadits-hadits dalam Kitab Hadits Bukhari sering kali disertai dengan narasi pendek tentang konteks dan kejadian di mana hadits tersebut disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Namun, penting untuk diingat bahwa walaupun Sahih al-Bukhari dianggap sangat sahih dan penting dalam tradisi Sunni, tidak semua muslim sepakat tentang keabsahan setiap hadits yang ada dalam kitab ini. Beberapa perbedaan pendapat muncul dalam hal interpretasi dan validitas beberapa hadits.

Untuk lebih memahami lebih dalam mengenai Kitab Hadits Bukhari, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (31/8/2023).

2 dari 5 halaman

Mengenal Lebih Dalam Imam Bukhari, Penyusun Kitab Hadits Bukhari

Kitab Hadits Bukhari atau Shahi Bukhari adalah nama yang umum digunakan untuk merujuk pada nama kitab yang berjudul "Al-Jami' al-Shahih al-Musnad min Hadisi Rasulillah SAW wa-Sunnanihi wa-Ayyamih," yang berati "Ensiklopedi musnad yang shahih tentang urusan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, sunnah sunnah dan kesehariannya."

Kitab Hadits Bukhari disusun oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardzibah al-Ja'fi al-Bukhari, atau yang lebih dikenal sebagai Imam Bukhari.

Imam Bukhari lahir pada tanggal 21 Juli 810 M di kota Bukhara, yang kini merupakan bagian dari negara Uzbekistan. Ia memulai pendidikannya di kota kelahirannya dan sejak usia 11 tahun, ia telah menghafal dua kitab hadits karya Ibn al-Mubarak dan Waqi', lengkap dengan pandangan ulama tentang kedua kitab tersebut.

Pada usia 16 tahun, Imam Bukhari melakukan perjalanan haji bersama ibu dan saudaranya ke Mekah. Di Mekah, ia terpesona oleh para ulama hadits dan memutuskan untuk tinggal di sana dan memulai studi mendalam tentang hadits. Di bawah bimbingan guru-gurunya, terutama Ishaq Rahawaih, ia mulai menyusun koleksi hadits dengan kriteria yang ketat dan seleksi yang teliti.

Imam Bukhari berhasil mengumpulkan ribuan hadits shahih dalam koleksi Sahih al-Bukhari. Dari ratusan ribu hadits yang ada, ia memilih sekitar 9.082 hadits yang memiliki tingkat keabsahan yang sangat tinggi. Proses seleksi dan verifikasi yang ketat membuat Sahih al-Bukhari dianggap sebagai salah satu koleksi hadits paling sahih dan terpercaya dalam tradisi Islam Sunni.

Karakteristik ketatnya seleksi, ketelitian dalam memilih sumber-sumber yang sahih, dan pengetahuannya yang mendalam dalam ilmu hadits membuat karya Imam Bukhari dihormati dan dijadikan rujukan penting oleh ulama dan cendekiawan Islam. Kitab Sahih al-Bukhari menjadi sumber ajaran agama, pedoman etika, dan panduan praktik ibadah yang sangat berharga dalam tradisi Islam.

3 dari 5 halaman

Proses Penyusunan Kitab Hadits Bukhari atau Shahih Bukhari

Bukan tanpa alasan mengapa Kitab Shahih Bukhari merupakan salah satu kitab hadits yang sangat dihormati di kalangan Muslim. Ini karena Kitab Hadits Bukhari disusun dengan proses panjang dan melalui berbagai macam penelitian yang serius dan ketak. Bahkan Imam Bukhari sampai harus melakukan perjalanan panjang ke berbagai kota untuk menemui lebih dari 80.000 perawi hadits.

Dilansir dari Kisah Alkisah Nomor 19 / 13- 26 September 2004, dalam kurun waktu 16 tahun, Imam Bukhari melakukan perjalanan yang luas ke berbagai kota, bertemu dengan banyak perawi hadis untuk mengumpulkan dan memilih hadis-hadis yang sahih. Ia mengunjungi tempat seperti Basrah, Masir, Hujaz (Makkah dan Madinah), Kufah, dan Baghdad, berinteraksi dengan lebih dari 80.000 perawi.

Namun, pendekatan yang diambilnya tidaklah sembarangan mengumpulkan semua hadis yang ditemuinya, melainkan ia memilih dengan sangat cermat berdasarkan kriteria keaslian yang ketat. Ia memastikan kontinuitas rantai perawi (sanad) dan kredibilitas (Tsiqah) perawi. Kriterianya sangat ketat, karena ia bertujuan untuk hanya mempertahankan hadis-hadis yang paling tepercaya.

Komitmen Imam Bukhari mengantarnya untuk menciptakan kumpulan hadis berkualitas tertinggi. Fokusnya pada keaslian berarti hanya hadis-hadis yang paling dapat diandalkan yang dimasukkan dalam karyanya. Ia mendekati usahanya ini secara sistematis, mengunjungi Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah untuk mengumpulkan materi.

Ia dikenal menulis hadis-hadis dengan sangat hati-hati, menyalakan lampu di tengah malam untuk mencatat setiap riwayat dan merenungkan maknanya. Sebelum memasukkan sebuah hadis, ia akan melakukan shalat istikharah, meminta petunjuk ilahi untuk memastikan keakuratan pilihannya.

Metode penyusunan kitab Sahih Bukhari oleh Imam Bukhari ditandai dengan pendekatan ilmiah. Ia secara kritis membandingkan dan menganalisis riwayat-riwayat, melakukan penyelidikan mendalam terhadap keaslian setiap hadis. Ia tidak ragu untuk memeriksa karya-karyanya dengan pandangan ulama lain, berusaha untuk menjaga standar kualitas tertinggi. Kesungguhannya untuk hanya menyertakan riwayat-riwayat yang paling akurat dan dapat dipercaya menghasilkan kumpulan hadis yang menjadi tolok ukur dalam menilai keaslian hadis-hadis.

Dalam proses pembuatan Shahih Bukhari, komitmen Imam Bukhari terhadap akurasi sangat teguh. Ia memberi prioritas pada keandalan dan kualitas hadis daripada jumlahnya. Komitmen ini tercermin dalam keinginannya untuk tidak menyertakan beberapa riwayat yang telah dihapusnya, fokusnya adalah mempertahankan hanya yang paling sempurna. Melalui karyanya yang teliti, Imam Bukhari menciptakan sebuah kumpulan hadits monumental dan dihormati yang tetap menjadi pijakan utama dalam kajian ilmu Islam.

4 dari 5 halaman

Metode yang Digunakan Imam Bukhari untuk Menyeleksi Hadits

Imam Bukhari menerapkan standar seleksi yang sangat ketat dalam memasukkan hadits-hadits ke dalam Kitab Hadits Bukhari atau Shahih Bukhari. Pertama-tama, dalam hal keterhubungan sanad (rantai perawi), Imam Bukhari memastikan bahwa setiap sanad haruslah bersambung tanpa ada putus dalam transmisi hadits. Ini bertujuan untuk memastikan kelangsungan pengaliran hadits dari generasi ke generasi tanpa kecacatan.

Kriteria kedua yang menjadi perhatian utama adalah perawi atau rawi hadits itu sendiri. Imam Bukhari memeriksa dengan seksama integritas moral, keilmuan, dan standar akademis dari setiap perawi. Perawi harus memiliki reputasi baik, integritas tinggi, dan pengetahuan yang mendalam tentang ilmu hadits.

Kriteria ketiga adalah pentingnya interaksi langsung antara perawi, di mana Imam Bukhari menekankan bahwa para perawi harus memiliki bukti bahwa mereka bertemu langsung dengan perawi senior dan memperoleh hadits secara langsung dari mereka.

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa rangkaian transmisi hadits terjaga secara langsung dari sumbernya. Kriteria keempat, terutama berlaku untuk murid-murid tokoh-tokoh besar seperti Nafi' dan Zuhri, di mana murid-murid ini haruslah termasuk dalam kategori perawi yang lebih awal dan memiliki interaksi yang kuat dengan guru-guru mereka.

5 dari 5 halaman

Isi Kitab Hadits Bukhari atau Shahih Bukhari

Kitab Hadits Bukhari atau Shahih Bukhari memiliki struktur yang teratur, dengan hadits-hadits yang disusun berdasarkan topik-topik tertentu yang diorganisir dalam kitab dan bab.

Dilansir dari laman Pondok Pesantren Putri IMMIM Pangkep, ada sebanyak 97 kitab dan 3.450 bab yang mencakup berbagai aspek kehidupan dan ajaran Islam. Setiap kitab mengumpulkan hadits-hadits yang berkaitan dengan topik spesifik, sementara setiap bab mengelompokkan hadits-hadits dalam subtopik yang lebih terperinci.

Jumlah hadits dalam setiap kitab dan bab bervariasi, tergantung pada kompleksitas dan signifikansi topik yang dibahas. Beberapa bab mungkin berisi banyak hadits, sementara yang lain hanya memiliki satu atau dua hadits.

Bahkan, ada bab-bab yang hanya berisi ayat-ayat Al-Quran tanpa hadits, atau ada pula yang hanya berisi judul bab tanpa hadits maupun ayat Al-Quran. Hal ini dilakukan agar mempermudah pembaca atau pengguna kitab ini untuk menemukan hadits yang relevan dengan topik tertentu ketika dibutuhkan.

Isi kitab Shahih Bukhari mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk ajaran, etika, hukum, praktik ibadah, dan banyak lagi. Kitab ini dimulai dengan pembahasan mengenai wahyu (revelasi) dan diakhiri dengan pembahasan mengenai tauhid (keyakinan pada satu Tuhan).

Imam Bukhari menggunakan susunan dan topik-topik yang umum dalam ilmu fiqih (ilmu hukum Islam) untuk mengorganisir hadits-haditsnya. Setiap hadits dilengkapi dengan sanad (rantai perawi) yang lengkap, menunjukkan keakuratan dan keaslian riwayat tersebut.

Pengaturan yang terstruktur dalam kitab Shahih Bukhari memungkinkan pembaca untuk dengan mudah mengakses dan merujuk hadits-hadits yang berkaitan dengan topik tertentu. Karya ini tidak hanya menjadi sumber penting dalam memahami ajaran Islam, tetapi juga menjadi salah satu referensi paling dihormati dalam dunia ilmu hadits.

Sebagai contoh, berikut adalah kumpulan Hadits Bukhari populer:

1. Hadits Bukhari tentang niat

إنما الأ عمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Artinya: "Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan," (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Hadits Bukhari tentang dakwah

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Artinya: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari)

3. Hadits Bukhari tentang silaturahmi

تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ

Artinya: "Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara." (HR Bukhari).

4. Hadits Bukhari tentang sabar

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya: "Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran." (HR Bukhari)

5. Hadits Bukhari tentang larangan mencela makanan

مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Artinya: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan sekalipun. Apabila beliau berselera (suka), beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun meninggalkannya (tidak memakannya)." (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Hadits Bukhari tentang cinta

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ " رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Artinya: "Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, pembantu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Hadits Bukhari tentang puasa

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu'alai wa sallam bersabda, "Allah berfirman, 'Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)