Sukses

Mengenal Anemia Aplastik, Pahami Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Anemia aplastik adalah kondisi yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi dalam tubuh.

Liputan6.com, Jakarta Anemia aplastik adalah suatu kondisi yang mungkin masih asing di telinga kebanyakan orang. Pasalnya, anemia aplastik ini merupakan penyakit yang langka namun menyebabkan kondisi yang cukup serius bagi orang yang mengalaminya. 

Anemia aplastik adalah kondisi yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi dalam tubuh. Kondisi anemia satu ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan, lebih berisiko terkena infeksi, hingga pendarahan yang tak terkendali.

Anemia aplastik merupakan kondisi yang levelnya bisa ringan maupun berat. Kondisi ini juga bisa terjadi tiba-tiba, atau bisa berkembang secara perlahan dan memburuk setelah beberapa waktu. Kamu perlu memahami penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari Centre for Clinical Haematology dan berbagai sumber lainnya, Senin (4/9/2023) tentang anemia aplastik.

2 dari 5 halaman

Mengenal Anemia Aplastik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anemia aplastik adalah anemia yang terjadi ketika tubuh tidak memproduksi sel-sel darah baru yang cukup sehingga menyebabkan kelelahan, risiko tinggi terkena infeksi, dan pendarahan yang tidak terkendali. Anemia aplastik terjadi ketika sumsum tulang tidak sanggup memproduksi sel darah baru dalam jumlah yang cukup.

Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah salah satu atau semua jenis sel darah merah menurun. Anemia aplastik merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh. Sehingga mengakibatkan gejala-gejala seperti mudah lelah, pusing, bahkan kondisi infeksi karena kekurangan leukosit atau sel darah putih.

Anemia aplastik diketahui bisa terjadi pada orang-orang di segala usia. Namun, kondisi ini paling sering terjadi pada orang-orang yang berusia antara 10 hingga 20 tahun atau 60 hingga 65 tahun. Perawatan untuk anemia aplastik meliputi obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang yang juga disebut sebagai transplantasi sel induk.

3 dari 5 halaman

Penyebab Anemia Aplastik

Penyebab anemia aplastik yang paling umum adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel punca di sumsum tulang. Hal ini mengakibatkan sel punca yang rusak ini tidak mampu memproduksi sel darah dengan baik, sehingga jumlah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) berkurang, atau disebut sebagai pansitopenia. Hal ini juga pada akhirnya menyebabkan sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau mengandung sel darah yang tidak mencukupi (hipoplastik).

Selain itu, ada berbagai macam faktor lainnya yang dapat memengaruhi fungsi sumsum tulang ini. Faktor risiko anemia aplastik lainnya yaitu sebagai berikut:

  1. Paparan bahan kimia beracun: Paparan insektisida, pestisida, dan bahan dalam bensin yang disebut benzena dikaitkan dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.
  2. Efek samping obat-obatan tertentu: Beberapa antibiotik dan obat-obatan dapat menyebabkan anemia aplastik.
  3. Kemoterapi dan radiasi: Perawatan kanker yang membantu membunuh sel kanker ini juga dapat menyebabkan kerusakan sel-sel sehat termasuk sel-sel induk di sumsum tulang yang mengakibatkan anemia aplastik. Namun, efek samping ini bersifat sementara dan cenderung hilang setelah pengobatan kanker selesai.
  4. Kehamilan: Selama kehamilan, sistem kekebalan dapat menyerang sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memproduksi sel darah.
  5. Infeksi virus: Infeksi virus yang memengaruhi sumsum tulang dapat memicu perkembangan anemia aplastik. Virus hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19 terkait dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.
  6. Gangguan autoimun: Gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel sehat dapat memengaruhi sel induk yang menyebabkan anemia aplastik.
  7. Kelainan langka: Beberapa pasien dengan anemia aplastik memiliki kelainan langka yang disebut hemoglobinuria nokturnal paroksismal. Kondisi ini terjadi karena kerusakan dini sel darah merah yang mengakibatkan anemia aplastik. Dalam beberapa kasus, anemia aplastik dapat terjadi pada pasien dengan penyakit bawaan langka yang disebut anemia Fanconi. Anak yang lahir dengan anemia Fanconi cenderung memiliki cacat bawaan seperti pertumbuhan abnormal dan anggota badan yang kurang berkembang.

Selain itu, pada sebagian besar kasus, penyebab pasti anemia aplastik tidak dapat diidentifikasi (Anemia Aplastik Idiopatik).

4 dari 5 halaman

Gejala Anemia Aplastik

Gejala anemia aplastik bisa bervariasi tergantung pada fungsi sel darah yang terpengaruh. Bahkan, seseorang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, biasanya gejala anemia aplastik ini meliputi:

  1. Kelelahan
  2. Sesak napas
  3. Pusing
  4. Sakit kepala
  5. Detak jantung cepat dan tidak teratur
  6. Kulit pucat atau ruam kulit
  7. Infeksi yang sering atau menetap
  8. Demam
  9. Memar yang tidak dapat dijelaskan
  10. Mimisan
  11. Gusi berdarah
  12. Pendarahan berlebihan dari luka kecil

Kondisi anemia aplastik ini bisa berlangsung sementara atau kronis. Jika tidak ditangani dengan baik maka kondisi dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi yang fatal, seperti infeksi parah, perdarahan, penumpukan zat besi dalam tubuh (hemokromatosis), kanker darah (leukemia), hingga kanker kelenjar getah bening (limfoma).

5 dari 5 halaman

Cara Mengobati Anemia Aplastik

Cara mengobati anemia aplastik tergantung pada usia dan tingkat keparahan kondisi. Tujuan pengobatan yaitu untuk mengembalikan produksi sel darah. Pasien kemungkinan besar membutuhkan transfusi darah dan trombosit, serta pengobatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Berikut beberapa cara mengobati anemia aplastik:

1. Transfusi darah

Transfusi darah dapat meredakan gejala dengan memberikan sel-sel darah pada tubuh yang tidak dapat diproduksi oleh sumsum tulang. Transfusi darah mungkin melibatkan pemberian sel darah merah atau trombosit.

2. Stimulan sumsum tulang

Perawatan ini melibatkan penggunaan obat-obatan (juga dikenal sebagai faktor pertumbuhan atau faktor perangsang koloni) untuk merangsang sumsum tulang membentuk sel darah baru. Faktor pertumbuhan yang berbeda membantu merangsang sumsum tulang untuk bereaksi secara berbeda.

Filgrastim (G-CSF), Pegfilgrastim (G-CSF) dan Sargramostim (GM-CSF) meningkatkan produksi sel darah putih, Epoetin Alfa meningkatkan produksi sel darah merah, dan Eltrombopag membantu meningkatkan produksi trombosit. Faktor pertumbuhan ini sering digunakan dengan imunosupresan untuk meningkatkan hasil.

3. Imunosupresan

Imunosupresan adalah obat yang digunakan untuk menekan atau mengendalikan aktivitas sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi kerusakan yang dilakukan pada sel induk sumsum tulang. Pemberian imunosupresan Ini memungkinkan sumsum tulang untuk pulih dan menghasilkan sel darah baru untuk meringankan gejala anemia. Kortikosteroid seperti metilprednisolon sering digunakan dalam kombinasi dengan imunosupresan.

4. Transplantasi sel punca

Transplantasi sel punca melibatkan transplantasi sel punca yang sehat dari donor yang cocok untuk menggantikan sel punca pasien yang rusak guna membangun kembali sumsum tulang..Saat ini, transplantasi sel punca mungkin merupakan satu-satunya pengobatan yang berhasil untuk anemia aplastik.

Perawatan ini direkomendasikan untuk pasien yang lebih muda dan menderita anemia aplastik berat, yang memiliki donor yang cocok, lebih disukai saudara kandung. Dalam beberapa tahun terakhir dengan peningkatan teknologi dalam transplantasi, hasil yang semakin sukses juga terlihat pada pasien yang lebih tua, serta mereka yang memiliki anggota keluarga yang tidak cocok (transplantasi haplo-identik) atau donor di luar keluarga tetapi cocok.