Sukses

Hari yang Diharamkan Berpuasa, Pahami Dalil Larangan dan Alasannya

Mengetahui hari yang diharamkan berpuasa berkaitan erat dengan keabsahan ibadah puasa yang dilakukan. Sebab, berpuasa pada hari yang diharamkan, maka puasanya bisa menjadi tidak sah

Liputan6.com, Jakarta Bagi seorang Muslim, mengetahui hari-hari yang diharamkan berpuasa adalah hal yang penting. Sebab hal ini berkaitan dengan ketaatan terhadap perintah Allah dalam agama Islam.

Mengetahui hari yang diharamkan berpuasa berkaitan erat dengan keabsahan ibadah puasa yang dilakukan. Ketika seorang Muslim berpuasa pada hari yang diharamkan, maka puasanya bisa menjadi tidak sah, sehingga pengetahuan tentang hari yang diharamkan berpuasa ini sangat penting agar ibadah puasa diterima oleh Allah.

Pengetahuan tentang hari yang diharamkan berpuasa juga meningkatkan pemahaman seseorang tentang aturan dan ketentuan puasa dalam Islam secara keseluruhan. Ini adalah bagian dari menghormati nilai-nilai agama dan tradisi Islam serta menunjukkan komitmen seseorang terhadap ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (5/9/2023), berikut adalah hari yang diharamkan berpuasa bagi setiap Muslim.

2 dari 5 halaman

Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Hari yang diharamkan berpuasa dalam Islam mencakup dua perayaan penting, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Fitri adalah saat perayaan kemenangan bagi umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh selama bulan Ramadan. Hari ini jatuh pada tanggal 1 Syawal setiap tahunnya. Pada Hari Raya Idul Fitri, umat Islam dianjurkan untuk merayakannya dengan sukacita, bersilaturahmi dengan keluarga dan teman-teman, serta memberikan sedekah kepada yang membutuhkan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Hari Raya Idul Fitri adalah salah satu hari yang diharamkan berpuasa dalam Islam. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa'id Al Khudri RA, di mana Rasulullah SAW melarang umat Islam untuk berpuasa pada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Muslim)

Sementara itu, Hari Raya Idul Adha adalah perayaan kurban yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijah setiap tahunnya. Pada hari ini, umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, mengikuti teladan Nabi Ibrahim AS, dan berbagi daging kurban kepada yang membutuhkan. Hari Raya Idul Adha juga termasuk hari yang diharamkan berpuasa dalam Islam, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dari Abi Ubaid Maula Ibn Azhar.

Dari Abi Ubaid Maula Ibn Azhar berkata, “Aku menyaksikan hari raya bersama Umar bin al Khattab, beliau berkata: ini adalah dua hari yang dilarang Rasulullah saw. untuk berpuasa, yakni hari berbukanya kalian dari puasa, dan hari lainnya kalian makan di dalamnya dari hewan sembelihan kalian.” (HR. Bukhari)

3 dari 5 halaman

Hari Tasyrik

Hari yang diharamkan berpuasa selain Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah rangkaian tiga hari yang berlangsung setelah Hari Raya Idul Adha, yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah dalam penanggalan Islam. Pada hari-hari ini, umat Islam dianjurkan untuk melanjutkan ibadah kurban yang telah dimulai pada Hari Raya Idul Adha, yang melibatkan penyembelihan hewan kurban sebagai tanda ketaatan kepada Allah SWT dan mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Hari Tasyrik mencakup hari yang diharamkan berpuasa bagi setiap muslim. Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Nubaisyah Al Hudzali, di mana Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, hari tasyrik adalah hari yang diharamkan berpuasa, dan umat Islam dianjurkan untuk merayakan dengan menyantap daging kurban, berbagi dengan keluarga dan sesama, dan menjalankan ibadah-ibadah lainnya yang mendekatkan mereka kepada Allah SWT.

Larangan berpuasa pada Hari Tasyrik adalah bentuk penghormatan terhadap kegembiraan dan perayaan Hari Raya Idul Adha, serta untuk memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menikmati hasil dari ibadah kurban yang telah dilaksanakan. Seiring dengan pesan-pesan keagamaan yang terkandung dalam ibadah kurban, Hari Tasyrik menjadi waktu yang penting untuk berbagi dan mempererat tali persaudaraan di antara umat Islam.

4 dari 5 halaman

Hari Syak

Selain Idul Fitri, Idul Adha, dan Hari Tasyrik, hari yang diharamkan berpuasa adalah hari syak. Hari syak adalah hari yang diragukan apakah masih termasuk bulan Sya'ban atau sudah masuk bulan Ramadhan. Hari ini biasanya jatuh pada tanggal 30 Sya'ban.

Hari Syak menjadi hari yang diharamkan berpuasa didasarkan pada hadits riwayat Bukhari dan al Hakim dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda,

“Siapa yang puasa pada hari syak maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qosim (Nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan al Hakim)

Pentingnya larangan berpuasa pada Hari Syak adalah untuk menghindari keraguan dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Ini juga memberikan peluang kepada umat Islam untuk mempersiapkan diri secara mental dan fisik menjelang awal bulan Ramadhan yang penuh berkah, sehingga mereka dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.

Akan tetapi jika seseorang memiliki puasa Ramadhan yang belum diganti (qadha) dari tahun sebelumnya, dia diperbolehkan untuk berpuasa pada Hari Syak sebagai bagian dari penggantian puasa yang tertunda.

5 dari 5 halaman

Hari Jumat dan Sabtu

Selain Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Hari Tasyrik, dan Hari Syak, terdapat dua hari yang diharamkan berpuasa dalam pandangan Islam, yakni hari Jumat dan Sabtu. Dalam Islam, Hari Jumat adalah hari yang dianggap penuh berkah. Meskipun banyak umat Islam yang melaksanakan puasa sunnah pada hari ini, puasa Hari Jumat diharamkan kecuali dalam situasi tertentu.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah khususkan malam Jumat dengan shalat malam tertentu yang tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari Jumat dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya, kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu." (HR. Muslim no. 1144).

Aku tetapi, puasa di hari Jumat tetap diperbolehkan jika memiliki puasa wajib Ramadan yang belum diganti (qadha) dari tahun sebelumnya, dapat berpuasa pada Hari Jumat untuk menggantinya. Selain itu, jika seseorang memiliki kafarat (tebusan) yang harus dibayar karena pelanggaran tertentu, puasa pada Hari Jumat bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk membayarnya.

Puasa pada Hari Jumat juga diperbolehkan jika itu adalah puasa yang telah direncanakan sebelumnya, seperti puasa sunah tertentu seperti puasa Asyura, puasa Syawal, atau puasa Arafah.

Hari Sabtu juga merupakan hari yang diharamkan berpuasa dalam Islam karena merupakan tradisi orang Yahudi untuk berpuasa pada hari ini. Rasulullah SAW melarang umat Islam untuk berpuasa pada Hari Sabtu, kecuali jika puasa tersebut adalah puasa wajib seperti puasa Ramadan.

Dari Abdullah bin Busr dari Saudarinya, yang bernama as-Shamma’, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian berpuasa hari sabtu, kecuali untuk puasa yang Allah wajibkan. Jika kalian tidak memiliki makanan apapun selain kulit anggur atau batang kayu, hendaknya dia mengunyahnya.” (HR. Turmudzi 744, Abu Daud 2421, Ibnu Majah 1726, dan dishahihkan al-Albani).

Hari Sabtu merupakan hari yang diharamkan berpuasa karena untuk menghindari meniru tradisi Yahudi dan mengingatkan umat Islam untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam yang benar.