Sukses

Solusi Krisis Air, Bakteri Ini Bisa Memurnikan Air Tercemar dengan Cara Unik

Bakteri memecah polutan air seperti BPA, antibiotik, obat-obatan, dan pewarna.

Liputan6.com, Jakarta Cyanobacteria sering diidentifikasi sebagai penyebab munculnya ganggang biru-hijau beracun di danau dan sungai. Namun kini bakteri ini tengah menjadi fokus sebuah inovasi terbaru. Para ilmuwan dari Universitas California San Diego telah berhasil menjadikan mikroba ini untuk memurnikan air yang tercemar.

Mereka mengemasnya ke dalam sebuah cetakan tiga dimensi berisi Cyanobacteria. Menariknya, bakteri tersebut akan bunuh diri setelah selesai tugasnya memurnikan air terkontaminasi limbah. Mengingat krisis air bersih menjadi tantangan utama akibat iklim yang rusak.

Melansir dari New Atlas, bahan ini diciptakan menggunakan polimer alami yang merupakan turunan dari rumput laut yang dikenal sebagai alginat, yang kemudian dikombinasikan dengan cyanobacteria jenis Synechococcus elongatus yang hidup. 

Dari proses ini, terbentuklah hidrogel yang dihasilkan dalam pola kisi-kisi mirip roti wafe. Ini membantu cyanobacteria untuk tetap hidup dengan baik karena sebagian besar dari mereka berada dekat dengan permukaan bahan ini. Mereka jadi lebih mudah mendapatkan makanan, oksigen, dan sinar matahari yang mereka butuhkan.

Berikut Liputan6.com merangkum teknologi pemurnian air dengan bakteri Cyanobacteria melansir dari berbagai sumber, Jumat (8/9/2023).

2 dari 3 halaman

Bakteri Hasilkan Enzim Pemecah Polutan Air

Para ilmuwan telah memprogram cyanobacteria ini secara genetik untuk membuat enzim bernama laccase. Enzim ini bisa membantu memecah berbagai polutan yang ada di air, seperti BPA, antibiotik, obat-obatan, dan pewarna. Dalam uji laboratorium, bahan ini berhasil membersihkan pewarna beracun yang sering digunakan dalam produksi celana jeans biru.

Namun, para ilmuwan ingin memastikan bahwa cyanobacteria ini tidak akan mengganggu lingkungan setelah mereka selesai membersihkan air. Oleh karena itu, mereka juga memprogram cyanobacteria ini untuk bunuh diri setelah tugas mereka selesai, jika mereka terkena senyawa kimia alami yang disebut teofilin.

Tapi sekarang, tim peneliti sedang mencari cara agar cyanobacteria bisa bunuh diri ketika mereka berada di lingkungan air tanpa memerlukan tambahan teofilin. Tujuannya adalah untuk menjaga lingkungan tetap aman.

“Kami sangat bersemangat dengan kemungkinan hasil dari penelitian ini dan menciptakan bahan baru yang menarik,” kata Professor Jon Pokorski, salah satu pemimpin penelitian ini.

3 dari 3 halaman

Tetap Lakukan Pencegahan Pencemaran Air

Meski para ilmuwan sudah berupaya mengembangkan teknologi terbaru pemurnian air, namun masyarakat harus selalu melakukan pencegahan. Meminimalisir dampak baru pencemaran air juga ikut membantu melawan krisis air.

Melansir dari Dislkh Bandung, Salah satu cara adalah dengan pembuatan kolam stabilisasi, di mana air limbah diolah secara alami untuk menetralisir zat-zat pencemar sebelum dialirkan ke sungai. 

Selanjutnya, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat digunakan, yang melibatkan pengolahan air limbah dengan alat-alat khusus melalui tiga tahap, yaitu pengolahan pertama, kedua, dan lanjutan. 

Selain itu, pengelolaan excreta manusia juga penting, yang dapat dilakukan melalui septic tank dan menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk rumah tangga.

Selama mengelola limbah, penting untuk mematuhi prinsip-prinsip ekologi 4R, yang meliputi daur ulang, penggunaan ulang, pengurangan penggunaan, dan perbaikan. Prinsip-prinsip ini membantu menjaga kualitas air dan lingkungan secara keseluruhan.