Sukses

Dituding Bangkrut karena Jualan Tisu, Ini 7 Potret Sumber Kekayaan Muzdalifah yang Fantastis

Jualan tisu saat live di TikTok, Muzdalifah menuai banyak sorotan netizen yang disebut bangkrut

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu belakangan ini sosok Muzdalifah tengah menuai banyak sorotan saat live di TikTok dan berjualan tisu secara online. Banyak netizen memberikan berbagai komentar dan menyebutnya telah bangkrut. Padahal selama ini Muzdalifah dikenal sebagai wanita kaya raya dengan rumah besar mewahnya.

Namun nyatanya tidak demikian, mengutip dari Kapanlagi.com, Muzdalifah memiliki penghasilan yang fantastis dengan nilai milyaran rupiah dari menyewakan sebidang tanahnya di belakang rumah untuk menara sutet. 

Kontrak dari sewa lahan tersebut mencapai Rp 8 milyar dalam 10 tahun. Mendapat uang sewa yang begitu besar, sebenarnya tidak perlu bekerja Muzdalifah sudah memiliki banyak uang.

Namun karena memang suka mencari rezeki dan tidak malu dengan berbagai usaha yang dilakukan, mantan istri Nassar ini memiliki berbagai lini usaha yang menuai banyak keuntungan.

Berikut 7 potret Muzdalifah dengan sumber kekayaannya yang Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, Sabtu (9/9/2023)

2 dari 8 halaman

1. Sosok Muzdalifah menjadi populer saat menikah dengan Nassar, meski saat ini sudah cerai media sosialnya masih banyak endorse dari berbagai produk

3 dari 8 halaman

2. Memiliki rumah mewah nan luas, Teras Muzdalifah menjadi salah satu usahanya yang menuai banyak sorotan

4 dari 8 halaman

3. Bisnis makanan berupa cemilan menjadi usaha yang dilakoninya belakangan ini

5 dari 8 halaman

4. Dari bisnis kulinernya saja sudah banyak sekali netizen yang ramai memesan makanan darinya

6 dari 8 halaman

5. Selain itu sumber penghasilan utama dari istri Fadel Islami ini adalah jual beli besi bekas dan rongsokan

7 dari 8 halaman

6. Omset dari penjualan online di TikTok sendiri kabarnya mencari Rp 2 - 3 juta dalam sehari

8 dari 8 halaman

7. Penyewaan lahan untuk sutet sudah ia lakukan sejak 20 tahun belakangan dengan nilai kontrak Rp 8 milyar per 10 tahun