Sukses

Apa Itu Anemia? Kenali Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, Pengobatan, dan Pencegahannya

Apa itu anemia dikenal juga dengan sebutan kurang darah.

Liputan6.com, Jakarta Apa itu anemia dikenal juga dengan sebutan kurang darah. Anemi diakibatkan oleh berbagai faktor risiko, terutama berkaitan dengan kondisi tubuh seseorang. Ada beberapa jenis anemia, dan masing-masing jenisnya memiliki penyebab yang berbeda-beda.

Anemia adalah penyakit yang dapat terjadi sementara atau menetap selama jangka panjang, dan memiliki derajat keparahan yang bervariasi dari ringan hingga berat. Penyebab utama anemia tentunya adalah karena seseorang tidak memiliki sel darah merah yang cukup.

Apa itu anemia yaitu kondisi di mana seseorang tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Kamu tentu perlu mengenali penyebab, gejala, jenis, hingga pencegahannya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (26/9/2023) tentang apa itu anemia.

2 dari 5 halaman

Apa Itu Anemia?

Apa itu anemia yaitu kekurangan butir darah merah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apa itu anemia adalah (penyakit) kekurangan kadar hemoglobin di dalam darah. Kurang darah atau dalam istilah medisnya disebut anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.

Apa itu anemia merupakan kelainan darah yang paling umum pada populasi umum. Gejalanya dapat berupa sakit kepala, nyeri dada, dan kulit pucat. Apa itu anemia memiliki banyak bentuk, masing-masing dengan penyebabnya sendiri. Anemia adalah penyakit yang bisa terjadi sementara atau menetap selama jangka panjang, dan memiliki derajat keparahan yang bervariasi dari ringan hingga berat. Sebagian jenis anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi diet sehat yang bervariasi dan bernutrisi. Sementara itu, pengobatannya bervariasi, mulai dari konsumsi suplemen hingga menjalani prosedur medis tertentu.

 

Gejala Anemia

Gejala anemia awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia. Beberapa gejala anemia yang biasa terjadi di antaranya:

  1. kelelahan,
  2. merasa lemah,
  3. sesak napas,
  4. rasa pusing,
  5. nyeri dada,
  6. nyeri kepala,
  7. tangan dan kaki terasa dingin,
  8. kulit yang pucat atau kekuningan, dan
  9. denyut jantung yang tidak regular.
3 dari 5 halaman

Penyebab Anemia

Sel darah merah mengandung hemoglobin, sebuah protein kaya zat besi yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin membuat sel darah merah mampu mengantarkan oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya, dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh bagian tubuh ke paru-paru agar dapat dikeluarkan dari tubuh.

Sebagian besar sel darah, termasuk sel darah merah, diproduksi secara reguler di sumsum tulang, yang merupakan material berkonsistensi menyerupai spons yang terdapat pada celah dari banyak tulang besar. Untuk memproduksi hemoglobin dan sel darah merah, tubuh membutuhkan zat besi, vitamin B12, asam folat, dan berbagai zat gizi lainnya dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Apa itu anemia merupakan penyakit yang terjadi apabila seseorang tidak memiliki sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Secara garis besar, penyebab anemia dapat diakibatkan oleh tiga kondisi berikut ini:

  1. Tubuh tidak memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup.
  2. Perdarahan, yang menyebabkan seseorang untuk kehilangan sel darah merah lebih cepat dibandingkan jumlah sel darah merah yang diproduksi.
  3. Tubuh menghancurkan sel darah merah.

 

Faktor Penyebab Anemia

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami anemia. Apa itu anemia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

  1. Diet yang rendah vitamin tertentu. Mengonsumsi diet yang secara konsisten mengandung zat besi, vitamin B12, atau asam folat yang rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia. 
  2. Penyakit saluran cerna. Memiliki penyakit saluran cerna tertentu yang memengaruhi penyerapan dari zat gizi di usus dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia.
  3. Secara umum, wanita yang belum menopause memiliki risiko anemia defisiensi besi yang lebih tinggi dibandingkan pria dan wanita pascamenopause. Hal ini dikarenakan menstruasi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
  4. Wanita hamil yang tidak mengonsumsi asam folat dapat memiliki peningkatan risiko terjadinya anemia.
  5. Kondisi kronis tertentu. Seseorang dengan kanker, penyakit ginjal kronis, atau penyakit kornis lainnya dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia penyakit kronis.
4 dari 5 halaman

Jenis Anemia dan Pengobatannya

Apa itu anemia memiliki jenis-jenis tertentu, di mana pengobatannya juga berbeda pada masing-masing jenisnya. Berikut jenis anemia dan pengobatannya:

1. Anemia defisiensi besi

Ini merupakan tipe anemia yang tersering di seluruh dunia. Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya kadar zat besi di dalam tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk memproduksi hemoglobin. Tanpa zat besi dalam jumlah yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi hemoglobin dalam jumlah yang cukup untuk membentuk sel darah merah. Tanpa suplementasi zat besi, anemia jenis ini dapat terjadi pada wanita hamil.

Selain itu, anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh kehilangan darah.  Penanganan pada anemia jenis ini umumnya mencakup konsumsi suplementasi zat besi dan perubahan diet. Apabila penyebab dari anemia defisiensi besi yang terjadi adalah kehilangan darah, selain akibat menstruasi, sumber perdarahan harus diinvestigasi lebih lanjut dan dihentikan.

2. Anemia defisiensi vitamin tertentu

Selain zat besi, tubuh juga membutuhkan asam folat dan vitamin B12 untuk memproduksi sel darah merah yang sehat dalam jumlah cukup. Pola makan yang rendah akan zat tersebut dan beberapa nutrisi penting lainnya dapat menyebabkan produksi sel darah merah menjadi berkurang. Sebagai tambahan, sebagian orang dapat mengonsumsi vitamin B12 dalam jumlah cukup, namun tubuh tidak dapat memproses vitamin tersebut.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi vitamin, yang disebut anemia pernisiosa. Penanganan untuk defisiensi asam folat dan vitamin B12 mencakup suplementasi gizi dan menambah asupan nutrisi tersebut di dalam diet sehari-hari.

3. Anemia penyakit kronis

Beberapa penyakit, seperti kanker, HIV/AIDS, artritis reumatoid, penyakit ginjal, dan sebagainya, dapat memengaruhi produksi sel darah merah. Pada anemia jenis ini, penanganan difokuskan terhadap kondisi yang mendasarinya. Apabila terjadi perburukan gejala, transfusi darah atau injeksi eritropoietin (hormon yang diproduksi oleh ginjal) sintetik dapat membantu menstimulasi produksi sel darah merah dan mengurangi rasa lelah.

4. Anemia aplastik

Anemia yang langka dan mengancam jiwa ini dapat terjadi apabila tubuh tidak memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Penyebab dari anemia aplastik mencakup infeksi, konsumsi pengobatan tertentu, penyakit autoimun, dan paparan terhadap bahan kimia yang beracun. Penanganan anemia jenis ini dapat mencakup transfusi darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah.

5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang

Serangkaian penyakit, seperti leukemia dan myelofibrosis, dapat menyebabkan anemia karena memengaruhi produksi sel darah di sumsum tulang. Dampak dari penyakit tersebut dapat bervariasi dari ringan hingga mengancam jiwa. Apabila sumsum tulang mengalami gangguan dan tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat, dapat dibutuhkan transplantasi sumsum tulang. Penanganan untuk sekelompok kondisi tersebut dapat mencakup pengobatan, kemoterapi, atau transplantasi sumsum tulang.

6. Anemia hemolitik

Anemia pada kelompok ini dapat terjadi saat sel darah merah dihancurkan lebih cepat dibandingkan penggantiannya oleh sumsum tulang. Beberapa penyakit darah tertentu dapat mempercepat penghancuran sel darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan atau terjadi pada usia dewasa. Menangani anemia hemolitik dapat dilakukan dengan beberapa cara, termasuk menghindari konsumsi dari pengobatan yang dicurigai menyebabkan kondisi tersebut, menangani infeksi yang terkait, dan mengonsumsi pengobatan yang dibutuhkan.

7. Anemia sel sabit

Anemia yang diturunkan ini adalah salah satu jenis anemia hemolitik bawaan. Kondisi ini disebabkan oleh hemoglobin defektif yang membuat sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit. Sel-sel yang berbentuk ireguler tersebut mengalami kematian prematur, yang kemudian menyebabkan kekurangan sel darah merah yang kronis.

Penanganan untuk anemia jenis ini dapat mencakup pemberian oksigen, pengobatan anti-nyeri, serta cairan oral dan intravena, untuk mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi. Dokter juga dapat merekomendasikan untuk dilakukan transfusi darah, suplementasi asam folat, dan pemberian antibiotik apabila dinilai dibutuhkan.

5 dari 5 halaman

Pencegahan Anemia

Apa itu anemia pada sebagian jenisnya tidak dapat dicegah. Namun, untuk sebagian jenis lainnya bisa dicegah dengan beberapa strategi, yaitu sebagai berikut:

1. Mengonsumsi diet yang kaya vitamin dan mineral

Sebagai contoh, anemia defisiensi besi dan anemia defisiensi vitamin dapat dihindari dengan mengonsumsi diet yang mencakup berbagai vitamin dan zat gizi, termasuk zat besi (daging, kacang-kacangan, sereal yang difortifikasi zat besi, dan sayuran hijau), asam folat (buah-buahan, jus buah, sayuran hijau, kacang polong, kacang-kacangan, serta produk gandum seperti roti, sereal, pasta, dan nasi), vitamin B12 (daging, produk susu, sereal yang difortifikasi, dan produk kedelai), dan vitamin C (buah sitrus, brokoli, tomat, melon, dan stroberi).

2. Mempertimbangkan konseling genetik

Pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit atau talasemia, mendiskusikan risiko untuk mengalami dan menurunkan kondisi tersebut dengan dokter atau konselor genetik dapat merupakan salah satu pilihan.

3. Mengindari tertular malaria

Anemia dapat menjadi salah satu komplikasi dari malaria. Seseorang yang berencana untuk bepergian ke area di mana malaria sering terjadi disarankan untuk berdiskusi dengan dokter terkait perlunya konsumsi obat-obatan preventif dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membatasi paparan terhadap nyamuk.