Liputan6.com, Jakarta Ridho adalah kata dalam bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Arab, yaitu "رضا" (riza) atau "رضاء" (ridha). Secara umum, pengertian ridho adalah persetujuan, kerelaan, atau kepuasan hati terhadap suatu hal atau keadaan. Ini mencakup bahwa seseorang merasa puas, senang, atau menerima dengan ikhlas terhadap apa yang terjadi atau apa yang telah mereka alami.
Baca Juga
Dalam konteks agama khususnya dalam Islam, "ridho Allah" adalah tujuan utama setiap muslim. Ini berarti bahwa seseorang berusaha untuk hidup, sesuai dengan ajaran agamanya, menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh keikhlasan.
Advertisement
Ridho adalah konsep penting, yang dapat diterapkan dalam konteks hubungan interpersonal dan kehidupan sehari-hari, di mana seseorang mencari persetujuan, kepuasan, atau kerelaan orang lain terhadap tindakan atau keputusan mereka.
Mencari ridho bukan hanya tentang memenuhi harapan orang lain, tetapi juga tentang mencari ketenangan batin dan kebahagiaan pribadi. Ridho adalah ungkapan yang terkait erat dengan penerimaan diri. Ketika seseorang menerima diri mereka sendiri, maka dapat mencapai ridho dalam hidup.
Berikut ini keutamaan ridho yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (26/9/2023).
Keutamaan Riḍho dari Allah
Berdasarkan Kamus al-Munawwir, kata ridha ( رِضَا) berasal dari kata radhiya-yardha-ridwanan (رَضِيَ-يَرْضَي-رِضْوانًا) yang berarti senang, suka, rela, menyetujui, puas. Kata tersebut juga telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, sehingga terdapat beberapa kata ridha (رضا) dalam al-Qur’an yang tetap diartikan sebagai ridha.
Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)
“Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”. Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan ridha kepada Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan agama Islam, bahkan sifat ini merupakan pertanda benar dan sempurnanya keimanan seseorang.
Imam an-Nawawi – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – ketika menjelaskan makna hadits ini, beliau berkata: “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah Ta’ala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa siapa saja yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)”.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang memiliki sifat riḍho Allah adalah orang yang paling merasakan kebahagiaan dan ketenteraman, serta paling jauh dari kesedihan, kemarahan dan kegelisahan. Riḍho adalah salah satu penyebab utama, bagi kebahagiaan seorang mukmin di dunia dan akhirat, dan sebaliknya kemarahan adalah penyebab kesengsaaan di dunia dan akhirat.
Advertisement
Kata Ridho dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an, kata Ridho atau Ridha (رضا) cukup banyak digunakan dengan berbagai bentuk derivasinya, yakni kurang lebih 73 kata. Adapun derivasi kata Ridho (رضا) yang banyak digunakan adalah kata radhuu (رَضُوْا) yang terdapat pada Q.S al-Maidah ayat 119, Q.S at-Taubah ayat 58, 59, 87, 93 dan 100, Q.S Yunus ayat 7, Q.S al-Mujadalah ayat 22, Q.S al-Bayyinah ayat 8.
اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ – ٧
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,” (Q.S Yunus: 7)
Kalimat radhuu bi al-hayah al-dunya (رَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا) pada ayat di atas sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir al-Mishbah yakni berupa sifat seseorang yang puas terhadap kehidupan duniawi, sehingga seluruh waktunya dihabiskan untuk memperolehnya. Dengan kepuasan tersebut, seseorang tidak lagi memikirkan kehidupan akhirat. Berbeda halnya dengan kaum mukmin yang menilai bahwa kehidupan duniawi bukanlah kehidupan yang sempurna.
Pada Tafsir al-Azhar, dijelaskan lebih detail lagi, bahwa seseorang yang puas terhadap kehidupan duniawi, berarti ia tidak percaya dengan adanya surga dan neraka. Ia hanya melihat sesuatu secara fisik saja bukan secara metafisik. Sehingga ia tidak merasa diawasi atau dikontrol dan bebas untuk melakukan apapun yang disenanginya juga menguntungkannya dan dapat juga melakukan hal yang merugikan orang lain.
جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ ࣖ ٨
Artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (Q.S al-Bayyinah: 8)
Sifat untuk Mendapatkan Ridho
Nikmat riḍho Allah adalah salah satu faktor ketenangan, yang melingkupi hati dan penyebab utama dalam menghilangkan rasa putus asa, yang kadang ditimbulkan oleh pikiran tentang tindakan yang diperolehnya, baik itu keberuntungan dan kenikmatan di dunia, yang menyebabkan kekhawatiran, keraguan dan goncangan dalam diri seseorang. Berikut ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh umat, untuk mendapatkan ridho Allah diantarany:
1. Takwa adalah sifat dasar yang paling penting dalam mencari ridho Allah. Ini mencakup rasa takut kepada Allah, mencintai-Nya, dan menjauhi segala yang dapat mendatangkan kemurkaan-Nya. Seseorang yang memiliki takwa selalu berusaha untuk memenuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2. Menjalankan ibadah rutin seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran dengan konsisten adalah langkah penting menuju ridho Allah. Kepatuhan kepada perintah Allah merupakan bentuk kesetiaan kepada-Nya.
3. Ikhlas berarti melakukan segala tindakan hanya untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk pujian atau keuntungan pribadi. Ketika seseorang berbuat baik dengan niat yang tulus, Allah cenderung memberikan ridho-Nya.
4. Tawakal adalah keyakinan penuh kepada Allah setelah berusaha. Seseorang yang tawakal melepaskan diri dari perasaan cemas, dan bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala aspek kehidupannya.
5. Berdoa dan berdzikir adalah cara untuk berkomunikasi langsung dengan Allah. Dalam doa, seseorang dapat meminta petunjuk, ampunan, dan keridhaan Allah. Berdzikir mengingat Allah dan memuliakan-Nya dalam setiap kesempatan.
6. Membantu sesama manusia, berbagi, dan berbuat baik kepada orang lain adalah tindakan yang dihargai oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah akan membantu orang yang membantu saudaranya.
7. Sabar adalah sifat yang dihargai dalam Islam. Menanggung cobaan dan kesulitan dengan kesabaran adalah bentuk ujian iman, dan Allah berjanji akan memberikan ganjaran bagi orang-orang yang bersabar.
8. Jika seseorang melakukan dosa atau kesalahan, bertaubat dengan sungguh-sungguh dan meminta ampunan Allah adalah langkah untuk mendapatkan keridhaan-Nya.
Advertisement