Liputan6.com, Jakarta - Puasa adalah salah satu ibadah dalam agama Islam, memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan umat muslim. Ibadah puasa dapat bersifat wajib atau sunnah, dan dalam Islam, ada berbagai jenis puasa yang bisa diamalkan sesuai dengan waktu dan ketentuannya.
Baca Juga
Advertisement
Dalam buku berjudul "Materi Diklat Pra Asesmen Juru Sembelih Halal" yang ditulis oleh Reni Indarwati dan Iskandar Muda pada tahun 2022, dijelaskan bahwa puasa adalah bentuk ibadah yang melibatkan penahanan diri dari makan, minum, bersenggama dengan istri, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa. Umat muslim yang menjalani puasa wajib mematuhi aturan-aturan ini serta menghindari segala yang diharamkan dan dimakruhkan selama masa puasa.
Apakah terdapat hubungan antara puasa dan sabar? Pentingnya puasa dalam Islam juga terkait dengan konsep kesabaran.
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) mengutip pendapat dari al-Ghazali, seorang tokoh ulama Islam, yang berdasarkan hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa puasa memiliki kaitan erat dengan kesabaran. Hadis tersebut diriwayatkan dengan kalimat, "berpuasa adalah separuh kesabaran" (al-shaum nisf al-shabr).
Hal ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya menguji ketaatan umat muslim terhadap perintah Allah. Akan tetapi juga mengasah sikap kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan dan godaan selama menjalani ibadah tersebut. Puasa dalam Islam bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan sebuah ibadah yang mendalam, menguji iman, dan melatih kesabaran umat muslim.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang hubungan antara puasa dan sabar dalam Islam, Minggu (1/10/2023).
Hubungan Antara Puasa dan Sabar dalam Islam
Ada hubungan antara puasa dan sabar dalam ajaran Islam yang sangat relevan untuk dipahami. Dalam buku "Puasanya Orang-orang Pilihan" karya M. Alcaff, berpuasa adalah suatu hal yang tidak selalu mudah bagi manusia. Bahkan, ada banyak di antara mereka yang menjalankan ibadah puasa hanya untuk memenuhi kewajiban tanpa mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Ini adalah titik penting untuk memahami kaitan antara puasa dan sabar, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ibadah puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Puasa dalam hal ini berarti menahan diri dari lapar dan haus, serta mengendalikan nafsu dari melakukan perbuatan tercela. Seperti menahan berkata kasar, berhubungan badan, marah, dan sebagainya. Tujuan utama dari ibadah puasa adalah untuk melatih diri agar menjadi individu yang lebih baik, memiliki sikap sabar, dan mampu mengendalikan diri.
Dalam buku "Membangkitkan Energi Sabar" yang ditulis oleh A. Nafis Atoillah, secara bahasa, sabar dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menahan diri. Namun, dalam istilah, sabar didefinisikan sebagai kemampuan untuk menahan diri dari mengeluh, menahan amarah, atau menahan anggota tubuh dari tindakan-tindakan kasar yang mungkin timbul akibat kemarahan.
Secara bahasa, kata "puasa" dan "sabar" memiliki arti yang mirip ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu kemampuan untuk menahan diri. Ini juga ditegaskan dalam hadis Rasulullah yang menyatakan, "Puasa itu separuh dari kesabaran" (HR. Ibnu Majah).
Dari sini, terlihat jelas hubungan erat antara puasa dan kesabaran. Orang yang berpuasa pasti sedang melatih dan mengamalkan sikap kesabaran. Orang yang bersabar, pada gilirannya, adalah orang yang taqwa, dan orang yang taqwa pasti akan mengikuti perintah Tuhannya untuk menjalankan ibadah puasa.
Selain itu, terdapat tiga kesamaan antara puasa dan sabar yang dapat disimpulkan dari dalil-dalil Naqli (berdasarkan Al-Quran dan Hadis), yaitu:
- Sama-sama memiliki pahala besar bahkan tak terbatas.
- Sama-sama bermakna menahan diri.
- Sama-sama merupakan amalan yang dapat menghapus dosa.
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (QS. Az-Zumar ayat 10)
Dalam Surah Az-Zumar ayat 10, Allah menyatakan bahwa Dia akan memberikan pahala kepada orang-orang yang bersabar tanpa batasan. Ini berarti bahwa Allah dapat melipatgandakan pahala bagi mereka yang sabar hingga tak terbatas. Kesamaan dalam makna "menahan diri" antara puasa dan kesabaran juga mencerminkan betapa pentingnya kedua hal ini dalam membentuk karakter umat Islam.
Advertisement
Menurut Imam al-Ghazali
Puasa sejatinya memiliki peran penting dalam mendidik manusia agar mampu mengendalikan hawa nafsunya. Konsep ini telah diuraikan dengan bijak oleh Imam al-Ghazali, yang mengidentifikasi dua bentuk hawa nafsu yang utama, yaitu syahwat (keinginan) dan ghadab (marah).
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa puasa adalah wujud dari kesabaran dalam mengatasi dorongan syahwat, baik yang berasal dari perut maupun dari kemaluan.
Ketika seseorang tidak mampu menahan keinginan perutnya, ini dapat menimbulkan konsekuensi yang serius dalam kehidupan pribadi, keluarga, bahkan masyarakat secara lebih luas. Sifat tamak dan rakus, upaya memberi nafkah keluarga dengan cara-cara yang haram, hingga merasa bahwa segala cara, termasuk tindakan korupsi dan kolusi, adalah hal yang diperbolehkan, semuanya dapat muncul akibat kurangnya pengendalian terhadap syahwat perut yang tidak terkendali.
Sama halnya dengan syahwat kemaluan yang tidak terkontrol, ini bisa memicu seseorang melakukan tindakan fahsya', seperti zina dan perilaku homoseksual. Hal ini dapat merusak hubungan dalam keluarga, mengganggu perkembangan mental anak-anak, dan mengancam negeri dengan kemurkaan Allah akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang semakin merajalela.
Pengendalian kedua jenis syahwat ini membutuhkan sifat sabar. Dalam hal ini, sabar ini disebut sebagai "al-shabr 'an al-ma'siyat," yaitu kesabaran dalam menghindari perbuatan maksiat meskipun ada godaan dan kesempatan untuk melakukannya. Puasa adalah sarana yang efektif dalam melatih manusia untuk memiliki kesabaran ini.
Selain itu, puasa juga melatih diri untuk sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, yang dikenal sebagai "al-shabr 'ala al-tha'ah." Menahan diri dari makan dan minum sepanjang hari adalah tindakan yang membutuhkan kesabaran yang kuat.
Bisa dipahami, puasa dalam Islam tidak hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang pembentukan sifat kesabaran yang mampu mengendalikan hawa nafsu, baik dalam hal menjauhi kemaksiatan maupun dalam menjalankan perintah Allah. Ini adalah proses penting dalam pengembangan spiritual dan moral bagi umat Muslim.
Puasa dan Sabar Tidak dapat Dipisahkan
Kementerian Agama Sulawesi Utara (Sulut) merujuk pada pemikiran yang mendalam dari Imam Ibnu Rajab Al-Hambali, menguraikan konsep kesabaran dalam Islam menjadi tiga dimensi yang berbeda namun saling terkait erat:
Kesabaran dalam Ketaatan kepada Allah:
Dimensi pertama adalah kesabaran dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Ini mencakup upaya untuk tetap taat kepada perintah-Nya, menjalankan ibadah dengan konsistensi, dan mempertahankan komitmen terhadap agama, bahkan dalam situasi yang penuh tantangan. Ini adalah kesabaran dalam berbuat baik dan menjalankan kewajiban agama.
Kesabaran dalam Menjauhi yang Diharamkan oleh Allah:
Dimensi kedua adalah kesabaran dalam menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah. Ini berarti menahan diri dari tindakan dan perilaku yang dilarang oleh agama, serta mampu menolak godaan yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah kesabaran dalam menjaga diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan hubungan dengan Allah.
Kesabaran dalam Menghadapi Ketetapan Allah yang Pahit atau Susah:
Dimensi ketiga adalah kesabaran dalam menghadapi ketetapan Allah yang mungkin terasa pahit atau sulit. Ini mencakup kesabaran dalam menghadapi ujian, cobaan, atau situasi sulit dalam hidup, tanpa mengeluh atau kehilangan keyakinan kepada Allah. Ini adalah kesabaran dalam menerima nasib dengan penuh kepercayaan kepada Allah.
Berasal dari sini bisa dipahami terdapat hubungan erat antara puasa dan sabar. Dalam pelaksanaan ibadah puasa, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengajarkan bahwa ketiga dimensi kesabaran tersebut berkumpul. Saat seseorang berpuasa, dia berlatih dalam ketiga aspek kesabaran berikut ini:
1. Kesabaran dalam Menjauhi yang Diharamkan oleh Allah (Syahwat)
Puasa melibatkan penahanan diri dari nafsu syahwat, seperti makan, minum, dan hubungan suami istri selama waktu puasa. Ini adalah contoh nyata dari kesabaran dalam menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah.
2. Kesabaran dalam Menghadapi Kesulitan Fisik dan Emosional
Berpuasa juga melibatkan kesusahan fisik seperti lapar, haus, dan kelemahan tubuh. Ini merupakan kesabaran dalam menghadapi ketetapan Allah yang bisa terasa pahit atau sulit. Puasa adalah tindakan yang disengaja untuk mengalami rasa lapar dan haus demi taat pada perintah Allah.
Jadi, dapat disimpulkan antara ibadah puasa dan sabar dalam Islam tidak dapat dipisahkan. Puasa tanpa kesabaran akan kehilangan maknanya, karena tidak mampu menjaga dari tindakan yang bisa membatalkan puasa. Sabar dan puasa adalah seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Tingkat kesabaran seseorang dalam menghadapi hal-hal yang dapat membatalkan atau mengurangi ibadah puasa adalah ukuran kualitas dari ibadah puasanya. Ini menggarisbawahi pentingnya menggabungkan aspek-aspek kesabaran dalam praktik keagamaan sehari-hari, seperti puasa, untuk mencapai pemahaman dan pengalaman spiritual yang lebih dalam.
Advertisement