Sukses

Mengapa Bangsa Arab Sebelum Mengenal Islam Dikenal Sebagai Bangsa Jahiliyah?

Secara makna, kata Jahiliyah berarti kebodohan.

Liputan6.com, Jakarta Mengapa bangsa Arab sebelum mengenal Islam dikenal sebagai bangsa Jahiliyah merupakan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh umat Muslim. Hal ini telah dicatat dalam sejarah Islam yang bisa dipelajari dan diketahui oleh seluruh umat Muslim.

Mengapa bangsa Arab sebelum mengenal Islam dikenal sebagai bangsa Jahiliyah karena pada masa itu penduduk Mekkah dianggap bodoh atau ketidaktahuan terhadap ajaran Allah SWT. Bahkan mereka lebih memilih untuk menyembah berhala.

Mengetahui alasan mengapa bangsa Arab sebelum mengenal Islam dikenal sebagai bangsa Jahiliyah menjadi suatu pengetahuan dasar bagi umat Muslim untuk mempelajari sejarah terbentuknya agama Islam.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai alasan mengapa bangsa Arab sebelum mengenal Islam dikenal sebagai bangsa Jahiliyah yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (2/10/2023).

2 dari 3 halaman

Alasan Mengapa Bangsa Arab Sebelum Mengenal Islam Dikenal Sebagai Bangsa Jahiliyah

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X (2021) karya H. Abu Achmadi, menjelaskan bahwa alasan mengapa bangsa Arab sebelum mengenal Islam dikenal sebagai bangsa Jahiliyah karena pada masa itu penduduk Makkah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan).

Secara makna, kata Jahiliyah berarti kebodohan. Namun, secara makna dalam Al-Qur’an, Jahiliyah adalah sebagai bentuk penyebutan bagi siapa saja yang tidak mengetahui hakikat Tuhan atau tidak mau mengikuti apa yang diturunkan oleh Allah SWT.

Perilaku jahiliyah kepada penduduk Mekkah yang menyimpang adalah menyembah berhala atau patung, mengubur anak perempuan secara hidup-hidup, berjudi, merampok, minum khamar, dan masih banyak perilaku menyimpang lainnya.

Bahkan antar kabilah atau suku saling bersaing, perang, dan juga beradu kekuatan. Siapa yang kuat, merekalah pemenangnya. Kehidupan manusia, pada zaman jahiliyah tidak ubahnya kehidupan binatang. Beradu kekuatan dianggap hal biasa. Itulah sebabnya masyarakat Arab, suku Quraisy, ketika itu disebuit sebagai masyarakat bodoh atau jahiliyah.

Melansir dari buku Jahiliyah Jilid II (2015) oleh Muhammad Hendra, zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah yang artinya kebodohan yang keluar dari nilai-nilai keislaman dan meliputi seluruh makna penyelewengan. Selain itu, zaman Jahiliyah juga digunakan untuk mengungkapkan semua pelanggaran, kezaliman, dan penolakan terhadap kebenaran agama Islam yang dilakukan oleh kaum musyrik.

Agama Islam melihat zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah sebagai sebuah zaman yang gelap dan penuh kebodohan, yang tidak memiliki petunjuk hidup yang benar. Oleh karena itu, datangnya agama Islam dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah SWT dianggap sebagai sebuah anugerah besar yang membawa petunjuk hidup yang sejati dan benar kepada manusia.

Dalam Islam, zaman kebodohan disebut juga zaman Jahiliyah merupakan masa kelam yang menggambarkan kebodohan manusia dalam hal iman dan ketaatan terhadap Allah. Namun, dengan datangnya agama Islam dan kedatangan Nabi Muhammad, manusia diberi petunjuk yang jelas dan akhirnya dapat keluar dari Jahiliyah dan hidup dengan penuh kesadaran akan kebenaran agama Islam.

3 dari 3 halaman

Makna Jahiliyah dalam Al-Qur’an

Mengutip dari laman muslim.or.id, Dalam Al-Quran, kata jahiliyah disebutkan oleh Allah sebanyak empat kali. Masing-masing disebutkan dalam konteks sebagai sebuah keyakinan, sistem, prilaku dan watak. Berikut penjelasannya:

1. Keyakinan

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 154 yang artinya:

“Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati” (QS. Ali ‘Imran : 154)

Dzan al-Jahiliyyah, atau prasangka jahiliah yang terdapat dalam ayat ini digunakan untuk mewakili suatu kondisi keyakinan, yaitu keyakinan yang lemah, dangkal dan dipenuhi keraguan.

2. Sistem Hukum

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Maidah ayat 49-50, yang artinya:

”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah : 49-50)

Ayat ini menerangkan perintah Allah dalam menegakkan sistem hukum yang telah Allah turunkan bagi segenap manusia di muka bumi.

3. Perilaku

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Ahzab ayat 33, yang artinya:

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku (tabarruj) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab : 33)

Ayat ini melarang para muslimah untuk berhias dan bertingkah laku (tabarruj) seperti orang-orang jahiliah. Wanita jahiliah adalah wanita yang tidak mengenal kesopanan dalam berpakaian, bertingkah laku dan bergaul dengan lawan jenis.

4. Watak

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Fath ayat 26, yang artinya:

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan (hamiyyah) jahiliah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Fath : 26)

Ayat ini menerangkan tentang kaum Muslimin yang diberikan Allah ketenangan, kesabaran, dan tidak terbawa emosi saat menghadapi hati kaum musyrikin yang dipenuhi watak kesombongan dan fanatisme kelompok.