Sukses

Alat Musik Tifa Dimainkan dengan Cara Dipukul, Berikut Fakta Menariknya

Alat musik tifa dimainkan dengan cara memukul permukaan kulit rusa yang menutup salah satu sisinya.

Liputan6.com, Jakarta Alat musik tifa dimainkan dengan cara apa? Tifa merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia timur, terutama daerah Maluku dan Papua. Alat musik tifa memiliki bentuk yang menyerupai gendang. Ada beberapa jenis alat musik tifa, seperti tifa jekir, tifa poton, tifa dasar, tifa jekir potong, dan tifa bas. Sama seperti gendang alat musik tifa dimainkan dengan cara dipukul.

Alat musik tifa umumnya terbuat dari sebatang kayu yang bagian tengahnya dikosongkan hingga berbentuk tabung. Permukaan luar kayu biasanya dihiasi dengan ukiran khas yang menjadi identitas tempat asalnya. Salah satu sisi lubangnya kemudian ditutup dengan kulit binatang yang telah dikeringkan. Bahan kulit rusa banyak dipilih karena dinilai menghasilkan suara yang indah dan bagus. 

Alat musik tifa dimainkan dengan cara memukul permukaan kulit rusa yang menutup salah satu sisinya. Pemain tifa akan menggunakan telapak tangan untuk menciptakan suara dari alat musik ini. Tifa sering digunakan dalam berbagai upacara adat, tarian, dan pertunjukan musik tradisional di daerah-daerah tersebut. Berikut ulasan tentang tifa, alat musik asal Indonesia timur yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/10/2023).

2 dari 3 halaman

Permainan Alat Musik Tifa

Permainan alat musik tifa melibatkan sejumlah aspek penting yang mempengaruhi kualitas suara dan irama yang dihasilkan. Ukuran tifa akan mempengaruhi besar dan kecilnya suara serta irama nada yang dihasilkan. Ini berarti bahwa tifa yang lebih besar akan menghasilkan suara yang lebih dalam dan berat, sementara yang lebih kecil akan menghasilkan suara yang lebih ringan.

Alat musik tifa dimainkan dengan cara ditabuh atau dipukul. Pemain menggunakan tangan atau alat pemukul khusus untuk menciptakan suara dengan memukul bagian kulit rusa yang menutupi lubang di tengah kayu. Meskipun terlihat sederhana, memainkan tifa tidaklah mudah. Diperlukan insting yang kuat dan pengalaman bermusik yang cukup lama agar dapat menghasilkan suara yang indah dan merdu. 

Dalam budaya Papua, pemain tifa tidak bisa memainkannya secara sembarangan. Seseorang yang ingin memainkan tifa harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari kepala suku Asmat. Ini menunjukkan bahwa tifa memiliki nilai sakral dalam masyarakat Papua dan penggunaannya diatur oleh norma-norma adat. Tifa menghubungkan musik dengan ekspresi budaya dan identitas masyarakat Papua.

Perbedaan Tifa Papua dan Maluku

Tifa dari Papua dan Tifa dari Maluku memiliki perbedaan yang mencolok dalam beberapa aspek. Meskipun keduanya disebut Tifa dan digunakan di wilayah Indonesia bagian timur, terdapat perbedaan yang signifikan.

Tifa dari Papua memiliki bentuk yang lebih melengkung dan panjang. Salah satu ciri khasnya adalah adanya pegangan di salah satu sisinya. Tifa ini juga sering diukir dengan hiasan etnik sebagai ciri khasnya. Sedangkan, Tifa dari Maluku memiliki bentuk tabung yang lebih sederhana dan tidak memiliki pegangan. Tifa ini juga dihiasi dengan ukiran-ukiran cantik yang mewakili cerita kehidupan dan ungkapan syukur dari pembuatnya.

Tifa digunakan dalam acara-acara ritual adat suku Asmat Papua. Alat musik ini memiliki peran penting dalam musik ritual yang memiliki irama sakral. Tifa digunakan untuk menentukan ritme dan menghasilkan tabuhan-tabuhan yang memperkaya pengalaman dalam ritual.

Tifa juga digunakan dalam upacara adat di Maluku, tari-tarian tradisional, dan tarian perang. Contohnya, dalam tarian Cakalele yang menggambarkan suasana peperangan zaman dahulu. Tifa menjadi alat musik wajib dalam mengiringi tarian-tarian ini.

Tifa di Papua digunakan sebagai alat musik utama dalam acara-acara adat dan sering disebut sebagai Tifa. Tifa di Maluku juga digunakan dalam konteks yang sama, tetapi di beberapa bagian Maluku, Tifa bisa memiliki sebutan yang berbeda, seperti "tihal" atau "tahito," dan memiliki bentuk yang berbeda pula, seperti bentuk gendang pendek dengan anyaman tali rotan di sekelilingnya.

3 dari 3 halaman

Terbuat Dari Kayu dan Memiliki Ukiran Khas

Dengan demikian, pembuatan tifa bukan hanya sekadar proses teknis untuk menciptakan alat musik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat. Setiap langkah dalam pembuatan tifa memiliki makna dan tujuan yang dalam dalam upaya melestarikan warisan budaya dan identitas masyarakatnya.

Bahan dasar utama dari tifa adalah kayu Linggua. Kayu ini dipilih karena diyakini memiliki kualitas yang sangat baik, baik dari segi ketebalan maupun kekuatannya. Kayu Linggua memberikan dasar yang kokoh untuk alat musik tifa.

Selain kayu Linggua, terdapat juga tifa yang dibuat dari kayu lokal khas Papua, yaitu kayu susu. Kayu susu hanya dapat ditemukan di hutan belantara dan memerlukan serangkaian proses pembuatan khusus untuk diubah menjadi tifa. Ini menunjukkan bahwa kayu susu memiliki nilai khusus dalam pembuatan tifa di Papua.

Setelah kayu dipilih langkah selanjutnya adalah mengosongkan bagian dalam kayu tersebut untuk menciptakan rongga yang akan menghasilkan suara saat tifa dipukul. Salah satu sisi tifa biasanya ditutup dengan kulit hewan, seperti biawak, soa-soa, atau rusa. Pemilihan kulit ini mungkin didasarkan pada pertimbangan kualitas suara yang diinginkan dan tradisi lokal.

Kulit hewan yang digunakan sebagai penutup akan diikatkan pada tifa dengan menggunakan rotan secara melingkar. Ini adalah langkah penting dalam menyelesaikan konstruksi alat musik tifa.

Ukiran-ukiran yang ada pada tifa tidak hanya berfungsi sebagai hiasan visual. Mereka juga memiliki makna dan filosofi mendalam, khususnya dalam konteks budaya masyarakat Papua. Ukiran pada tifa dapat dibedakan berdasarkan status sosial pemiliknya, terutama dalam konteks suku Asmat. Tifa milik ketua suku Asmat, sebagai contoh, akan memiliki ukiran yang berbeda dengan tifa milik masyarakat biasa.

Ukiran pada tifa juga dapat digunakan sebagai penanda status sosial seseorang. Melalui ukiran tifa, seseorang dapat mengidentifikasi status sosial atau kedudukan pemiliknya dalam masyarakat.