Liputan6.com, Jakarta - Isymam adalah salah satu bacaan yang dapat ditemui dalam Al-Qur'an dan memiliki status yang dikenal sebagai "gharib." Hal ini dijelaskan secara mendalam oleh Imam Ashim, salah seorang perawi yang meriwayatkan Al-Qur'an menurut bacaan Hafs.
Penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan "gharib" untuk bisa memahami arti isymam. Menurut para ulama qurra, "gharib" merujuk pada sesuatu yang memerlukan penjelasan khusus, karena bacaannya tampaknya agak samar atau tidak umum. Ini bisa mencakup berbagai aspek, seperti aspek huruf, lafal, maupun makna dari bacaan tersebut.
Secara linguistik, istilah "gharib" memiliki akar kata "garaba," yang berarti "asing," sebagaimana dijelaskan dalam Dikutip dari Al-Qur’an Hadis Madrasah Tsanawiyah Kelas IX (2021) oleh Aminudin dan Syuhada. Namun, dalam Al-Qur'an, ini mengacu pada bacaan yang tidak lazim atau tidak sering ditemui dalam Al-Qur'an karena memiliki karakteristik yang tidak biasa, baik dari segi hurufnya, pelafalannya, maupun maknanya.
Advertisement
Isymam adalah salah satu contoh dari bacaan gharib ini. Bacaan isymam artinya menonjol karena menggabungkan harakat fathah dengan harakat dammah, sambil juga memerlukan pemosisian khusus dari bibir saat melafalkannya. Ini adalah contoh dari bagaimana beberapa bacaan dalam Al-Qur'an bisa digolongkan sebagai gharib karena karakteristiknya yang unik dan kurang umum.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang arti isymam, contoh, dan cara membacanya, Rabu (11/10/2023).
Artinya Monyong
Isymam artinya salah satu dari berbagai bacaan yang diakui dalam Al-Quran. Bacaan ini memiliki karakteristik yang sangat khas yang membedakannya dari bacaan lainnya dalam kitab suci ini. Tanda khusus yang mencirikan isymam adalah adanya tanda isymam kecil yang ditempatkan di atas lafal yang harus dibacanya.
Merujuk kepada buku "Al-Quran Hadis Madrasah Tsanawiyah Kelas IX" (2021) karya Aminudin dan Harjan Syuhada, pengertian isymam artinya "monyong." Ini adalah cara yang berguna untuk menjelaskan bagaimana karakteristik bacaan ini melibatkan perubahan dalam posisi bibir saat melafalkannya, yang menciptakan nuansa khas dalam pelafalan.
Secara linguistik, berdasarkan buku berjudul "Al-Quran Hadis" (2020) yang ditulis oleh Nismatul Khoiriyah, kata isymam artinya menggabungkan, memadukan, atau mencampurkan. Ini mencerminkan bagaimana bacaan ini melibatkan penggabungan beberapa elemen dalam pelafalannya untuk menciptakan karakteristik khasnya.
Dalam ilmu tajwid, isymam memiliki arti yang lebih teknis. Ini adalah teknik pelafalan yang melibatkan penggabungan bunyi huruf dammah pada huruf sukun dengan memoncongkan bibir tanpa mengeluarkan bunyi dammah dengan jelas. Ini adalah prosedur yang memerlukan ketelitian dan akurasi untuk melafalkan isymam dengan benar.
Paling menarik adalah bahwa meskipun isymam memiliki karakteristik yang sangat khas, suaranya biasanya tidak terdengar dengan jelas, atau jika memang terdengar, sangat samar. Oleh karena itu, penekanan pada pengucapan yang agak monyong dan penggunaan bibir dalam pelafalan menjadi elemen penting dalam pelafalan yang benar.
Karakteristik isymam ini berasal dari kata "Laa Ta’manunna," yang merupakan kata asal. Namun, dalam pelafalan isymam, bunyi "U" dalam kata tersebut dihilangkan, yang memberikan ciri khas pada bacaan ini.
Advertisement
Isyimam pada Lafaz تَأْمَنَّـا
1. Nun Tasydid Diuraikan
Pada awalnya, bacaan ini melibatkan Nun Tasydid, yang merupakan tanda penggandaan nun. Namun, dalam pelafalan isyimam, Nun Tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang pertama mati (sukun) dan yang kedua hidup (fathah). Contoh lafadh yang mencerminkan ini adalah "لَاتَأْمَنْنَا."
2. Nun Mati Pertama sebagai Tempat Bacaan Isyimam
Nun pertama yang berstatus mati (sukun) digunakan sebagai tempat bacaan isyimam. Dengan kata lain, ketika melafalkan bacaan ini, hanya nun pertama yang diucapkan, dan bacaan melibatkan kata "لَاتَأْمَنْ". Ini adalah langkah awal dalam pelafalan yang khas ini.
3. Bibir Dimonyongkan
Langkah selanjutnya dalam pelafalan isyimam adalah memonyongkan bibir ke depan. Hal ini dilakukan sebagaimana saat melafalkan huruf nun, dengan posisi bibir yang membentuk monyongan. Ini adalah langkah penting yang menciptakan karakteristik khas isyimam.
4. Menarik Bibir yang Dimonyongkan Sambil Mengucapkan Nun Kedua
Pada tahap akhir, bibir yang dimonyongkan ditarik kembali ke dalam sambil mengucapkan nun kedua. Ini membuat pelafalan lengkap, sehingga bacaan menjadi "لَاتَأْمَنْنَا." Ini adalah langkah penutup dalam pelafalan isyimam.
Seluruh proses pelafalan ini menggambarkan karakteristik khusus dari isyimam, di mana penekanan diberikan pada penggunaan bibir yang dimonyongkan dan penggabungan yang akurat antara nun sukun pertama dan nun fathah kedua. Ini adalah contoh nyata bagaimana ilmu tajwid (ilmu pelafalan Al-Quran) memainkan peran penting dalam menjaga pelafalan yang benar saat membaca Al-Quran.
Isyimam pada Lafaz لَا تَأْمَنَّا
1. Baca Nun Sukun "مَنْ" Seperti Biasa
Langkah pertama dalam membaca isyimam adalah dengan melafalkan nun sukun "مَنْ" (man) seperti biasa. Ini adalah langkah awal dalam proses pelafalan.
2. Moncongkan Bibir dan Satukan
Langkah selanjutnya adalah moncongkan bibir dan kemudian satukan kembali. Saat melafalkan isyimam, bibir Anda harus dimonyongkan seakan-akan Anda mengucapkan huruf nun yang berharakat dammah. Inilah yang disebut bacaan isyimam. Ini menciptakan karakteristik monyongan yang khas dalam pelafalan isyimam.
3. Posisikan Mulut Seperti Biasa
Setelah moncongkan bibir, Anda harus memposisikan mulut seperti biasa, seperti saat akan mengucapkan nun yang berharakat fathah secara normal. Ini adalah langkah penting dalam pelafalan isyimam.
4. Ucapkan "na" Seperti Biasa
Langkah terakhir adalah mengucapkan "na" seperti biasa. Ini adalah langkah penutup dalam pelafalan isyimam yang membuat bacaan menjadi lengkap. Dengan demikian, setelah mengikuti langkah-langkah ini, lafal "لَا تَأْمَنَّا" (la ta'manna) akan terucap dengan benar sesuai dengan karakteristik khas isyimam.
Advertisement