Sukses

Pengertian Tulisan Arab Buduhun, Pahami Hukumnya dalam Agama Islam

Tulisan Arab Buduhun merupakan sebuah istilah yang mengacu pada mantra-mantra yang digunakan untuk tujuan tertentu, khususnya memikat lawan jenis.

Liputan6.com, Jakarta Tulisan Arab Buduhun merupakan sebuah istilah yang mengacu pada mantra-mantra yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam beberapa kasus, tulisan Arab Buduhun merupakan teks yang mencoba menggambarkan metode atau ritual tertentu yang digunakan oleh seseorang untuk memenangkan hati seseorang yang diinginkan atau membuat seseorang jatuh cinta.

Untuk membuat seorang terpikat, tulisan Arab Buduhun mensyaratkan seseorang untuk bertatap mata dengan orang yang diinginkan, sambil membaca beberapa kalimat atau doa tertentu dengan menyebut nama orang tersebut. Ritual ini kemudian diikuti dengan memberikan air minum atau makanan yang sudah "diberkati" melalui bacaan tersebut kepada orang yang diinginkan.

Penting untuk dicatat bahwa metode semacam ini sering kali terkait dengan kepercayaan, tradisi, atau kebudayaan tertentu dan mungkin tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Keberhasilan dalam hal ini lebih mungkin dipengaruhi oleh keyakinan dan psikologi individu daripada efek ilahi atau ilmiah.

Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Minggu (15/10/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bacaan Mantra Tulisan Arab Buduhun

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tulisan Arab Buduhun merupakan sebuah istilah yang mengacu pada mantra-mantra yang digunakan untuk tujuan tertentu. Tergantung tujuan dari suatu ritual yang dilakukan, bacaan mantra tulisan Arab Buduhun bisa bermacam-macam.

Misalnya hendak memikat hati lawan jenis, tulisan Arab Buduhun memiliki bacaan khusus. Ketika membaca mantra ini, usahakan mata kita harus bertatapan dengan mata orang yang kita inginkan, pada saat kita bertatap mata maka bacalah bacaan berikut:

 

"(Sebut namanya), ya Budduhun, ikutilah perkataanku.

ىاَبُدُوْحً

(Sebut namanya), ya Quddusun, ikutilah kemauanku.

ىاَ قُدوْسً

(Sebut namanya), ya Badiiung.

ىاَ بَدِ ىْعً

Mau pergi kemana hatimu, anu…Kalau bukan untuk aku, hatimu bisa tenang kalau melihat wajahku, perasaanmu bisa nyaman kalau kamu ada sisiku.

BERKAH LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH.

 

3 dari 4 halaman

Hukum Praktik Pelet untuk Memikat Lawan Jenis

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa tulisan Arab Buduhun merupakan merupakan sebuah istilah yang mengacu pada mantra-mantra yang digunakan untuk tujuan tertentu, khususnya untuk memikat lawan jenis.

Namun penting untuk dipahami bahwa praktik ini sebenarnya sangat dilarang dalam pandangan agama Islam. Dalam Islam, penggunaan pelet atau segala bentuk tindakan yang melibatkan sihir, baik untuk memikat lawan jenis atau tujuan lainnya, dianggap sebagai perbuatan yang sangat tidak dianjurkan dan bertentangan dengan ajaran agama.

Menggunakan pelet atau sihir untuk memikat lawan jenis bukanlah tindakan yang dianjurkan dalam Islam. Tindakan tersebut dianggap sebagai perbuatan yang melibatkan setan dan bertentangan dengan prinsip kejujuran dan moralitas. Sebagian ulama Islam juga menyatakan bahwa sihir adalah dosa besar karena melibatkan praktik-praktik yang bertentangan dengan keyakinan dan tawakal kepada Allah. Hal ini didasarkan pada dalil berikut:

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Artinya: “Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik” (HR. Abu Daud no. 3883, Ibnu Majah no. 3530 dan Ahmad 1: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dalam Islam, praktik pelet atau penggunaan susuk untuk memikat hati seseorang dianggap sebagai tindakan syirik. Syirik adalah perbuatan yang melibatkan pengakuan atau praktik-praktik yang menempatkan selain Allah sebagai tuhan atau sesembahan. Dalam Islam, tawheed (keimanan kepada Allah yang satu) adalah prinsip mendasar yang tidak boleh dilanggar. Praktik-praktik seperti pelet atau penggunaan susuk untuk tujuan memikat hati orang lain melibatkan keyakinan bahwa objek tersebut memiliki kekuatan atau pengaruh selain Allah, yang berarti meletakkan objek tersebut dalam kedudukan yang setara dengan Allah, yang merupakan bentuk syirik.

Ibnu Taimiyah, seorang ulama besar dalam Islam, menjelaskan bahwa walaupun metode pelet atau susuk mungkin terlihat ampuh dalam mencapai tujuan tertentu, itu tidak membuat tindakan tersebut halal atau diperbolehkan dalam Islam. Tercapainya tujuan tertentu tidak bisa menghalalkan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa banyak orang mungkin mencapai tujuan mereka dengan berdoa kepada selain Allah, seperti bintang atau makhluk lain, tetapi itu tidak membuat tindakan tersebut sah dalam syariat Islam.

Oleh karena itu, penggunaan pelet atau susuk untuk memikat hati seseorang dilarang dalam Islam dan dianggap sebagai bentuk syirik, yang merupakan salah satu dosa besar. Islam menekankan pentingnya memurnikan keyakinan kepada Allah dan menghindari praktik-praktik yang melibatkan penggunaan objek atau entitas selain Allah sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu.

4 dari 4 halaman

Jodoh Ada di Tangan Tuhan

Sebenarnya kita tidak perlu melakukan praktik pelet termasuk tulisan Arab Buduhun untuk dapat memikat hati lawan jenis. Ini karena jodoh adalah takdir yang telah ditentukan oleh allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).

Dalam hadits dalam kitab Sunan disebutkan,

أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ

Artinya: “Apa saja yang ditakdirkan akan menimpamu, maka tidak akan luput darimu. Apa saja yang ditakdirkan akan luput darimu, maka tidak akan menimpamu” (HR. Abu Daud no. 4699. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.